Klikbmi.com, Tangerang – Presiden Direktur Koperasi BMI, Kamaruddin Batubara atau akrab disapa KamaBara, memandang bahwa permasalahan wabah virus pandemi Covid 19 ini adalah musibah yang datang tanpa diduga sama sekali , tidak berbentuk tapi nyata akibatnya. Hingga saat ini ada 686 kasus Covid 19 di Indonesia, dan 55 diantaranya, warga Indonesia meninggal dunia akibat virus Covid 19. Tentu sebagai sosiopreneur sejati, peristiwa ini mengusik hatinya yang tidak habis pikir kenapa di negeri ini banyak orang yang lebih mengutamakan kelangsungan aspek ekonomi dibanding keselamatan nyawa rakyat. Menurut Kamaruddin Batubara, Di awal awal Pemerintah terlalu confidence (percaya diri) melawan penyebaran virus ini, Bahkan terkesan slow respon. Banyak kebijakan yang hanya dipercayakan kepada Pejabat Pejabat di bawahnya yang justru sering tidak tepat langkahnya (misleading) . Tapi itu dulu, sekarang menurut Kamaruddin Batubara bagaimana agar Pemerintah bisa melakukan langkah langkah nyata dalam penyelamatan masyarakat. Semua pilihan pasti beresiko, tapi Kamaruddin tegas, prioritas adalah keselamatan rakyat tentu dengan meminimalisir sejumlah dampak yang mengiringi suatu kebijakan. Jangan sampai seperti tadi, ketika masyarakat dihimbau untuk tetap berada di rumah, kebutuhan pokoknya terabaikan. Ini harus segera disikapi dan bukan saatnya berwacana lagi. Untuk merefleksikan kegundahannya, Kamaruddin Batubara mengunggah sebuah puisi yang diberi judul ” Negeri para Mafia”.
NEGERI BERNAMA MAFIA
Di sebuah negeri antar barantah sedang diuji oleh Tuhannya dengan sebuah bencana yg belum pernah dialami sebelum nya. Ujian tidak kelihatan bahkan kadang tak dirasakan kehadirannya tapi langsung akibatnya, tidak jarang yang kemudian rakyat mati begitu saja. Benar-benar teror yang menyesakkan dada..
Meski begitu, sang penguasa seperti enggan berbuat untuk rakyat yang memberikan tahta kepadanya. Bahkan urusan sebesar ini diserahkan kepada pembantu pembantunya yg level 3 atau mungkin level 4 jika tidak lebih rendah lagi. Please
Para pembantu pembantu yang lain pun sibuk membela rajanya tanpa lagi ada empati apalagi hati nurani. Alasan ekonomi menjadi sesuatu yg utama ketimbang nyawa rakyat. Entah apa jadinya negara tanpa rakyat.
Rakyat mulai kesulitan dalam menentukan pilihan, adanya larangan tidak keluar rumah sungguh menjadi cilaka dua belas. Jika keluar, ada ancaman nyawa mengintai, berdiam diri bisa mati berdiri. Duh.. cilaka ..
Rakyat kembali mesti berjuang sendiri..
Harga harga sudah tak terkendali, kejahatan mulai mengintai, kelangkaan disana sini. Entah sampai kapan belumlah pasti. Karena tidak ada lagi yang berani datang kesini untuk sekedar umbar janji.
Negeri bernama MAFIA ini memang luar biasa, penguasa dan pembantu nya seperti tidak melihat derita rakyatnya. Konon malah mau bangun istana baru di luat tanah nun jauh disana.
Negeri bernama MAFIA ini memang luar biasa, untuk sekedar harga sapu tangan saja tidak bisa dikendalikan, belakangan sapu tangan langka karena sedang dibutuhkan semua rakyat utk menahan air mata. Entah kemana itu sapu tangan, entah masih ada yang produksi atau memang pabriknya sedang lagi menahan diri atau jangan2 sudah pergi mengamankan diri sendiri.
Oh.. Negeri bernama MAFIA, beruntunglah memiliki rakyat yang tak mau ambil pusing memahami keadaan yang sangat genting karena semua cenderung berjuang masing-masing.
Bogor, 24 Maret 2020
KamaBara
Dari unggahan puisi di atas jelas tersirat kegalauan sang Presdir Koperasi BMI ini, melihat begitu banyaknya kesulitan yang dihadapi masyarakat kecil dan pelaku usaha mikro pada khususnya. Kamaruddin jengah melihat banyaknya kebutuhan masyarakat yang hilang seketika , sulit diakses bahkan kalaupun ada harganya melambung tinggi, sementara Pemerintah masih berdiam diri melihat fakta di lapangan seperti itu. Kamaruddin juga terusik melihat warga yang harus diam di rumah sementara kebutuhan hidupnya yang tergantung aktifitasnya hari ini tidak bisa dipenuhi. Bagai buah simalakama, keluar rumah dihantui virus Covid 19, di rumah pun tanpa persediaan logistik bisa mati berdiri.
Dan celakanya, Kamaruddin melihat bahwa kondisi ini belum pasti ujungnya. Sementara riak di bawah sudah sedemikian repotnya, hingga harga sebuah sapu tangan pun melambung tinggi dan jarang ada di pasaran. Sebagai seorang penggiat Koperasi, Kamaruddin menyatakan kemasygulannya kenapa Pemerintah belum bisa bersikap tegas menindak para penimbun barang kebutuhan rakyat, merealisasikan insentif dan subsidi kepada rakyat berpenghasilan rendah, dan menstimulus usaha mikro dan koperasi yang rontok digoyang virus corona. Menurut Kamaruddin, sejatinya hanya usaha mikro dan koperasi yang sudah teruji tangguh menghadapi krisis apapun sepanjang sejarah, jadi harus mendapat prioritas untuk disupport oleh berbagai kebijakan Pemerintah
Sebagai insan koperasi Kamaruddin telah mengajukan pendapat mengenai langkah apa yang harus diambil oleh Pemerintah dalam menyelamatkan usaha UMKM dan koperasi yakni melalui penghapusan pajak dan memberikan stimulus berupa pembiayaan dan pinjaman tanpa bunga, agar kelangsungan usaha koperasi dan UMKM bisa terjaga dengan baik di tengah badai wabah Corona ini. (AH/klikbmi)
Baca juga : https://klikbmi.com/kamabara-hapus-pajak-dan-berikan-zero-interest-loan-untuk-koperasi/