Idealisme Kehidupan Seorang Muslim

Edu Syariah

Nasehat Dhuha  Senin 21 November 2022 | 26 Rabiul Akhir 1444 H | Oleh : Achmad Nasution, M.E

Klikbmi, Tangerang – Sobat KlikBMI tema kita kali ini adalah tentang idealisme dalam kehidupan. Sebagai insan koperasi kita memang harus menjadi orang yang memiliki idealisme dalam hidup. Jangan sampai hidup hanya sekedar hidup.

Dewasa ini, semua informasi, konten dan berita dapat diakses secara bebas di berbagai portal berita dan media yang tersebar di seluruh saluran internet dan mudah diakses melalui seluler. Lalu, apakah kita terwarnai oleh zaman ini atau mewarnai zaman ini?

Tergantung pada idealisme kita dalam kehidupan. Idealisme adalah sebuah keyakinan atas suatu hal yang dianggap benar oleh seseorang.

Pada umumnya orang idealis bertindak dengan alasan dan keyakinan yang dipegang teguh olehnya. Sebagai seorang muslim tentu harus memiliki idealisme yang tinggi dalam menjalankan tugas dan fungsi sebagai hamba-Nya.

Dari sekian banyaknya tuntunan dan ajaran yang harus dimiliki oleh seorang muslim, pada kesempatan ini penulis mengajak untuk merenungkan kembali wasiat baginda Muhammad SAW, ini seharusnya dijalankan dengan idealisme yang tinggi sebagai antisipasi agar tidak terwarnai kepada hal-hal yang negatif.

جاء رجُلٌ إلى النَّبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم فقال: يا رسولَ اللهِ، علِّمْني وأوجِزْ، قال: إذا قُمْتَ في صلاتِكَ، فصَلِّ صلاةَ مُودِّعٍ، ولا تَكَلَّمْ بكلامٍ تعتذِرُ منه، وأجمِعِ اليَأْسَ عمَّا في أيدي النَّاسِ

Seseorang mendatangi Nabi SAW lalu berkata: Wahai Rasulullah ajarkanlah kepadaku ilmu yang singkat dan padat. Rasulullah mengatakan: “Apabila kamu (hendak) mendirikan shalat, maka shalatlah seperti shalatnya orang yang hendak berpisah. Janganlah kamu mengatakan suatu perkataan yang akan kamu sesali (di kemudian hari). Dan kumpulkan rasa putus asa dari apa yang di miliki orang lain.” HR. Ibnu Majah no. 4171

Dari hadits tersebut di atas ada 3 wasiat yang harus selalu kita ingat.

Pertama; mendirikan shalat dalam kondisi yang paling sempurna. Hal ini menunjukkan bahwa kematian bisa hadir kapan saja, sehingga kita hendaknya melakukan shalat seolah-olah itu yang terakhir. Jika kita tahu bahwa shalat yang kita lakukan pada saat itu adalah yang terakhir tentu kita akan berbuat semaksimal mungkin, memperbaiki bacaan, memperbaiki gerakan, menfokuskan hati dan pikiran hanya kepada-Nya dan meninggalkan semua hiruk pikuk kehidupan dunia. Wasiat ini senada dengan perkataan Abdullah bin Umar;

اِعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأَنَّكَ تَعِيْشُ أَبَداً ، وَاعْمَلْ لِآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَدًا

“Bekerjalah untuk duniamu seakan kamu hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan kamu mati besok.”

Sesibuk apapun kita dalam bekerja hendaknya selalu mengingat akan amanah dan tanggung jawab yang diberikan Allah SWT yaitu shalat.

Kedua; menjaga lisan. Lisan adalah perkara paling berbahaya dalam diri seorang manusia. Jika ada kalimat yang keluar dari lisan seseorang, maka dia harus bertanggung jawab alias menanggung akibatnya. Hal ini selaras dengan sebuah petuah yang berbunyi;

الْكَلَامُ يَنْفُذُ مَا لَا تَنْفُذُ الْإِبَرُ

“Perkataan itu dapat menembus apa yang tidak dapat ditembus oleh jarum”

Ini menunjukkan kepada kita bahwa luka yang disebabkan oleh lisan akan lama membekas di dalam hati setiap orang dan akan sulit dilupakan karna sakitnya tidak nampak namun terasa dalam.

Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,

مَنْ كانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيصْمُتْ

“Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari no. 6018 dan Muslim no. 47)

Dalam kehidupan sehari-hari dan dunia kerja tentu kita akan bertemu dengan berbagai macam orang dengan berbeda-beda sifat dan karakter, walau demikian kita harus tetap menjaga lisan agar tidak mengucapkan kata-kata yang melukainya.

Ketiga; memiliki sifat qana’ah. Dengan menggantungkan hati hanya kepada Allah SWT bukan kepada manusia siapapun mereka. Sifat qonaah ini penting untuk kita jaga agar dalam kehidupan kita senantiasa bisa berlaku jujur, teman-teman insan Koperasi BMI Grup seringkali kita mendapat nasehat untuk berlaku qonaah karena ini memang sebagian dari perilaku yang harus kita jaga dalam bekerja.

لِّلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ

“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.” QS. al-Baqarah [2]: 284

Namun perlu diperhatikan, qana’ah bukan hanya sebatas merasa cukup namun qana’ah itu mengandung lima perkara: Ikhlas menerima apa yang ada, selalu memohon kepada Allah untuk mendapat tambahan rizki yang cukup, dan terus berusaha,  sabar dan menerima menerima ketentuan Allah, tawakal kepada Allah dan tidak tertarik pada tipu daya dunia.

Junjung tinggi sifat qonaah yang merupakan salah satu ajaran ekonomi islam yang diterapkan di Koperasi BMI Grup. Agar dalam bekerja kita selalu mendapat perlindungan dari perilaku buruk seperti hedon yang akan berakibat pada dimungkinkannya kita berbuat tidak jujur.

Semoga dengan 3 wasiat tersebut diatas dapat memberikan kita kekuatan agar tidak terwarnai diera ini, namun sebaliknya mewarnainya kepada hal-hal yang positif dan produktif sehingga kita bisa menjadi khairu ummatin (umat terbaik). Wallahu-l Muwaffiq ila Aqwami-t Thariq

Mari terus ber-ZISWAF (Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf) melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BSI eks BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela: 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI: 0000000888. (Sularto/Klikbmi)

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *