Jakarta, Klikbmi.com – Masih banyak penduduk Indonesia belum memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak dan aman. Selain itu, sebagian fasilitas sanitasi belum terhubung ke instalasi pengolahan air limbah atau IPAL ataupun tangki septik sehingga dapat mencemari sumber air.
Untuk itu perlu ada peningkatan peran swasta seperti koperasi dan bank dalam mengakselarasi penciptaan sanitasi aman bagi masyarakat Indonesia. Hal itu diungkapkan dalam Talkshow Hari Habitat Dunia 2023 di Indonesia Arena, Kompleks Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Senin 16 Oktober 2023.
Bersama Direktorat Sanitasi Direktorat Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Indonesia, Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia (Kopsyah BMI), Walikota Magelang Jawa Tengah, IUWASH Tangguh dan BPRS Insan Karimah Bekasi.
Direktur Utama Kopsyah BMI Kamaruddin Batubara menjadi penanggap dari tiga narasumber yang diundang dalam talkshow ini. Dikatakannya, Koperasi menjadi saluran yang tepat untuk melakukan pembiayaan dalam sanitasi dan air ini. Contoh Kopsyah BMI yang beranggotakan 230 ribu orang. Terbukti bahwa mereka yang bergabung pada Koperasi BMI walaupun hanya berpendapatan rendah memiliki akses air bersih dan sanitasi lewat skim pembiayaan mikro tata air (MTA) dan mikro tata sanitasi (MTS).
”Kami telah memiliki skim pembiyaan sanitasi MTA dan MTS sudah ada 14.484 anggota telah memiliki akses air bersih dan sanitasi yang baik. Sejak produk ini dirilis tahun 2014 bersama bimbingan dari IUWASH, jumlah penyaluran yang telah kita gelontorkan mencapai Rp85,4 miliar. Pengalaman itu sudah saya tulis menjadi seri kedua Buku Peradaban Baru Indonesia dan sekarang sudah ada di Gramedia,” papar pria yang akrab disapa Kambara tersebut.
Kambara mengatakan, untuk mengakselarasi sanitasi aman butuh komitmen dari pihak pemerintah dan perbankan. ” Potensi pembiayaan sanitasi ini sangat besar sekali. Meski demikian, harus ada kebijakan dari pemerintah baik pusat dan daerah untuk mendorong sanitasi aman dan juga mendorong Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) mengalokasikan 20 persen untuk pembiayaan sanitasi, tanpa itu saya rasa akan sulit. Kalau nggak begitu kita nggak selesai-selesai,” paparnya.
Kambara menjelaskan, selain melalui pembiayaan, Kopsyah BMI juga memiliki program sosial yakni sanitasi mushola, masjid dan pesantren (sanimesra) dan sanitasi dhuafa, yang dananya bersumber dari infak 230 ribu anggota Kopsyah BMI. Hingga akhir September 2023, Kopsyah BMI telah membangun 174 unit Sanimesra senilai Rp3,6 miliar dan 168 unit sanitasi dhuafa dengan nilai Rp1,1 miliar di wilayah pelayanan Kopsyah BMI baik di Banten dan Jawa Barat.
”Anggota kita yang mengakses skim pembiayaan MTS dan MTA terbukti berjalan dengan baik. Dan kita senang dengan IUWASH yang tahun depan tepat 10 tahun kita bekerjasama dalam memberikan bimbingan sanitasi dan air” ujarnya.
Kambara juga menceritakan sedikit tentang Buku MTS dan MTS. Buku yang memberikan informasi akurat, dengan memberikan data capaian dan praktek di Koperasi BMI bahwa Skim Pembiayaan Mikro Tata Sanitasi dan Mikro Tata Air (MTS & MTA) yang sangat dihindari oleh lembaga keuangan saat ini, ternyata menjadi bisnis yang menguntungkan secara profitabilitas dan memberikan kemanfaatan yang tinggi pada anggota dan masyarakat. Keberhasilan ini juga ditopang lewat ekonomi sirkular yang dibangun Koperasi BMI Grup, lewat skim pembiayaan Kopsyah BMI, sanitasi dibangun dengan material terbaik dari Koperasi Konsumen Benteng Muamalah Indonesia dan dibangun lewat tenaga terampil dari Koperasi Jasa Benteng Mandiri Indonesia.
“Saat ini perbankan belum berani memberikan akses ini. Padahal skim ini mendorong pelaku bisnis yang terlibat dalam industri sanitasi dan air untuk lebih kreatif dalam mewujudkan 100 % akses layak air minum. Dalam buku itu, kami menjelaskan pengurangan kawasan kumuh menjadi 0% dan pemenuhan 100% akses sanitasi layak, memberikan contoh nyata terbaik (best practice) yang dilakukan pada Kopsyah BMI dalam menyusun program dari awal, menampilkan SOP (Standar Operasional Prosedur) sampai akhir sehingga koperasi atau lembaga keuangan lainnya yang ingin mengembangkan skim MTS MTA tidak lagi kesulitan mencari bentuk” ujarnya lagi.
Dalam kesempatan itu, Walikota Magelang Muhammad Nur Aziz mengatakan, Pemkot Magelang saat ini tengah berupaya agar sanitasi mencapai target 100 persen. Saat ini akses sanitasi di Kota Magelang masih kurang 2 persen. Masalahnya masih di pendanaan, APBD terbatas. Beruntung, ada beberapa celah untuk dibantu, seperti dari Baznas dan CSR.
“Kondisi sanitasi layak kita belum 100 persen, tapi masih kurang 2 persen, itu yang kita kejar agar mencapai target kota. Kami butuh peran swasta seperti BMI yang punya skim pembiayaan sanitasi agar bisa mengajari koperasi lokal kami punya produk yang seperti itu,” jelasnya saat diwawancarai oleh klikbmi.com
”Kenapa kami dorong ke koperasi, karena koperasi itu bisa mengumpulkan masyarakat dan membangun ekonomi baru. Kita nggak mau warga kami hanya diberikan bantuan terus, mereka harus mandiri dan ekonominya terbangun,” tandas Walikota.
Sementara Dirjen Cipta Karya Kemenpupera Diana Kusumastuti mengatakan, banyak bisnis dalam sanitasi aman yang bisa dikelola pihak swasta. Yakni Septic tank, penyediaan jasa layanan sedot tinja dan jasa pengolahan limbah domestik rumah tangga.
(humas/togar)