Klikbmi, Tangerang – Hari ini (Selasa,12/4) Koperasi BMI mendapat kunjungan Koperasi Konsumen Mutiara Amanah Syariah Mataram (KKMA Mataram), NTB. Kunjungan koperasi dari NTB ini dalam rangka belajar untuk membangun koperasi yang besar dan professional. Hadir mengunjungi Koperasi BMI Hj. Ummy Hanik, Ketua dan H Isnaedy J Djamani. Menyertai pengurus koperasi KKMA Mataram, Saddam Satria Jagad, Penyuluh Koperasi Lapangan Kota Mataram (PPKL Kota Mataram).
Kamaruddin Batubara, Presiden Koperasi BMI menyambut langsung kehadiran pengurus koperasi dari Kota Mataram ini. Menjawab pertanyaan Ummy Hanik terkait dengan pengembangan Koperasi BMI. Kambara menjawab bahwa koperasi berkembang atas inisiatif pengurus dan berdasar pada kebutuhan anggota.
“Pertama memang kita berdiri dengan Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia (Kopsyah BMI) yang bergerak pada sektor keuangan, simpan pinjam dan pembiayaan syariah. Dengan membesarnya jumlah anggota sementara anggota kita pengin bikin rumah, maka kita harus penuhi kebutuhan anggota. Jadi prinsipnya koperasi berkembang dengan basis kebutuhan anggota” ujar Kambara memberikan inspirasi pengembangan Koperasi BMI.
Kambara menyebutkan berdirinya koperasi sekunder merupakan tuntutan atas terpenuhinya kebutuhan anggota pada koperasi primer. “Koperasi Sekunder Benteng Madani Indonesia sebagai koperasi sekunder mensigergikan koperasi primer yang bergabung menjadi anggota koperasi sekunder. Kopsyah BMI, Kopmen BMI, Kopjas BMI hadir memenuhi kebutuhan anggotanya namun agar lebih optimal, maka perlu disinergikan oleh Koperasi Sekunder Benteng Madani Indonesia” terang Kambara menambahkan.
Ditambahkan oleh Kambara, koperasi harus memberikan kesejahteraan bersama pada anggota. “Sukses sendiri itu biasa, tapi sukses bersama baru luar biasa. Kita harus praktekkan berjamaah dengan benar. Waktu pendirian Kopmen BMI hanya dengan simpanan pokok Rp 100 ribu lalu terkumpul Rp 7 Miliar. Inilah berjamaah atau berkoperasi” tegas Kambara lagi.
Kambara lebih lanjut menegaskan koperasi harus dikelola professional. “Koperasi harus dikelola professional, karyawan di BMI juga menjadi anggota, tetapi mereka diatur tidak memiliki hak suara, karena mereka harus bekerja professional dan tidak terjadi benturan kepentingan. Bapak Ibu bisa cermati dengan konsep gotong-royong hanya dengan Rp 2.000,- perminggu kita bisa punya tanah wakaf sampai hari ini 20 Ha. Kita juga bisa membangun rumah gratis melalui program Hibah Rumah Siap Huni (HRSH) sampai hari ini telah kita bagikan 356 unit rumah” ujar pria alumnus IPB University ini.
Kambara menekankan bahwa pengurus koperasi harus punya inisiatif lebih dan konsen dalam membangun serta mengembangkan koperasi. “Fungsi kita sebagai pengurus memang sangat penting. Penguruslah yang punya tugas untuk membangun koperasi dan memberikan kesejahteraan anggota. Kita mau kemana,pengurus harus paham betul ini, ini yang paling penting. Kebutuhan modal juga merupakan tugas pengurus” tegas penulis buku Model BMI Syariah ini.
Kambara melanjutkan saat ini Koperasi BMI telah membangun teknologi digital di Koperasi BMI. “Saat ini kita telah bisa saling transfer koperasi kita ke bank dan sebaliknya. Dengan begini terjadi ekosistem koperasi dengan anggota dan orang-orang yang terkait dengan bisnis koperasi bisa terintegrasi. Kita yang ada di sini dengan yang ada di NTB misalnya tetap bisa kerjasama. Inilah yang kita butuhkan untuk terus membesar” terang penggagas istilah Peradaban Baru Koperasi Indonesia ini melanjutkan.
Penulis 2 buku best seller di Gramedia ini menegaskan koperasi juga harus melatih anggota dan menjaga kualitas produk anggota. Ia menambahkan saat ini Kopmen BMI terus mengembangkan BMI Poin ke seluruh Indonesia. “BMI Poin ini sekaligus sebagai upaya membangun jaringan pasar antar pedagang. Kita saat ini juga sedang terapkan pembayaran cashless antar pedagang dan antar pedagang dengan koperasi” terang Kambara lagi.
Menutup penjelasannya Kambara berharap koperasi-koperasi bisa bersinergi misalnya saat ini Koperasi BMI punya koperasi jasa yang bergerak di sektor wisata, sementara KKMA Kota Mataram berada di NTB sebagai lokasi wisata. Menurutnya antara koperasi bisa bekerjasama membangun pusat oleh-oleh dan berbagai kebutuhan wisata lainnya. “Kita tentu bisa membantu mengembangkan wisata, kita bisa kembangkan usaha mikro bersama. Kita bisa kembangkan sistem pembayaran online dan cashless melalui Doit BMI. Tapi kita perlu perbaiki tampilan, kualitas dan manajemennya” pungkasnya. (Sularto/Klikbmi)