Tukarlah Dunia Dengan Sifat Qanaah

Edu Syariah

Nasehat Dhuha Rabu, 1 September 2021 | 23 Muharram 1443 H| Oleh: Tim Humas BMI

KLIKBMI.COM, TANGERANG – Sahabat BMI Kliker yang dimuliakan Allah SWT,  tema nasehat dhuha kita kali ini adalah nikmatnya menjadi pribadi yang Qanaah. Salah satu sebab yang membuat hidup ini tidak tentram adalah terpedayanya diri oleh kecintaan pada harta dan dunia. Orang yang terpedaya harta akan senantiasa merasa tidak cukup dengan apa yang dimilikinya. Sehingga ia jadi sangat jauh dari rasa syukur kepada Allah Sang Maha Pemberi rezeki.

Orang yang selalu mencintai dunia akan selalu ambisius untuk menuruti segala keinginannya, meski harus menggunakan segala cara: licik, bohong, memanipulasi timbangan, dan sebagainya. Ia tidak menyadari sesungguhnya harta hanyalah ujian.

فَإِذَا مَسَّ ٱلْإِنسَٰنَ ضُرٌّ دَعَانَا ثُمَّ إِذَا خَوَّلْنَٰهُ نِعْمَةً مِّنَّا قَالَ إِنَّمَآ أُوتِيتُهُۥ عَلَىٰ عِلْمٍۭ ۚ بَلْ هِىَ فِتْنَةٌ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

“Maka apabila manusia ditimpa bahaya, ia menyeru Kami, kemudian apabila kami berikan kepadanya nikmat dari Kami, ia berkata: ‘Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku’. Sebenarnya itu adalah ujian, tapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui” 
(QS. Az-Zumar : 49).

Ayat ini menunjukkan tentang orang yang tidak tepat dalam menyikapi harta dan dunia yang diberikan kepadanya. Ia mengira bahwa ketentraman hidup ditentukan oleh banyak-tidaknya harta yang ia miliki, besar-kecilnya tempat tinggal, tinggi-rendahnya kedudukan dan pangkat yang disandangnya.

Padahal ketentraman hidup hanya dapat diraih melalui sikap yang benar terhadap harta dan dunia, sekecil dan sebesar apa pun harta yang dimilikinya. Sikap yang demikian dikenal dengan ‘Qanaah’, yaitu merasa cukup dan puas atas harta dan dunia yang sudah dimiliknya.

Namun, Qanaah tidak berarti menerima nasib begitu saja tanpa ikhtiar. Orang Qanaah bisa saja memiliki harta yang sangat banyak, bahkan memiliki banyak sekali perusahaan, namun semua itu bukan untuk menumpuk kekayaan. Kekayaan yang dimilikinya ia sikapi dengan rambu-rambu Allah SWT, sehingga apa pun yang dimilikinya tidak pernah melalaikannya dari mengingat Sang Maha Pemberi rezeki. Ia memandang bahwa bekerja adalah ibadah dan harta kekayaan adalah sarana untuk ibadah dan dakwah.

Orang yang qonaah menyadari tiga hal ini, pertama, bahwa rezeki yang ia makan hanya akan menjadi kotoran. Kedua,rezeki yang ia pakai hanya akan menjadi benda usang.Ketiga, rezeki yang ia nafkahkan akan bernilai di hadapan Allah. Karenanya, ia pun lebih mementingkan seruan Rabbnya.

Ia akan bergegas mendahulukan Allah dari apapun juga. Ibadahnya berkualitas. Namun, setelah itu, ia akan kembali menjalani aktifitas duniawi dengan mengikuti tuntunan Alloh dan rasul-Nya. Tak ada yang meleset dari kesehariannya melainkan bernilai ibadah di hadapan Allah SWT

Niat yang terlahir dari hati orang-orang yang Qanaah ketika melakukan aktivitas pencarian dunia bukan didasarkan pada penumpukan kekayaan untuk ia nikmati sendirian, namun benar-benar didasarkan pada ibadah.

Orang-orang Qanaah akan mencari harta dan dunia untuk membekali dirinya agar lebih kuat dalam beribadah. Ia berpikir, bukankah Allah lebih mencintai mukmin yang kuat dibanding mukmin yang lemah?! Hartanya kemudian ia gunakan untuk menjauhkan diri, keluarga dan umat dari kekufuran.

Sungguh mengagumkan orang yang memiliki Qanaah di dalam dirinya. Semoga kita termasuk orang-orang yang demikian. Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.

Mari terus ber-ZISWAF (Zakat,Infaq,Sedekah dan Wakaf) melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BSI eks BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela : 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI : 0000000888.

(gar/KLIKBMI)

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *