Tangerang, Klikbmi.com: M Gunawan Yasni pada episode 6 Sharia Economic Talk bersama narasumber Adiwarman Azwar Karim membahas apa yang membuat ekonomi syariah seakan jalan di tempat dengan tema “Berkah Di Balik Musibah”. Gunawan membuka sesi dengan harapan masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim dapat menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah dunia karena lebih dari 80% penduduk Indonesia adalah muslim. Akan tetapi saat ini, Indonesia belum bertumbuh dan berkembang sebagai pusat ekonomi dan keuangan syariah dunia serta tidak menjadikan Indonesia industri halal nomor satu di dunia.
Adiwarman merespon pernyataan tersebut dengan menyatakan kenyataan burung merak itu malu akan kakinya yang buruk, tapi semua orang takjub dengan keindahan bulu-bulunya. “Gambaran tersebut seperti Indonesia. Data ekuivalen 50 juta orang yang mengakseses keuangan syariah (data Tahun 2020), tidak dapat menggambarkan awarness terhadap syariah yang rendah, tapi menggambarkan keterjangkauan lembaga keuangan syariah yang rendah” Ungkap Pria yang telah berkecimpung di dunia syariah dari tahun 2001 tersebut.
Founder Karim Consulting Indonesia itu mengungkapkan yang menjadikan Indonesia bukan produsen tapi hanya konsumen pada produk industry halal karena pendekatan kepada warga Indonesia itu harus dengan pendekatan yang berbeda.
“Pendekatan industry halal itu harus dari nilai-nilai saling tolong menolong, memberikan kebaikan dan manfaat agar warga tidak merasa offended (tersinggung). Karena bagi masyarakat Indonesia Syariah itu bukan tentang halal dan haram, bukan pertarungan antara konvensional dan syariah. Kita harus sampaikan bahwa dunia itu berevolusi, dunia berubah, ini saatnya syariah dengan cara yang thoyibah, jangan berdebat antara halal dan haram.” Ungkapnya.
Adiwarman menilai setiap permasalahan itu bagus, karena menjadi pengantar untuk menaiki tangga level berikutnya. “Setiap masalah itu berarti kita akan naik level ke level beikutnya, setiap masalah itu kita selesaikan berarti keadaan ekonomi syariah di Indonesia akan naik ke next level” Kata Pria yang pernah ditugaskan menjadi Research Associate di Oxford Center Islamic Studies United Kingdom.
Karena menurutnya, Indonesia punya 2 hal yang negara lain tidak punya, Yaitu huge demand (permintaan yang sangat besar) dilihat dari jumlah penduduk dan jumlah masjid yang menjadi modal spiritual (capital spiritual) dan yang kedua adalah kedua creative supply, keunikan cara berpikir masyarakat.
“Huge demand dan creative supply ini bisa membuat Indonesia give me your problem, i will solve it (berikan masalahmu padaku, aku akan menyelesaikannya)” Sambut pria tersebut dengan gelak ramahnya.
Selanjutnya, Adiwarman menjelaskan bagaimana mengembangkan ilmu syariah supaya resistennya kecil dan semua orang mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya. Menurutnya, latar belakang pendidikan tidak menjadi penghalang siapapun menjadi konsultan ekonomi syariah karena kebenaran Allah itu ada di mana saja. Oleh karena itu, siapapun harus mampu menjadikan musibah sebagai peluang. Karena menurutnya, musibah itu adalah bagian dari muhasabah.
“Ketika semua orang gamang kehilangan pegangan apa yang akan dihadapi dimasa depan, kita punya alternatif pemikiran syariah. ini hanya berbicara tentang waktu. Ini kesempatan kita, syariah itu bukan tentang halal dan haram. Kita ceritakan solusi karena kebenaran itu ditarok dimana juga tetap kebenaran. Poinnya itu, Buktikan konsep syariah akan membawa manfaat bagi masyarakat luas. Kata Allah Hal Jazaaul insan ilal ihsan tidak satupun kebaikan yang kalian lakukan kecuali akan Allah balas dengan kebaikan” Ungkap Pria yang merupakan Anggota Dewan Syariah Nasional MUI tersebut.
“Ketika menghadapi musibah anggap jadi muhasabah, solusinya adalah knocking on heaven’s doors (ketuk pintu surga), go syariah. Tangkap Gunawan menyambut pernyataan Adiwarman.
Adiwarman memaparkan Indonesia harus siap bangkit dari setiap masalah. Sama seperti ketika menunggu waktu berbuka puasa. Kemampuan untuk makan, minum dan produktif itu tidak akan tidak akan hilang. Seperti itu perumpaan yang harus dijaga agar kemampuan tidak hilang ketika menghadapi masalah.
Diakhir, Adiwarman menanggapi pertanyaan Gunawan tentang pandangannya terhadap syariah islam adalah rahmatan lilalamin, untuk seluruh alam, akan tetapi besaran value dunia maupun Indonesia belum dominan syariah.
“Like is like, jalan aja terus, bertahan. Seperti naik sepeda. Kalau berhenti kita akan jatuh. Sebentar dan sabar, kayak orang puasa nunggu berbuka. Bertahanlah dan syariah akan memerankan peran yang jauh lebih penting” Tutup Adiwarman.
Presiden Direktur Koperasi BMI Grup Kamaruddin Batubara menanggapi ulasan tersebut. Menurutnya, demo Syariah dapat dijalankan melalui Koperasi. Menjadi pejuang Koperasi Syariah dapat disamakan sebagai konsultan ekonomi syariah dengan mengajarkan masyarakat graasroot agar peduli tentang syariah.
“ini tugas yang baik, kita harus terus perjuangkan ekonomi islam melalui Koperasi Syariah BMI. Termasuk mengedukasi masyarakat pada umumnya dan Anggota pada khususnya bagaimana menghadapi masalah. ilmu yang luar biasa dari 2 ekonom hebat yang kita (Indonesia) punya” Pungkas Penggagas Model BMI Syariah tersebut. (Nur/Humas)