Malang, Klikbmi.com – Presiden Direktur Koperasi BMI Grup Kamaruddin Batubara menjadi narasumber di depan para pengurus dan pengelola Koperasi Andhini Makmur Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari Malang (BBIB Singosari Malang) di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu 1 November 2023. Mereka yang hadir merupakan pegawai BBIB Singosari, para ahli inseminasi buatan (kawin suntik) sapi terbaik di Indonesia.
BBIB Singosari merupakan Badan Layanan Umum yang memiliki tugas utama melakukan Produksi, Pemasaran, Pengujian dan Pemantauan Mutu Semen Ternak Unggul serta Penyusunan dan Penguatan Metode Inseminasi Buatan, memiliki berbagai layanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dengan setelan hijau tua, Kambara, sapaan akrab Kamaruddin Batubara, membawakan strategi pengembangan bisnis koperasi. Terlebih dahulu, Alumni Jurusan Teknisi Medis Veteriner (TMV) Fakultas Kedokteran Hewan IPB University itu mengenalkan holding Koperasi BMI Grup kepada yang hadir.
Koperasi BMI Grup terdiri 3 koperasi primer. Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia (Kopsyah BMI) bergerak di sektor simpan pinjam dan pembiayaan syariah. Kemudian Koperasi Konsumen Benteng Muamalah Indonesia (Kopmen BMI) bergerak di sektor riil kemudian Koperasi Jasa Benteng Mandiri Indonesia bergerak di sektor jasa.
Ketiga koperasi primer ini disinergikan dengan Koperasi Sekunder Benteng Madani Indonesia . Sirkuit ekonomi yang terus berinovasi, adaptif, berjiwa sosial dan pemberdayaan untuk kesejahteraan anggota maupun masyarakat.
” Sekarang BMI sebagai badan hukum koperasi yang ke 11 tahun, aset kita sekarang Rp1,1 triliun dari asset kita di tahun 2013 yakni Rp80,4 miliar. Ini lompatan yang sangat besar dan menjadi potensi besar (captive market) koperasi simpan pinjam ,” paparnya.
Kambara juga menyampaikan Model BMI Syariah sebagai tools pemberdayaan anggota. Ia menerangkan tentang 5 Model BMI Syariah yakni 5 pilar 5 instrumen. Kambara menjelaskan Model BMI Syariah merupakan perpaduan nilai solidaritas, individualitas, kolektivisme dan semangat untuk saling tolong-menolong dan gotong royong dari pemikiran Bung Hatta diseimbangkan dengan penerapan nilai syariah.
Model BMI Syariah merupakan modifikasi dengan lima instrumen pelayanan model BMI Syariah melalui sedekah, pinjaman, pembiayaan, simpanan dan investasi. Dan 5 pilar berupa pilar ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial dan spiritual.
”Model BMI Syariah adalah tools kami. Kita mendorong kesejahteraan ekonomi anggota kita tambah baik. Mendorong anak-anak anggota memperoleh pendidikan yang baik minimal lulus SMA atau SMK. Kopsyah BMI mendorong agar anggota memiliki akses air bersih dan sanitasi yang sehat dan kesehatan anak-anaknya terjaga agar tidak stunting (kurang gizi) dan anggota BMI memiliki jiwa sosial yang tinggi dan spiritual agar kita tahu bahwa semua rezeki ini dari Allah SWT,” tandasnya.
Penerima Bintang Penghargaan Satyalancana Wira Karya dari Presiden RI itu mengatakan, Kopsyah BMI punya Gerakan Gassiteru singkatan dari gerakan sedekah tiga ribu seminggu. Rp1.000 untuk infak, dan Rp2.000 untuk wakaf hingga Rp1 juta selama hidupnya. Dari wakaf, BMI telah memiliki lahan wakaf produktif seluas 11 hektar di Cisoka Kabupaten Tangerang.
Dari hasil wakaf yang terkumpul sudah dapat membeli lahan sawah seluas 11 ha yang menjadi sawah wakaf. Sawah wakaf tersebut digarap oleh para anggota koperasi dengan sistem bagi hasil. Hasil sawah itu kemudian 50 persen disedekahkan, 40 persen untuk menambah nilali wakaf dan 10 persen diberikan untuk nazhir.
”Sekarang jumlah penerimaan wakaf Kopsyah BMI mencapai Rp32,3 miliar. Karena inilah amal jariyah yang akan dibawa kita ke akhirat,” paparnya.
Kambara memberikan pemahaman bahwa bisnis Koperasi BMI Grup melayani semua kebutuhan anggota dan menciptakan sirkuit ekonomi yang bisa dikatakan baru. “Kita percaya koperasi bisa memenuhi semua kebutuhan anggota. Saat ini BMI Point salah satu unit bisnis Kopmen BMI telah ada 184 gerainya di Jawa dan Sumatera. BMI Point ini akan menjadi akselerator bisnis berbagai wilayah. Dan inilah yang kita sebut sirkuit ekonomi koperasi BMI,” jelas Kambara.
Kambara menerangkan bahwa Koperasi BMI Grup memiliki BMI Institute. Di sini, para pengurus dan pengelola bisa belajar membangun koperasi modern dan incubator koperasi Indonesia. ”Di BMI Institute kita melatih para pengurus dan pengelola memiliki bisnis koperasi yang baik,” tuturnya.
Penulis Tiga Seri Buku Peradaban Baru Indonesia itu menjelaskan untuk membangun koperasi, pengurusnya harus punya jiwa entrepreneurship.“Saat ini masih banyak UU belum mendukung koperasi sebagai badan usaha (pendidikan, pertanahan, jasa diklat, travel, dll).Bahkan RUU Perkoperasian yang baru belum mengakomodir KSPPS atau Koperasi Syariah sebagai Lembaga Amil Zakat. Dan, Koperasi belum masuk dalam struktur keilmuan (harusnya menjadi kurikulum pendidikan dasar hingga perguruan tinggi),” tandasnya.
Sementara Plt kabag umum BBIB Singosari Aris Sutomo menjelaskan dipilihnya Kopsyah BMI karena BMI adalah benchmark (tolak ukur) koperasi syariah di Indonesia. BMI tidak hanya mengutamakan bisnis semata, melainkan benefitnya bagi anggota dan masyarakat. ”Saya berharap dengan Ilmu yang disharing oleh Pak Kamaruddin Batubara mampu membangun koperasi di BBIB semakin baik,” tandasnya. (togar/humas)