لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٌ مِّنۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِۦ يَحْفَظُونَهُۥ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوْمٍ سُوٓءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥ ۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. ( QS Ar-rad : 11)
KRONJO – Pendampingan dan pemberdayaan pertanian Kopsyah BMI kepada anggota terus menunjukkan progres yang positif. Di atas lahan 3.500 meter, petani anggota yang dibina oleh Kopsyah BMI melakukan panen mentimun di lahan Desa Blukbuk, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang, Rabu (28/7). Tepat di hari kedua panen, petani bisa memetik sebanyak 302 Kg mentimun di lahan tersebut.
Panen dimulai sekitar pukul 07.30 WIB hingga sore hari. Namun di tengah hari, para pembeli sudah menunggu di tepi lahan, baik menggunakan sepeda motor dan mobil pickup. Tak lama kemudian, petani sudah memasukkan timun ke karung dan kantung plastik untuk ditimbang. Para pembeli adalah warga sekitar lahan dan anggota BMI.
Kepada Klik BMI, salah satu petani binaan Kopsyah BMI Suheri mengatakan, hasil panen timun tahun ini sesuai harapan. Buah yang diperoleh terbilang baik. Panen dilakukan setelah tanaman berumur 35- 60 hari. Masa panen dapat berlangsung 1 hingga 1,5 bulan.
”Panen bisa dilakukan setiap hari, minimal 3-4 buah per tanaman setiap kali petik. Alhamdulillah, lewat pendampingan dari BMI baik dalam bentuk sarana produksi pertanian, hama nyaris tidak ada, hanya daun kuning saja,” terangnya.
Suheri mengatakan, buah mentimun layak petik adalah buah yang masak penuh dengan warna yang seragam mulai dari pangkal hingga ujung buah dan mencapai panjang optimal sesuai dengan varietasnya.
”Mengapa saya bilang panen mentimun tahun ini baik dan sesuai harapan karena buah yang berada di bawah tanaman, besar dan tidak kusut. Ini pertanda bagus,” terang Suheri. Buah bawah merupakan salah satu tanda tanaman mentimun bisa dipanen.
Sementara, staf divisi pemberdayaan anggota Kopsyah BMI Suhri Ghozali Lubis menjelaskan, selanjutnya hasil panen mentimun dibeli langsung di tempat oleh pengepul sayuran Rp3.500 dan Rp4.000 per kilogram. Lalu dari hasil keuntungan panen ini dilakukan bagi hasil secara musyarakah dengan komposisi 65 persen untuk petani dan 35 persen untuk Kopsyah BMI.
”Alhamdulillah, sejak awal budidaya hingga panen semua berjalan lancar. Petani ikut senang karena hasil produksinya mulai meningkat. Kami berterima kasih kepada para pengurus, pengawas dan pengelola Kopsyah BMI yang tak pernah absen memberikan motivasi dan pendampingan mulai dari awal hingga pemanenan hari ini,” paparnya.
Manager Pemberdayaan Anggota Kopsyah BMI, M Suproni menyatakan bahwa program pemberdayaan petani ini untuk meningkatkan kesejahteraan petani tentunya.” Mayoritas petani banyak yang di manfaatkan tengkulak di permodalan, jadi dengan hadirnya koperasi BMI ini berperan mensupport modal melalui pembiayaan musyarakah untuk memotong jalur tengkulak juga,” jelasnya.
Terpisah, Presiden Direktur Koperasi BMI Kamaruddin Batubara mengatakan, bagi Kopsyah BMI, koperasi adalah pemberdayaan anggota melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki anggota. Anggota Kopsyah BMI yang memiliki lahan harus diberdayakan, lahan tidak boleh menganggur dan petani anggota Kopsyah BMI harus sejahtera dari hasil pertanian ini.
“Tujuan kami memberikan pembiayaan ini adalah untuk memberdayakan petani agar terlepas dari tengkulak yang nyata-nyata merugikan petani, lalu dalam hal ini BMI selain memberikan pembiayaan kami juga melaksanakan program pendampingan untuk meningkatkan hasil produksi,” paparnya.
Selain memutus mata rantai tengkulak, Kamaruddin mengatakan bahwa pembiayaan dan pemberdayaan Kopsyah BMI adalah meningkatkan lagi partisipasi para pemuda untuk kembali ke lahan.
Menurutnya, pembangunan desa akan sangat bergantung pada tenaga produktif, sehingga ketika tak ada lagi generasi muda yang mau mengerjakan lahan, maka kebutuhan pangan pasti akan disuplai dari luar.
”Dengan semakin banyak orang yang meninggalkan desa maka kebutuhan pangan mereka akan diimpor dari luar. Apalagi jika lahan tersebut diubah jadi kawasan properti atau lainnya. Desa yang dulunya eksportir pangan akan berubah menjadi importir,” paparnya.
”Jangan berpikir lagi untuk kerja bandara atau di pabrik, bercocok tanam saja. Tagline kita sekarang yang muda yang bertani. Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika kita tidak berusaha merubahnya sendiri. (QS Arra’du ayat 11),” tandasnya.
(gar/KLIKBMI)