Mengambil Hikmah Dari Kisah Shuhaib Bin Sinan Yang Lebih Memilih Berjuang Bersama Rasulullah Dibanding Mengejar Harta Benda

Info ZISWAF

Nasehat Dhuha Jumat, 30 Juli 2021 | 20 Dzulhijjah 1442 H| Oleh:  Sularto

Klikbmi, Tangerang –  Sahabat BMI Kliker yang dimuliakan Allah SWT, tema kita kali ini adalah kisah Shuhaib Bin Sinan yang memilih berjuang bersama Rasulullah dibanding harta.   Shuhaib Bin Sinan Abu Yahya an-Namiri,  berasal dari keluarga terhormat yang biasa mengembara dari satu negeri ke negeri lain. Ayah dan pamannya pernah bekerja pada Raja Persia, Kisra. Mereka tinggal di Ninawa, yang saat itu masih dikuasai Persia. Ninawa akhirnya ditaklukkan orang-orang Arab.

Meskipun masih berbangsa Arab, Shuhaib ikut terkena dampak dari penaklukan itu. Satu sumber mengatakan, ia menjadi tawanan dan dijual sebagai budak kepada seorang saudagar Makkah, Abdullah bin Jud’an al-Quraisy. Sumber lain menyebutkan, Shuhaib masih sebagai orang merdeka ketika datang ke Makkah dan bersumpah setia kepada Abdullah bin Jud’an. 

Akhirnya kehidupan Shuhaib bin Sinan mulai kembali normal semasa di Makkah. Ia bahkan berhasil mendapatkan kedudukan yang terhormat di antara warga Makkah. Sebagai seorang saudagar sukses, Shuhaib pernah tinggal lama di Romawi. Diberikan gelar ar-Rumi, lantaran kepiawaiannya mengenal negeri tersebut. Salah seorang sahabat terdekatnya adalah Umar bin Khattab. Umar cukup berpengaruh baik dalam masa sebelum Islam maupun sesudahnya. Shuhaib dianugerahi delapan orang anak laki-laki.

Kharisma Shuhaib bin Sinan juga terpancar dari fisiknya. Kulitnya putih kemerahan. Badannya tidak terlalu tinggi, tetapi tegap. Rambutnya tebal. Paras wajahnya menandakan sosok yang tenang, tapi juga memiliki selera humor yang baik. Di antara para tokoh Makkah, Shuhaib termasuk kalangan yang mapan. Namun, hal itu tidak menghalangi hatinya dari hidayah Allah SWT. Di masa permulaan Islam, kaum Muslim Makkah bernasib sangat sengsara. Mayoritas pengikut risalah Nabi Muhammad SAW saat itu adalah kalangan miskin atau budak belian. Penyiksaan terhadap mereka merupakan pemandangan yang sering disaksikan. Kaum musyrik Quraisy bagaikan pemburu yang memangsa orang-orang Islam agar kembali murtad.

Pada saat dakwah Nabi Muhammad SAW tidak lagi sembunyi-sembunyi, jumlah kaum Muslim di Makkah kian membesar. Shuhaib bin Sinan sudah mengenal sosok Muhammad sejak awal. Ia termasuk yang mengagumi sifat al-Amin, baik sebelum maupun sesudah kenabian. Tidak membutuhkan waktu lama, Shuhaib pun menyatakan dirinya masuk Islam di hadapan Rasulullah.

Bayang-bayang penyiksaan juga menyasar Shuhaib bin Sinan. Buku Para Sahabat Nabi SAW karangan Dr Abdul Hamid as-Suhaibani menjelaskan bagaimana Shuhaib harus menanggung siksaan tak terperi. Mujahid bin Jabr meriwayatkan, sekelompok musyrikin Quraisy memakaikan baju besi kepada sejumlah muslim, termasuk Shuhaib bin Sinan. 

Sekelompok musyrikin Quraisy memanggang Shuaib dan rekan-rekan muslimnya di bawah sengat terik matahari gurun pasir. Namun, Shuhaib dan para pemeluk Islam itu tetap bersabar. Allah SWT menganugerahi mereka dengan kekuatan dan ketabahan, sehingga berhasil melewati penyiksaan itu. Allah SWT mewahyukan kepada Rasul-Nya agar berhijrah dari Makkah.

Sejumlah kaum Muslim telah lebih dahulu pergi ke Yatsrib (Madinah) atas arahan Rasulullah. Di sinilah timbul keinginan Shuhaib bin Sinan untuk menyertai Nabi Muhammad SAW. Shuhaib bertekad ikut hijrah ke Madinah bagaimanapun caranya. Namun, orang-orang Quraisy tidak membiarkan Shuhaib lolos.

Beberapa pemuda Quraisy dengan menenteng senjata tajam berusaha menghalangi Shuhaib bin Sinan. Shuhaib terpaksa menunggu hingga malam tiba. Saat pengawasan mulai melonggar, dia berusaha meloloskan diri dengan berjalan cepat tetapi penuh kewaspadaan. Mendekati perbatasan Makkah, para pemuda Quraisy mulai dapat mengejar dan menangkap Shuhaib.  “Dahulu, engkau datang ke Makkah dalam keadaan miskin dan hina. Lalu, setelah itu engkau berubah (menjadi terhormat), kata salah seorang pemuda yang membekap Shuhaib bin Sinan. Nada bicaranya merendahkan Shuhaib” ujar pemuda Quraisy

“Bagaimana menurut kalian bila saya menyerahkan seluruh harta milik saya kepada kalian?”  tanya Shuhaib bin Sinan dengan tenang.  Shuhaib bin Sinan tahu, tawaran ini amat menggiurkan bagi mereka yang tanpa cahaya iman dalam dadanya. “Apakah kalian mau membiarkan saya pergi?” tanya Shuhaib lagi. Ya, jawab para pemuda Quraisy itu hampir serempak.

Maka pergilah Shuhaib bin Sinan mengikuti Rasulullah dan umat Islam lainnya hijrah ke Madinah. Alih-alih berat, Shuhaib justru bergembira meskipun telah kehilangan semua harta yang diperolehnya dari hasil niaga di Makkah. Baginya, perjuangan di sisi Rasulullah dan hidup dalam jalan-Nya lebih utama.

Kisah ini memberi pelajaran kepada kita semua bahwa komitmen berhijrah harus kita munculkan melebihi keinginan untuk memiliki harta benda. Dan harta benda yang kita punya saat ini adalah sebagai jalan ibadah. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari kisah ini.

Ibu Aminah (47), Anggota Rembug Pusat Burung Camar Cabang Sepatan Tangerang Berwakaf Rp 2 Juta Untuk Suami dan Almarhumah Mertuanya
Anggota Kopsyah Yang Berwakaf Merupakan Satu Hikmah Yang Dicontohkan Sahabat Shuhaib Bin Sinan

Mari terus ber-ZISWAF (Zakat,Infaq,Sedekah dan Wakaf) melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela : 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI : 0000000888. (Sularto/Klikbmi).

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *