Tangerang, Klikbmi – Ideologi koperasi Indonesia dibangun dari dasar pikiran Bung Hatta yang mengedepankan pemberdayaan. Pemberdayaan ini diartikan sebagai peningkatakan kesejahteraan anggota koperasi yang dalam ekonomi makro mampu membangun ekonomi bangsa.
Pemikiran Bung Hatta mengenai ekonomi kerakyatan menjadi dasar Koperasi Indonesia. Idealisme tentang perekonomian yang berasas kekeluargaan melatarinya. Meskipun penuh tantangan untuk mencapainya.
Baca juga resensi buku KOPERASI SOSIOPRENEUR : https://klikbmi.com/resensi-buku-koperasi-sosiopreneur-membangun-koperasi-yang-memberikan-manfaat-ekonomi-pendidikan-sosial-dan-spiritual/
Bung Hatta tak henti menggelorakan semangat dasar koperasi dalam pemikiran-pemikiran yang ia lontarkan pada peringatan-peringatan Hari Koperasi saat Beliau masih hidup.
Untuk menjadi koperasi yang sesuai dengan pikiran Bung Hatta diperlukan satu kesatuan bukan hanya pikiran tetapi juga tindakan nyata yang terimplementasi pada kegiatan manajerial sehari-hari dan kegiatan koperasi di lapangan.
Tak salah jika buku KOPERASI SOSIOPRENEUR (Membangun Koperasi yang Memberikan Manfaat Ekonomi, Pendidikan, Kesehatan, Sosial dan Spiritual) ini adalah buku bacaan wajib bagi pelaku koperasi Indonesia.
Menkopukm, Teten Masduki dalam sambutannya atas terbitnya buku ini mengatakan bahwa kurangnya literasi berkoperasi menyebabkan kurangnya pemahaman mengenai konsep koperasi secara utuh.
“Pandangan bahwa koperasi hanya sebatas “tempat meminjam uang” misalnya, perlu dihilangkan dengan edukasi di berbagai media yang salah satunya adalah melalui buku KOPERASI SOSIOPRENEUR” tulis Teten dalam sambutannya pada buku ini.
Teten mengatakan buku ini merupakan ramuan tepat antara konsep berkoperasi dengan praktek koperasi yang seharusnya. “Pada tataran konsep koperasi adalah bangun usaha berasas kekeluargaan yang juga menjadi penyangga kondisi sosial” tulis Teten selanjutnya.
Teten menegaskan melalui sambutannya pada buku ini, Ia sangat sepakat dengan praktika koperasi yang tidah hanya fokus pada profitabiltas semata-mata.
“Koperasi sejatinya bukan hanya kelembagaan bisnis yang berorientasi pada profitabilitas semata” tegasnya.
Koperasi ia katakan harus memiliki dimensi sosial di mana koperasi diharapkan berperan dalam membangun kemakmuran dan kemaslahatan anggota dan masyarakat sekitar.
“Hal ini sejalan dengan konsep sosiopreneur yang bertujuan menhadirkan kemanfaatan sosial atau lingkungan hidup. Sehingga dapat dipahami bahwa dengan berkoperasi dengan benar seyogyanya mendorong hadirnya sebuah kelembagaan yang dijiwai sosiopreneur” tegas Teten berikutnya.
Teten memberikan penegasan bahwa buku ini bukan hanya sebagai bahan teoritis semata-mata. Buku ini merupakan praktek nyata Koperasi BMI Grup yang dapat dijadikan inspirasi dalam membangun koperasi di Indonesia.
“Koperasi BMI Grup adalah salah satu koperasi yang dijiwai oleh sosiopreneur, dengan orientasi pada 5 pilar kesejahteraan yakni ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial dan spiritual. Koperasi menghadirkan sumbangsih yang besar dalam meningkatkan kesejahteraan bersama. Kontribusi sosial koperasi diwujudkan melalui beragam program salah satunya adalah pembangunan rumah gratis untuk anggota dan non anggota melalui program hibah rumah siap huni (HRSH). Satu program luar biasa yang patut diapresiasi” tegas Teten.
Teten dengan bahasa lain ingin mengatakan bahwa buku ini adalah buku bacaan wajib bagi insan koperasi Indonesia. “Semoga kehadiran buku ini memberikan pemahaman lebih terkait konsep sosiopreneur dan menginspirasi pembaca untuk turut menjadi sosiopreneur yang berkontribusi bagi lingkungan sekitarnya melalui kegiatan koperasi” pungkas Teten.
Buku ini bisa didapatkan di seluruh jaringan toko buku Gramedia di Indonesia dengan harga Rp 150 ribu untuk buku cetak dan Rp 130 ribu untuk buku digitalnya. (Sularto/Klikbmi)
Kata pak Teten ini buku yang wajib dibaca setiap insan Koperasi di Indonesia