Bung Hatta dan Persahabatan Hingga Akhir Hayat

Edu Syariah

Nasehat Dhuha Rabu, 26Januari 2022| 18 Jumadil Akhir 1443 H | Oleh :  Tim Humas BMI

Klikbmi, Tangerang – Sudah sepantasnya jika kedua tokoh ini dijuluki sebagai sebagai sahabat sejati. Meski kadang berbeda cara pandang dan sikap dalam politik, Bung Hatta dan Bung Karno tetap harmonis. Bung Karno pun tak pernah memiliki wakil presiden selama ia memerintah, hanya Hatta seorang. Persahabatan keduanya terjalin hingga akhir hayat.

Pada pertengahan Juni 1970, Bung Karno harus terbaring lemah di Wisma Yoso setelah lengser dari kursi presiden. Ia diketahui menderita penyakit batu ginjal, peradangan otak, jantung, dan tekanan darah tinggi sejak Agustus 1965.

Berkali-kali Hatta mengirim surat kepada Jenderal Soeharto agar negara memberi perawatan kesehatan yang lebih baik bagi Bung Karno. Semua surat Hatta tidak ditanggapi. Begitu yang ditulis Faisal Basri dalam tulisannya mengenang 119 Tahun Bung Hatta.

Di saat itu, Hatta dengan senang campur sedih memenuhi permintaan Bung Karno menjadi wali nikah bagi Guntur Soekarno karena Bung Karno tidak diizinkan meninggalkan tahanan rumah. Setelah sekian tahun tak bertemu, Hatta tak kuasa menahan tangis ketika di acara pernikahan Rachmawati Bung Karno muncul dalam kondisi mengenaskan.

Hatta pun kembali menulis surat ke Jenderal Soeharto meminta izin menengok Bung Karno . Kali ini Hatta aktif melobi kawan-kawan lawannya untuk dibantu memperoleh izin. Bantuan datang dari Mayor Jenderal Tjokropranolo, sekretaris militer Suharto. Hatta sudah kenal lama dengan mantan ajudan Pak Dirman ini sejak era perjuangan kemerdekaan di Jogja. Izin pun turun.

Hatta dipersilakan menjenguk Bung Karno pada tanggal 19 Juni 1970 (hanya dua hari sebelum Bung Karno wafat). Ternyata Bung Karno sudah dipindah dari Wisma Yaso ke RSPAD Gatot Subroto sejak tanggal 16 Juni setelah kondisi kesehatannya merosot drastis.

Hatta harus melewati penjagaan berlapis-lapis untuk masuk ke ruang di mana Bung Karno dibaringkan. Tidak ada peralatan medis apa pun di situ, juga tidak ada perawat yang berjaga-jaga, padahal kondisi Bung Karno tengah kritis. Ketika sampai, Bung Karno tengah tak sadarkan diri. Baru beberapa saat kemudian Bung Karno tersadar dan membuka mata.

Pertemuan berlangsung sangat mengharukan (menurut Prof Meutia Hatta, putri sulung Bung Hatta, ayahnya seringkali menangis setiap kali teringat pertemuan terakhir itu). Pertemuan pada 19 Juni 1970 itu, Bung Karno sudah sangat lemah, tetapi wajahnya diselimuti rasa gembira sekaligus sedih menyaksikan sahabatnya datang berkunjung.

Bung Karno mengulurkan sebelah tangannya, berusaha menyentuh wajah Bung Hatta sembari menyapa tersendat-sendat dalam Bahasa Belanda, ​“Je, Ta…. Je, Ta……”​ (Kau, Ta….Kau, Ta…..).

Bung Hatta menyambut uluran tangan itu dan menggenggamnya erat-erat, tertunduk tak kuasa menahan air matanya menyaksikan kondisi Bung Karno , tidak mampu berkata-kata. Dwitunggal ini saling menggenggam tangan tanpa bicara sembari meneteskan air mata. Sejurus kemudian, Bung Karno memaksa diri bicara di tengah isak tangisnya, ​“Hoe gaat het met jou…?” (Apa khabarmu?). Bung Hatta hanya bisa mengangguk-angguk sambil tersenyum.

Bung Karno nampak kepayahan. Lidahnya membengkak, Ia sempat mengucapkan beberapa kata lagi, namun tak terdengar jelas. Hatta hanya mengangguk-angguk, tidak meminta Bung Karno mengulang kalimatnya. Keduanya kembali saling menggenggam tangan dengan isak tertahan ketika Bung Hatta sudah harus meninggalkan ruangan. Dua hari kemudian, Bung Karno wafat.

Dari kisah ini, Persahabatan dalam Islam adalah saling mengingatkan kita kepada Allah, menegur kita ketika salah dan membela kita di saat kita tidak bersamanya. Persahabatan akan berjalan jika keduanya saling menguatkan satu sama lain sudah seperti kewajiban yang harus dilakukan jika kita berteman. Jika kita lemah dan sedang dilanda masalah, akan ada seseorang yang membantu kita bangkit dan bersemangat kembali.

Rasulullah SAW bersabda :

اَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا.

 “Seorang Mukmin dengan Mukmin lainnya seperti satu bangunan yang tersusun rapi, sebagiannya menguatkan sebagian yang lain.” (HR Bukhari)

Semoga kita dikeliling oleh para sahabat yang selalu mengingatkan kita di saat yang salah, namun membela kita di saat sulit. Amin ya Rabbal Alamin.

Mari terus ber-ZISWAF (Zakat,Infaq,Sedekah dan Wakaf) melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BSI eks BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela : 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI : 0000000888. (Togar Harahap/Klikbmi)

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *