Leuwiliang, klikbmi.com – ”Kalau ingin melawan kapitalisme, kita harus membangun ekonomi berjamaah,” ucapan itu datang dari Presiden Direktur Koperasi BMI Grup Kamaruddin Batubara di depan ratusan pasang mata milenial di Masjid Institut Ummul Quro Al-Islami (IUQI) Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jumat 14 April 2023.
Kambara (sapaan akrab Presdir Koperasi BMI Grup) menjadi narasumber dalam seminar nasional yang dihelat institut Aswaja tersebut. Selain seminar nasional, IUQI dan Koperasi BMI Grup menjalin nota kesepahaman (MoU) Tri Dharma, santunan anak yatim dan Iftar Jama’i (buka bersama).
Mengawali presentasinya, Kambara menyampaikan bahwa Koperas Syariah Benteng Mikro Indonesia adalah bagian dari Koperasi BMI Grup. Koperasi BMI Grup terdiri 3 koperasi primer, Kopsyah BMI bergerak di sektor simpan pinjam dan pembiayaan syariah, Kopmen BMI bergerak di sektor riil dan Kopjas BMI bergerak di sektor jasa. Ketiga koperasi primer ini disinergikan dengan Koperasi Sekunder BMI.
”Total jumlah total anggota koperasi BMI Grup saat ini mencapai 292.445 orang. Yang luar biasa, BMI mengelola ZISWAF dalam membangun ekonomi berjamaah,” paparnya.
ZISWAF atau akronim dari zakat, infaq sedekah dan wakaf menjadi instrumen membangun ekonomi untuk kesejahteraan umat. Zakat digunakan untuk membantu anggota yang kesulitan ekonomi. Tidak hanya itu, zakat juga digunakan untuk memberi bantuan pelayanan kesehatan bagi anggota koperasi yang memerlukan.
”Kami membangunnya dari infaq Rp1.000 dan wakaf Rp2.000 dari anggota Koperasi BMI. Dari wakaf saja, mencapai Rp28 miliar dan hasilnya kami punya lahan sawah wakaf seluas 10 hektar yang diperuntukkan kembali untuk umat. Kami mendorong agar anggota bisa wakaf Rp1 juta selama hidupnya, karena hanya ini yang bisa kita tinggalkan setelah wafat nanti selain anak yang soleh dan ilmu yang bermanfaat,” paparnya didampingi Direktur Bisnis dan Pemberdayaan Kopsyah BMI Casmita.
Sementara, Infaq digunakan salah satunya untuk membangun rumah siap huni untuk diberikan kepada non anggota koperasi. Wakaf anggota Koperasi BMI digunakan untuk meningkatkan ekonomi ummat lewat wakaf produktif seperti sawah wakaf, rumah sakit dan wakaf sosial seperti masjid dan rumah tahfidz Quran.
”Dan saya pribadi percaya Ummul Quro dengan 1.700 mahasiswa bisa mewujudkan itu. Seperti mahasiswa didorong berwakaf Rp1 juta saja bisa memiliki Rp1,7 miliar dan ini bisa dikelola secara produktif. Seperti membangun peternakan, pertanian dan lain sebagainya. Karena dalam Islam berbisnis itu semangatnya adalah tolong menolong. Tujuannya membangun kesejahteraan kampus, civitasnya dan masyarakat,” paparnya.
”Jadi kekuatan manusia inilah kita perkuat, bukan untuk kepentingan diri sendiri melainkan keuntungan bersama. Jadi itulah mengapa BMI tidak berbadan hukum PT, melainkan koperasi. Karena ingin membangun kesejahteraan bersama,” terangnya.
Antusiasme mahasiswa juga hadir dalam seminar tersebut. Seperti Haykal, mahasiswa Faktultas Ekonomi dan Bisnis Islam IUQI yang menyadari bahwa generasi milenial merupakan generasi penentu masa depan perekonomian negeri ini. Salah satunya membangun koperasi kampus. ”Jadi pak presdir, saya ingin bertanya bagaimana bisa membangun koperasi di kampus, karena kita butuh modal untuk membangun ini? tanyanya.
Pertanyaan ini langsung dijawab Kambara dengan lugas. ”Ada empat langkah dalam membangun koperasi. Salah satunya memang modal, tapi itu bukan yang pertama,” ujarnya.
Syarat pertama adalah niat, sudah berapa besar niat kita untuk membangun koperasi. Apa tujuannya? tentunya harus untuk kesejahteraan kampus, mahasiswa dan masyarakat sekitar kampus. Lalu yang kedua adalah relasi. Siapa yang ingin kita ajak untuk menjadi anggota. Merekalah yang nantinya berkontribusi untuk membangun koperasi ini. Mahasiswa? Dosen? Penjaga kantin? atau siapa saja yang penting berada di lingkungan IUQI.
Kemudian baru tentukan jenis bisnisnya apa. Seperti contoh konveksi jilbab atau peci. Mengapa harus beli keluar, jika mahasiswa bisa membuat brand sendiri. Tentu pekerjanya harus dari lingkungan terdekat dulu. Bisa dari masyarakat sekitar kampus untuk pemberdayaan atau mahasiswa itu sendiri. Kemudian baru syarat ke empat yakni modal.
” Kalau dia koperasi, modalnya gotong royong. Seperti contoh bisnisnya butuh modal Rp1 miliar. Kontribusinya bisa berapa saja, ada yang Rp10 juta, Rp5 juta ada pula yang Rp2 juta yang penting semuanya berkontribusi. Kalau mau dagangannya laris tanyakan kepada Pak Dekannya langsung,” jawab Kambara yang dibarengi senyum tipis sang Dekan FEBI IUQI Jamaludin.
Sementara Rektor IUQI Saiful Falah berharap, Kerjasama BMI dan IUQI bisa meningkatkan perhatian mahasiswa kepada koperasi syariah dalam membangun ekonomi Indonesia ke depan.“Saya harapkan kemajuan BMI ini jadi inspirasi juga bagi mahasiswa kita. Dengan majunya BMI ini bisa jadi penyemangat bagi masyarakat belajar ekonomi syariah,” tandasnya.
(Togar Harahap/klikbmi.com)