Di Kemenko PMK, Kambara Bagikan Good Practice 21 Tahun Perjalanan Koperasi BMI Melayani Anggota Dan Masyarakat

BMI Corner

Jakarta.klikbmi.com –  Perjalanan 21 tahun Koperasi BMI Grup membangun kesejahteraan anggota dan masyarakat disampaikan langsung oleh Presiden Direktur Koperasi BMI Grup Kamaruddin Batubara saat menjadi narasumber Seminar Nasional Replikasi Sukses UMKM dan Koperasi Bagi Wirausaha Perempuan dan Pemuda di Indonesia di Gedung Heritage Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Jakarta, Senin 27 November 2023. Acara sendiri berlangsung secara daring dan luring.

Ketua Penyelenggara seminar yang juga Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak dan Pemuda Kemenko PMK Woro Srihastuti menjelaskan acara ini merupakan rangkaian dari Gelar Karya Revolusi Mental 2023. Acara dihelat dalam upaya pemerintah dalam mendorong pertumbuhan UMKM dan Koperasi di Indonesia. Sekaligus percepatan target rasio kewirausahaan nasional yakni 3,95 persen dan pertumbuhan wirausaha baru nasional sebesar 4 persen.

”Peran koperasi sangat besar, jumlah koperasi aktif sekarang menurut data BPS yakni 130.354 dengan volume usaha sebesar Rp197,8 triliun di tahun 2022, Perempuan dan pemuda banyak aktif dalam pengembangan  umkm dan koperasi. Sebanyak 64 persen dipegang para wanita. Dengan melihat kondisi ini penting untuk memotivasi para pemuda dan wanita untuk memiliki usaha yang berkelanjutan. Yakni good practice (praktik baik) dan cerita kesukseasn dari para narasumber yang ada bersama kita sekarang,” terangnya.

Aksi sosial bagi-bagi rumah gratis Koperasi BMI sebesar 453 unit untuk anggota dan non anggota disampaikan sang moderator Veronica Enda Wulandari saat menyambut presentasi dari Presdir Koperasi BMI Grup. Tepuk tangan riuh rendah menyambutnya.

Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak dan Pemuda Kemenko PMK Woro Srihastuti menyerahkan cenderamata kepada Kambara usai menjadi narasumber di seminar nasional, Senin pagi itu.

”Banyak orang yang kalau bicara koperasi mindsetnya kepada koperasi simpan pinjam. Bahkan beberapa tahun dihebohkan 8 koperasi yang kabarnay menghilangkan Rp20 trilun uang anggotanya. Karena begitu, kita harus membedakan mana yang koperasi yang benar dan mana pengusaha koperasi dan ,” papar pria yang karib disapa Kambara tersebut.

Kambara memberikan kutipan pernyataan Bung Hatta di tahun 1953 bahwa Koperasi simpan pinjam adalah sendinya koperasi. Tantangan koperasi jelas berbeda dengan kondisi sekarang. Dimana para pengusaha atau konglomerat memiliki bank untuk menghimpun dana masyarakat untuk mendukung usaha mereka. Praktek kapitalis ini nyatanya bertolak belakang dengan praktek koperasi yang dibangun dan dimiliki dari orang-orang dengan kepentingan yang sama, bukan oleh segelintir pemegang saham.

Kambara melanjutkan, BMI mendorong anggota Kopsyah BMI untuk menabung, terus menyisihkan sebagian pendapatannya agar menjadi saving di kemudian hari.

Kambara : Produk koperasi harus meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Kalau anggotanya tidak sejahtera, itu bukan koperasi, tapi kuperasi.

”Orang miskin tidak akan mendapatkan sesuatu tanpa menabung jika tidak dia akan menyicil. Yang disebut pendapatan bagi orang miskin adalah akumulasi biaya dari konsumsi, cicilan, tabungan dan sedekah. Misalkan penghasilan kita Rp50 ribu, dikurangi 20 ribu cicilan, 10 ribu tabungan dan 5 ribu itu sedekah maka Rp15 ribu yang boleh dikonsumsi. Kalau tidak, akan miskin terus,” terangnya.

Jika dibandingkan dahulu, saat ini orang miskin bisa dengan mudah mendapatkan pembiayaan. Karena di satu desa, ada 5 sampai 10 lembaga memberikan pembiayaan termasuk BUMN milik negeri. Lantas bagaimana koperasi sekarang bisa berkoperasi di masa sekarang yakni koperasi harus siap adaptif baik di bidang Good Cooperative Governance (GCG) dan model bisnis.

”Lantas siapa saat ini yang memulai membangun koperasi yaitu orang-orang UMKM. Tadi punya kepentingan sama, modalnya cukup dan menguasai pasar,” paparnya.

Dalam presentasinya, Kambara menjelaskan Koperasi BMI Grup terdiri dari 3 koperasi primer. Tiga koperasi primer disinergikan melalui Koperasi Sekunder Benteng Madani Indonesia. Kopsyah BMI di sektor simpan pinjam dan pembiayaan syariah. Kopmen BMI, koperasi konsumen di sektor riil dan Kopjas BMI, koperasi jasa mengelola beberapa bisnis jasa.

Kambara menjelaskan, Kopsyah BMI yang telah 20 tahun beroperasi kini telah memiliki aset Rp1,1 triliun. Dimana 65 persen adalah simpanan anggota yang digalakkan dengan Gerakan Menabung Seribu Sehari (Gema Seri) dari 237.221 anggotanya (data per 23 November 2023).

Kambara : Berbisnis harus dari diawali dengan saling percaya. Maka ada anggota di Kopsyah BMI bisa mendapatkan pembiayaan hingga Rp200 juta tanpa agunan.

Semua produk pinjaman dan pembiayaan diberikan tanpa agunan dan tanpa penjamin. Ini merupakan konsep syariah bahwa berbisnis diawali dengan saling percaya seperti dalam QS Al Baqarah 282 dan 283, dan jika sedang kesusahan dan tidak bisa membayar dapat diputihkan seperti perintah Allah SWT di QS Al Baqarah 280. ”Dan itu telah kita lakukan 21 tahun. Alhamdulliah, sebelum pandemic, NPF Kopsyah BMI mencapai 0,3 persen,” jelas Kambara.

”Lima tahun lalu kami membangun Kopmen BMI dan kemudian di tahun 2021, kita membentuk Kopjas BMI yang disinergikan dengan holding bernama Koperasi Sekunder Benteng Madani Indonesia. Konsep yang dibangun BMI Grup adalah bahwa anggota sebagai pasar potensial digarap oleh masing-masing koperasi demi kesejahteraan bersama.

“Misalnya anggota pengin punya rumah pembiayaan berasal dari Kopsyah, material dari Kopmen BMI dan konstruksi atau bangunannya oleh Kopjas BMI. Inilah siklus ekonomi koperasi yang kita bangun, kita juga Tengah merancang adanya Koperasi Produksi namanya Benteng Manufaktur Indonesia,” terang pria yang karib disapa Kambara tersebut.

Kambara menjelaskan, semua ini bisa terlaksana karena semua anggota sadar bahwa koperasi adalah milik bersama. ” Koperasi ini bukan milik saya, ini milik anggota. Kebetulan saya dipercaya menjadi ketua pengurus,” jelas Kambara.

Penerima Penghargaaan Satya Lancana Wira Karya dari Presiden RI ini memaparkan, beragamnya produk simpanan dan pembiayaan dari Kopsyah BMI memberikan pengaruh besar kenaikan pendapatan anggota. ”Dari data Litbang BMI, pendapatan per kapita sebelum menjadi anggota, sebesar Rp65 jutaan per tahun dan setelah menjadi anggota mencapai 132 jutaan pertahun, peningkatan yang sangat signifikan,” jelasnya.

Foto bersama narasumber seminar.

Pencetus Model BMI Syariah juga menegaskan bahwa di Pasal 4 Undang- Undang Perkoperasian Nomor 25 Tahun 1992 bahwa fungsi koperasi selain ekonomi adalah fungsi sosial. Kambara juga mengingatkan, bahwa membangun koperasi syariah wajib mempraktekkan nilai-nilai sosial (social value). Kopsyah BMI punya gerakan Gassiteru kepanjangan dari gerakan sedekah Rp3.000 seminggu. Rp1.000 untuk infak, dan Rp2.000 untuk wakaf. Dari wakaf Rp2.000 seminggu, BMI telah mengumpulkan Rp33,2 miliar.

”Kami telah menyerahkan 453 rumah gratis. Dan itu nilainya Rp31,5 juta sampai Rp60 juta untuk satu rumah. Kita punya gerakan Gassiteru, yang dari wakafnya mencapai Rp33,2 miliar. Inilah koperasi, gerakan gotong royong dalam QS Al Maidah ayat 2 untuk saling tolong menolong dalam kebaikan,” paparnya.

Kambara menambahkan bahwa melalui Model BMI Syariah Kopsyah BMI konsisten memberikan manfaat bagi anggota dan masyarakat. Setelah memiliki 100 cabang, kini koperasi dengan aset lebih dari Rp1,1 triliun lebih itu terus menggenjot program sosial dan pemberdayaanya dirasakan masyarakat di Banten dan Jawa Barat. Mulai dari Gerakan Seribu Sajadah dan Al Quran (Geser Dahan), Sanitasi Masjid, Mushola dan Pesantren (Sanimesra), Sanitasi Dhuafa, Santunan dhuafa, santunan anak yatim, beasiswa, pelayanan ambulans gratis (bensin, sopir dan e-toll ditanggung BMI) dan lain-lain.

Pria berdarah Mandailing ini menjelaskan jatuh bangunnya koperasi ada di anggota. Koperasi menempatkan anggota sebagai pemilik, pengguna dan pengendali. Dengan menempatkan anggota sebagai pemilik, pengguna dan pengendali membuat Kopsyah BMI tetap dalam spirit menjaga prinsip, nilai dan jati diri koperasi.

Di depan Staf Khusus (Stafsus) Presiden Bidang Ekonomi Arif Budimanta, Kambara mengatakan bahwa ada banyak tantangan yang dihadapi oleh koperasi untuk mengembangkan usahanya. ”Saat ini masih banyak UU belum mendukung koperasi sebagai badan usaha (pendidikan, pertanahan, jasa diklat, travel, dll). Kalau untuk membangun lembaga pendidikan, badan usaha harus Yayasan, tidak ada koperasi, padahal koperasi ada di Pasal 33 UUD 1945. Bahkan RUU Perkoperasian yang baru belum mengakomodir KSPPS atau Koperasi Syariah sebagai Lembaga Amil Zakat. Dan, Koperasi belum masuk dalam struktur keilmuan (harusnya menjadi kurikulum pendidikan dasar hingga perguruan tinggi),” jelasnya.

Jika ini disahkan, Maka Koperasi menjadi tuan rumah ekonomi Indoensia. Pemerintah bersama praktisi koperasi dan akademisi/dosen dan peneliti untuk membuat kajian-kajian koperasi.

“Makanya saya usul harus ada Kementerian Koperasi, BUMN dan Pariwisata. Karena ketiga sektor ini saling mendukung. Dan terakhir harus ada Dirjen Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) dan Dirjen Wakaf,” pungkasnya.

Kambara tak sendiri, ada lima cerita inspiratif dari para praktisi UMKM dan koperasi seperti Dharma Setyawan lewat kisah Komunitas Payungi di Kota Metro Lampung, Rida Azyumaridha Azra dengan pemberdayaan masyarakat melalui produksi tepung mocaf (singkong) dari Banjanegara, Jawa Tengah.

Kemudian Nurchaeti dengan ekspor keripik sehatnya ke luar negeri, Abdul Hamid dengan Expert Mentro One Village One CEO di Cianjur Jawa Barat serta kisah sistem Tanggung Renteng yang berhasil dilakukan para wanita di Kota Surabaya oleh Ketua Koperasi Konsumen Setia Bhakti Wanita Surabaya Chandra Fatmawati. Masing-masing diberikan waktu 15 menit untuk memaparkan usaha dan koperasinya.(togar/humas)

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *