Tangerang, Klikbmi.com – Selama sepekan ke depan, sebanyak 30 pengurus dari 15 koperasi syariah akan magang di Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia (Kopsyah BMI) pada Minggu-Sabtu, 8-14 Oktober 2023. Kegiatan ini merupakan kali kedua para pengurus dan pengelola koperasi pembiayaan syariah magang di Kopsyah BMI.
Pada gelombang pertama, 30 pengurus dan pengelola dari 15 kopsyah belajar Model BMI Syariah pada 10-16 September 2023 lalu. Sama dengan gelombang pertama, para peserta berasal dari berbagai daerah, seperti Aceh, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah dan lain-lain.
Agenda magang dibuka oleh Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Tangerang Anna Ratna Maimunah di Hotel Qubika, Gading Serpong Tangerang, Senin 9 Oktober 2023. Setelah dibekali, para peserta akan mengunjungi Kantor Cabang Kopsyah BMI dan melihat secara langsung operasional Kopsyah BMI di rembug pusat.
Dalam sambutannya, Anna Ratna Maimunah mengatakan dipilihnya Kopsyah BMI oleh Kemenkop RI sebagai tempat magang merupakan pilihan yang tepat. Sebagai koperasi syariah terbesar di Provinsi Banten, Kopsyah BMI menjadi benchmark koperasi yang tidak hanya mengutamakan bisnis semata, melainkan benefitnya bagi anggota dan masyarakat.
”Saya yakin dengan narasumber dari Kopsyah BMI, bapak ibu akan mendapatkan pengalaman dan pengetahuan pengelolaan bisnis simpan pinjam dengan mematuhi prinsip-prinsip syariah. Pendidikan dilakukan selama seminggu, saya rasa kurang pak. Mudah-mudahan bisa 10 hari. Meski kata Pak Kamaruddin, harus bisa dua bulan. Bapak dan ibu bisa mengambil pelajaran dari Kopsyah BMI bagaimana mereka fokus dan disiplin dalam membangun bisnis koperasinya dan tak melupakan nilai-nilai sosial dan spiritualnya dalam operasionalnya,” terang Ratna.
Hal senada diungkapkan Kepala Bidang Pengembangan SDM Perkoperasian Deputi Bidang Perkoperasian Wisnu Gunadi. Alasan memilih Kopsyah BMI karena koperasi dengan aset Rp1,1 trilun ini telah menjadi pelopor Program Hibah Rumah Siap Huni (HRSH) yang diberikan ke anggota dan non anggota yang kurang mampu dengan total 435 unit rumah.
”Kegiatan ini tidak murah. Biayanya sangat mahal. Jadi saya harapkan selain menuntut ilmu, para peserta juga serius dan disiplin dalam mengikuti magang ini. Karena Kopsyah BMI telah mewujudkan konglomerasi koperasi, bagaimana siklus ekonominya berputar di sini saja. Koperasi BMI punya Koperasi Konsumen dan Koperasi Jasa. Dengan program rumah gratis, Kopsyah BMI selain menghimpun masyarakan dalam wadah koperasi selain dapat meningkatkan aspek ekonomi juga aspek sosial dan spiritualnya,” ucap Wisnu.
Wisnu menjelaskan, target dari kegiatan ini para peserta magang mampu mengadopsi sistem pengelolaan dan model bisnis yang ada di Kopsyah BMI. Untuk diterapkan pada koperasi yang mereka kelola. ”Kegiatan magang ini untuk merealisasikan 500 koperasi modern dan pencapaian kontribusi koperasi terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 5,5 persen sampai 2024,” paparnya.
Dalam sambutannya, Presiden Direktur Koperasi BMI Grup Kamaruddin Batubara mengingatkan, agar para pengurus dan pengelola fokus membangun modal untuk membangun koperasi. Selain memberikan sambutan, pria yang karib disapa Kambara juga memberikan materi spin off Koperasi BMI Grup.
“Kalau koperasi nggak ada modalnya, terus mau ngapain? Kita nggak materialistik, tapi dari mana modalnya. Modal itu harus dikumpulkan dari anggota. Meski bagi saya modal itu nomor empat. Karena yang pertama niat. Kemudian baru cari jejearing atau networking. Ketiga, baru bisnis apa yang dilakukan, baru ke empat itu kita bicara modal. Jadi yang masih punya pekerjaan lain, harus fokus membesarkan koperasinya,” terang pria yang karib disapa Kambara tersebut.
Kambara juga menceritakan bagaimana semangat para pengurus dan pengelola Kopsyah BMI membesarkan koperasinya. ”Sekarang BMI sebagai badan hukum koperasi yang ke 11 tahun, aset kita sekarang Rp1,1 triliun dari asset kita di tahun 2013 yakni Rp80,4 miliar, kenapa bisa? Karena semangat berkoperasi. Memang harus fokus membangun koperasi ini, kalau dia (pengurus, pengawas dan pengelola) ada sampingan wajar hasilnya ke samping,” paparnya.
Penerima Penghargaan Satyalancana Wira Karya dari Presiden RI mengingatkan pesan dari Bung Hatta bahwa koperasi simpan pinjam adalah sendi gerakan koperasi. Membangun koperasi kredit adalah sendi dari pada gerakan koperasi kita. Koperasi kredit mendahulukan simpanan anggota yang lemah ekonominya. Sebab itu simpanan diadakan dengan tiada berkeputusan.
Kambara juga mengingatkan, bahwa membangun koperasi syariah wajib mempraktekkan nilai-nilai sosial (social value). Kambara menerangkan, Kopsyah BMI punya gerakan Gassiteru kepanjangan dari gerakan sedekah Rp3.000 seminggu. Rp1.000 untuk infak, dan Rp2.000 untuk wakaf. Dari Gassiteru, Kopsyah BMI telah membangun 165 rumah gratis untuk non anggota. Dari wakaf Rp2.000 seminggu, BMI telah mengumpulkan Rp32 miliar.
”Kami telah menyerahkan 435 rumah gratis dan masih ada 9 rumah lagi yang belum diserahkan. Dan itu nilainya Rp30 juta sampai Rp60 juta untuk satu rumah. Kita punya gerakan Gassiteru, yang dari wakafnya mencapai Rp32 miliar. Inilah koperasi, gerakan gotong royong dalam QS Al Maidah ayat 2 untuk saling tolong menolong dalam kebaikan. Kenapa kemudian, sampai hari ini kita masih bertahan,” paparnya.
Kambara menerangkan, modal memang penting, namun praktek Zakat, Infak, Sadaqoh dan Wakaf (ZISWAF) harus dilaksanakan. Koperasi syariah harus punya value added-nya yang memberikan benefit bagi sosial dan lingkungan sekitar kantornya.
Di BMI, kita membangun peradaban baru koperasi Indonesia, koperasi itu besar, koperasi itu harus dikelola secaar professional, koperasi wajib mandiri, berkarakter dan bermartabat, koperasi adalah pemberdayaan dan koperasi itu peduli sesama (sosial).
Kambara juga menerangkan holding Koperasi BMI Grup. Ada 3 koperasi primer di Koperasi BMI Grup yakni Kopsyah BMI (Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia), Kopmen BMI (Koperasi Konsumen Benteng Muamalah Indonesia) dan Kopjas BMI (Koperasi Jasa Benteng Mandiri Indonesia).
Tiga koperasi primer ini disinergikan oleh Koperasi Sekunder Benteng Madani Indonesia. Anggota koperasi harus bertindak sebagai anggota yang harus merasa memiliki terhadap koperasinya sehingga anggota tidak ditempatkan sebagai nasabah seperti halnya industri perbankan
”Koperasi itu semangatnya kolaborasi atau kerjasama, bukan kompetisi. Kalau kompetisi itu ada pemenangnya. Karena koperasi itu mementingkan benefit atau manfaat daripada keuntungan. Makanya jangan untung sendiri. Meninggal saja kita nggak ke kuburan sendiri? butuh bantuan” ujarnya.
”Kita harus banyak bersyukur karena lewat agenda ini, Kemenkop peduli pada kita semua. Dan kita doakan yang membuat kebijakan ini dan Bu Kadis yang hadir di sini, mohon didoakan umurnya panjang dan rezekinya berkah dan banyak,” tandasnya. (togar/humas)