Bogor, klikbmi.com – Siti Fatimah tengah sibuk mengemas tumpukan dodol. Dodol ini merupakan pesanan para langgananannya di Tangerang, Jakarta dan sekitarnya. Dodol tersebut adalah dodol khas Tenjo, Kabupaten Bogor. Bersama sang suami, Anggota Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia (Kopsyah BMI) itu tampak sibuk mempersiapkan dodol tersebut. Jenisnya bermacam-macam, ada yang orisinil, wijen dan durian. Sementara, sang suami pun sedang mengaduk dodol di sebuah kuali berukuran besar.
Siti Fatimah bersama suami dan 30 karyawannya mengelola home industry dodol Tenjo di Kampung Blok Jambu RT 01 RW 01, Desa Tenjo, Bogor, Jawa Barat. Lokasinya persis di depan Kantor Kopsyah BMI Cabang Tenjo. Dalam sehari mereka bisa memproduksi tujuh kuali dodol.
”Kalau tidak ada Koperasi BMI saat pandemi dahulu, mungkin kami bakal jadi pengangguran pak,” kata Siti Fatimah membuka perbincangan bersama Redaksi Klikbmi di rumahnya.
Usaha dodol itu dibangunnya bersama suami, lima tahun silam. Semua berawal dari ruangan kecil yang tak jauh dari pabriknya sekarang. Perkenalannya dengan BMI berawal dari ajakan Haji Puryadi (Pengawas Koperasi Konsumen BMI, saat ini) yang juga tetangga Siti Fatimah untuk menyimpan tabungannya di BMI pada akhir 2019 lalu. Hingga kemudian, mereka membentuk rembug pusat sendiri. ”Nama Rembug Pusatnya Dodol Kamelia, sama dengan merek dodol kami pak,” terang Siti.
Fatimah bercerita, usaha dodolnya berangkat setelah ia memilih mandiri setelah 19 tahun menjadi karyawan di sentra dodol Bogarasa, yang juga milik tetangganya. Pengalamannya menjadi perajin dan marketing di sana, membuatnya ingin membuka usaha sendiri.

Namun, di awal usahanya ia sulit mendapatkan modal. Alhasil, Siti Fatimah memilih bertahan dengan 8 karyawan dan pabrik seukuran kamar tidur. Kesulitan mendapatkan modal membuat usaha mereka sulit berkembang.“Waktu itu, usaha sudah jalan dua tahun tetapi keuntungan modal belum bisa mensejahterakan kebutuhan keluarga,” katanya.
Siti pun enggan meminjam modal usaha kepada rentenir. Apalagi, banyak cerita negatif mengenai rentenir di daerahnya. Bahkan, bunganya pun sangat besar dibandingkan dengan lembaga keuangan konvensional. Dia juga sulit meminjam modal usaha kepada perbankan. Ini karena, dia tidak memiliki persyaratan yang cukup untuk mendapatkan modal usaha itu, yakni jaminan.
”Mau pinjam kemana pak, mau ke Bank harus ada jaminan. Hingga saya diajak Pak Haji Puryadi untuk jadi anggota BMI. Kami diajak menyimpan dulu, Rp2.000, Rp 5.000 yang penting menabung. Alhamdulillah, tekad kami ingin mandiri dapat kepercayaan dari BMI. Tanpa agunan sekalipun. Padahal BMI sudah tahu yang kerja di tempat saya penghasilannya rendah masih saja dibantu,” jelasnya.

Nama Rembug Pusat itu adalah Dodol Kamelia. Sesuai dengan nama produksinya. Meski statusnya sebagai pemilik usaha, Siti mendapatkan pembiayaan pertama dari Kopsyah BMI sebesar Rp5 juta, angka yang sama dengan karyawan-karyawan lainnya. Modal itu digunakan semua untuk membeli bahan dodol. Sekarang, pembiayaannya telah mencapai Rp15 juta.
”Alhamdulillah, Kopsyah BMI juga membantu kami saat pandemi. Dari kemudahan relaksasi yang diberikan, sampai akhirnya bisa normal sampai sekarang. Sekolah anak-anak kami tetap berjalan dan tiap hari ada penghasilan,” terang Siti Fatimah.
Perjuangan memang tak mengkhianati hasil. Pembiayaan dari Kopsyah BMI nyatanya mendongkrak usaha Siti Fatimah. Produksinya bertambah dari satu kuali menjadi tujuh kuali perhari. Imbasnya tentu keuntungan. Dari keuntungan bersih Rp100 ribu perhari kini mencapai Rp400 ribu – Rp500 ribu per hari.

Dari 8 karyawan, kini Usaha Dodol Kamelia telah memiliki 30 karyawan. Kesemua karyawannya adalah anggota Kopsyah BMI. Mereka dibayar secara borongan, setiap minggu. Siti Fatimah juga telah memiliki pabrik sendiri. Keuntungan dari usaha dodol, ia belikan sebuah rumah untuk pabriknya. Lokasinya di pinggir Jalan Tenjo-Jasinga.
”Alhamdulillah, berkat dorongan dari BMI saya bisa membeli rumah, menambah pelanggan saya ke Pasar Anyar Tangerang dan Pasar Baru. Saya terus mengajak ibu-ibu yang bekerja di sini untuk amanah, untuk terus berinfaq, tunaikan wakafnya, agar usaha dan keluarga kita selalu di berkahi Allah SWT. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih kepada BMI,” terangnya.
Sementara, Presiden Direktur Koperasi BMI Grup, Kamaruddin Batubara sangat gembira melihat anggotanya yang beranjak sukses seperti Ibu Siti Fatimah. Pria yang akrab disapa Kambara itu mengatakan bahwa Kesuksesan itu harus ditularkan kepada seluruh anggota Koperasi BMI.
”BMI terus berkomitmen untuk mengangkat kesejahteraan anggota. Ibu Siti Fatimah adalah salah satu contoh anggota yang tekun berusaha dan memanfaatkan pembiayaan dari Kopsyah BMI dengan tepat sehingga berhasil seperti sekarang. Diperlukan juga usaha yang tekun dan istiqomah, jangan berhenti sebelum sukses dan berhasil, Sukses ini harus ditularkan kepada anggota lainnya, harus sukses bersama sama, itu baru luar biasa,” jelasnya.
Kambara juga mengajak seluruh anggota Koperasi BMI untuk selalu menyimpan dananya lewat produk simpanan yang ada di Koperasi BMI. ” Semangat menjadi anggota koperasi adalah saling tolong menolong. Mari kita sisihkan hasil usaha kita dengan menyimpan di Kopsyah BMI. Karena dengan simpanan ini, kita bisa membantu anggota-anggota kita yang lain semakin mandiri. Seperti kisah Ibu Siti Fatimah ini, ” pungkasnya.
(Togar Harahap/Klikbmi.com)
Selamat buat ibu siti aminah yg udah sukses mengangkat dn mengharumkn makanan /dodol khas Tenjo
Pak bisa minta no telp ibu siti fatimah
Saya fatima wa 081908922288 thx