Nasehat Dhuha Minggu, 21 November 2021 | 15 Rabiul Akhir 1443 H | Oleh : Sularto
Klikbmi, Tangerang – Tema kita di hari libur ini adalah pengendalian diri dalam Islam. Agama kita mengajarkan untuk selalu mengendalian diri. Pengendalian diri diistilahkan dengan mujahadah an nafs. Pengendalian diri sama dengan pengendalian menghadapi hawa nafsu, emosi, dan hal lain yang nantinya berdampak buruk. Mujahadah an nafs berasal dari kata mujahadah yang artinya bersungguh-sungguh, serta an nafs berarti diri sendiri. Maknanya adalah perjuangan melawan hawa nafsu atau perbuatan tercela sesuai hukum Allah SWT.
Makna Mujahadah An Nafs dalam Kisah Nabi Yusuf AS. Senada dengan artikel yang ditulis dosen UMA Prof Dr HA Rafiqi Tantawi, MS, tersebut, pengendalian diri atau control diri bukan hal yang mudah. Apalagi manusia punya kecenderungan tertarik pada hal negatif dan bujukan negatif. Hal ini tercantum dalam Al Quran surat Al-Mujadalah ayat 19 :
اِسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطٰنُ فَاَنْسٰىهُمْ ذِكْرَ اللّٰهِ ۗ اُولٰۤىِٕكَ حِزْبُ الشَّيْطٰنِۗ اَلَآ اِنَّ حِزْبَ الشَّيْطٰنِ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ
Artinya: “Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi.”
Beratnya Pengendalian diri yang dalam agama Islam diistilahkan mujahadah an nafs juga dikisahkan Rasulullah SAW, yang baru pulang dari Perang Badar. Rasulullah SAW ternyata menganggap perang Badar sebagai pertempuran kecil dibanding melawan diri sendiri. “Ya Rasulullah, Apakah ada lagi perang yang lebih besar dari ini (Perang Badar)?” Rasulullah mengatakan, “Melawan hawa nafsu,” tulis artikel karya dosen fakultas pertanian UMA tersebut.
Imam Al-Ghazali menerangkan, pengendalian diri yang baik akan menghasilkan kekuatan karakter. Artinya pembangunan karakter memerlukan pengendalian diri, disiplin, dan selalu yakin akan balasan dari Allah SWT. Muslim yang taat beribadah, punya karakter kuat, dan mampu pengendalian diri lebih mampu menahan diri dari kesenangan sementara.
Pengendalian Lisan
Paling tidak, pengendalian diri harus kita mulai dari mengendalikan lisan kita sesuai dengan perintah Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta dan beramal dengannya, maka Allah tidak mempunyai keperluan bahwa dia meninggalkan makanan dan minumannya (HR. Ahmad, Bukhari, Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِا اللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ.
Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam (HR. Bukhari dan Muslim).
Tentu pengendalian diri bukan hanya lisan, pada seluruh aspek kehidupan kita tetap harus mengendalikan diri. Pengendalian diri dalam hubungan antar manusia maupun dalam upaya tetap menjaga ibadah mencapai ridlha Allah SWT.
Mari tetap ikhtiar terbaik dan berikan dari sebagian rejeki kita untuk orang yang membutuhkan. Insyallah rejeki yang kita terima akan berkah. Mari terus ber-ZISWAF (Zakat,Infaq,Sedekah dan Wakaf) melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BSI eks BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela : 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI : 0000000888. (Sularto/Klikbmi)