Kisah Perjuangan Rohayati Yang Membangun Usaha Rengginang Seraya Merawat Suaminya Yang Lumpuh
Nasehat Dhuha Senin, 11 Juli 2022 | 11 Dzulhijah 1443 H | Oleh : Togar Harahap
Inilah kisah Ibu Rohayati yang berjuang bersama suaminya membangun usaha rengginang warisan turun temurun. Begini Kisahnya;
- Lumpuh Tapi Masih Bersemangat
Tangerang, Klikbmi.com – Azan Sholat Ashar sudah menggema di Masjid Kampung Kiara, Desa Tobat, Balaraja, Tangerang. Dengan perlahan, Abdul Mutholib menggeser tubuhnya dari sofa ke kursi roda. Hanya dengan sekali ayunan, tubuh pria 63 tahun itu sudah masuk ke dalam kursi. Dua tangannya dengan lincah mengayun roda penggerak menuju kamar mandi untuk melakukan wudhu.
”Uti, ambilkan baju koko Akung,” panggil Abdul Mutholib kepada Rohayati, istrinya yang baru saja mengangkat jemuran rengginang di depan rumahnya. Rengginang adalah usaha warisan orang tuanya yang sudah 20 tahun ia geluti sampai sekarang. Uti adalah sebutan untuk eyang putri. Sementara, para cucu memanggil Abdul Mutholib dengan eyang kakung atau Akung.
Rumah Gratis Kopsyah BMI Ke 372, Selengkapnya Baca Di Sini : Assalamualaikum Pak Bupati, Alhamdulillah BMI Sudah Membangun 222 Rumah Gratis Di Kabupaten Tangerang
Sudah dua tahun, setengah dari tubuh Abdul Muthalib tak bisa lagi bergerak. Empat ruas tulang belakangnya telah terpasang gips akibat pengapuran tulang. Meski bergantung pada kursi roda, Abdul Mutholib tetap beraktivitas seperti biasa. Membuat cetakan rengginang hingga menerima pesanan rengginang dari luar kota.
Dengan sedikit berlari, wanita 52 tahun itu memberikan baju koko berwarna putih bersama tasbih kepada suaminya. Tak lama kemudian, ia kembali ke dapur menyiapkan penggorengan. Di dapur, putra bungsunya, Muhammad Derry sudah memanaskan wajan berukuran jumbo. Bujang 21 tahun inilah yang menggantikan Abdul Mutholib sejak ayahnya terpasung di kursi roda. Sementara Abdul Mutholib melakukan Salat Ashar.
Usia Abdul Mutholib dan Rohayati terbilang jauh, 11 tahun. Mereka menikah di pertengahan 1987, melahirkan tiga buah hati, dua lelaki dan satu perempuan. Dari usaha rengginang itu, salah satu anaknya telah menjadi seorang bidan di salah satu RS Swasta di Tigaraksa Tangerang.
”Saya masih semangat pak. Yang tidak bisa saya gerakkan cuma dua kaki saya sampai pinggang. Kalau yang lainnya, masih lincah,” kata Abdul Mutholib kepada Redaksi Klikbmi saat berkunjung ke kediamannya, Jumat 8 Juli 2022 lalu.
Kisah Pengabdian Alumni Beasiswa Paket C Kopsyah BMI, Baca Di Sini : Kopsyah BMI Adalah Orang Tua Kedua Dalam Hidup Saya
- Warisan Turun Temurun
Turun Temurun
Usaha rengginang itu diberi nama Sinar Mak Oyo. Mak Oyo sendiri adalah nama dari nenek Abdul Mutholib. Semua resep itu diwariskan orang tuanya kepada Abdul Mutholib. Usaha rengginang ini telah digelutinya sejak tahun 2002, setahun setelah usaha kue telur gabusnya pupus di tengah jalan.
Bentuk rengginang Mak Oyo memang berbeda dari kebanyakan. Bentuknya bundar, bukan pipih. Rasanya berpadu dengan bumbu-bumbu dapur bersama cita rasa ikan laut menyeruak ke lidah saat memakannya. ”Ini rengginang asli Losari pak, Cirebon. Jadi rasanya beda. Sampai usaha saya sudah 20 tahun sekarang, rasanya nggak berubah,” terang Abdul Mutholib.
Kini usaha Rengginang mendapat pengawasan langsung oleh Rohayati dan putra bungsunya. Anggota Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia (Kopsyah BMI) Cabang Jayanti ini sadar, ia harus turun langsung mengurus semuanya di saat suaminya dalam kondisi seperti itu. Mulai dari awal produksi adonan rengginang dari ketan hingga pemasaran. Dalam sehari, usaha ini mampu memproduksi 25-50 Kg rengginang. ”Saya pasarkan ke Pasar Baru Tangerang saja pak,” ujar Rohayati.
Meski sibuk dengan usaha rengginang, Rohayati sangat setia mendampingi serta merawatnya suaminya. Rohayati sadar usia suaminya sudah sepuh, namun ia juga tak tega meminta Abdul Muthalib berhenti membantunya memproduksi rengginang. ”Suami saya masih semangat terus pak, nggak mau berhenti kalau nggak capek,” ujar Rohayati.
- Berkenalan Dengan Kopsyah BMI
Saat masih sehat, Abdul Mutholib mengurus semua produksi. Sementara Rohayati menjalankan marketing, termasuk permodalan pun demikian. Tahun 2013, menjadi awal perkenalan Rohayati dengan Kopsyah BMI di tengah kondisi usahanya tengah layu. Pembiayaan pertamanya sebesar Rp2 juta, langsung ia belanjakan untuk kebutuhan rengginang. Kini pembiayaan telah mencapai Rp20 juta.
Dari hari ke hari, usahanya kian meningkat. Mereka sudah memiliki open untuk mengeringkan rengginang. Dengan kehadiran alat itu, usaha Rohayati pun tak surut meski musim hujan sekalipun. Tidak hanya meningkat di sisi produksi. Rohayati juga menambah armadanya. Jika 20 tahun lalu, Rohayati masih memakai sepeda motor untuk mengirim pesanan ke para pelanggan, kini ia sudah memiliki mobil pengiriman.
Yuk, Berkenalan Dengan Produk Simpanan Kopsyah BMI, Klik Tulisan Ini
”Kalau dulu pakai motor, sekarang alhamdulilah sudah Allah kasih rezeki mobil. Tapi motor yang jadi kenangan masih saya simpan,” terang Yati.
Sepeda motor kenangan itu adalah Kawasaki Kaze R. Kuda besi berwarna hitam keluaran 2002 itu, mereka beli dari sisa usaha kue gabus yang gulung tikar. Kini, di depan rumahnya sudah terparkir sebuah mobil Daihatsu Grand Max, yang dibawa Rohayati bersama putra bungsunya mengirim pesanan. ”Kalau pesanannya sudah sampai 1 kuintal ke atas, nggak mungkin dong pak pakai motor,” ujar Rohayati.
- Demi Pendidikan Anak
Rohayati juga mengungkapkan bagaimana Kopsyah BMI membantu pendidikannya anaknya hingga sekarang. Tahun 2017, menjadi tahun krusial bagi keluarganya. Saat itu, Rohayati membutuhkan uang yang tak sedikit untuk menyekolahkan putrinya, Dina Rizkiati yang baru saja lulus dari SMA. Namun di sisi lain, usaha rengginangnya membutuhkan modal yang tak sedikit.
Di tengah kebingungan itu, ia akhirnya mengajukan diri untuk mendapatkan pembiayaan mikro tata cendikia (MTC) hingga Rp10 juta. Dari pembiayaan itu, putrinya bisa melanjutkan ke Sekolah Kebidanan di Kota Depok. ”Alhamdulillah pak, akhirnya anak saya bisa wisuda jadi bidan,” ujar wanita asal Kabupaten Brebes, Jawa Tengah itu.
Tidak hanya permodalan dan pendidikan, anggota Rembug Pusat Bolu Kukus ini pun nyatanya menikmati manfaat menjadi anggota Kopsyah BMI. Mulai dari pembuatan dapur dan plafon rumahnya yang diakses lewat Mikro Tata Griya (MTG) Renovasi, sumur satelit (Mikro Tata Air) hingga mengakses rumah tanpa DP untuk putrinya.
”Alhamdulillah, pak dari Kopsyah BMI, saya bisa merasakan langsung manfaatnya menjadi anggota. Dan saya berterima kasih, karena sudah berwakaf di BMI. Sekali lagi saya mengucapkan terima kasih,” terangnya.
- Penutup
Di tengah kondisinya suaminya yang mengalami kelumpuhan, Rohayati masih memegang teguh amanah. Pembiayaan yang dipakainya ia tuangkan semua sebagai modal usaha. Hingga kemudian, kepercayaan itu berbuah manis, ia memiliki anak-anak yang berbakti dan menerima manfaat sebagai anggota koperasi.
Perjuangan dan kesetiaan Rohayati menjadi semangat untuk kita menjadi lebih baik, cinta dan kasih sayang serta doa seorang istri dan ibu akan selalu menuntun langkah keluarga dan kehidupan buah hatinya.
Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu mendoakan keluarga kita, orang-orang yang selalu giat berikhtiar, selalu teguh memegang amanah, dan senantiasa yakin Allah Swt menjamin rezeki hamba-hambanya yang selalu giat berusaha. Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.
Mari terus ber-ZISWAF (Zakat,Infaq,Sedekah dan Wakaf) melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BSI eks BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela : 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI : 0000000888
(Togar Harahap/Klikbmi)