Nasehat Dhuha Sabtu, 6 November 2021 | 30 Rabiul Awal 1443 H | Oleh : Ust M Reza Prima, ME
Klikbmi, Tangerang – Saat kegagalan menghantui hidup kita. Saat persoalan hidup mendera kita. Saat problematika hidup mencengkeram kita. Saat itu kita merasakan diri kita lemah tak berdaya. Saat kita bermasalah dengan atasan kita di tempat kerja. Saat kita merasa sangat membutuhkan pertolongan dan bantuan dari Zat yang Maha Kuat. Kita berdoa’ memohon kepada-Nya di waktu pagi, siang, petang dan malam hari. Bahkan di sepertiga malam terakhir pun kita sanggup bangun malam untuk melaksanakan shalat tahajjud yang diringi dengan do’a panjang berlinang air mata.
Namun, di saat kesuksesan menyelimuti hidup kita. Kejayaan akrab dengan diri kita. Hajat kehidupan terpenuhi. Kelapangan kita rasakan. Keluasan rezki kita dapatkan. Jabatan dan martabat tinggi tergapai. Kitapun lupa, bahwa semua kelapangan dan kesuksesan itu murni anugerah dari yang Maha Kaya. Kitapun lupa dan lalai dengan karunia-Nya. Do’a dan permohonan pun menyingkir dari hari-hari kita.
Begitulah roda kehidupan selalu berputar. Kondisi manusia juga berubah. Kadang susah, kadang senang. Kadang sedih, kadang gembira. Kadang sulit, kadang lapang. Saat kondisi susah, seseorang diimbau untuk berdoa kepada Allah agar kesusahannya dihilangkan, diganti dengan kesenangan.
Saat senang, juga diimbau untuk berdoa kepada Allah agar tidak lupa diri, sehingga melakukan hal-hal yang buruk dan berlebihan. Terkadang, seseorang ingat Allah lalu berdoa kepada-Nya pada saat susah. Setelah kesusahan itu hilang, berganti kesenangan, mereka lupa diri.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa yang senang Allah mengabulkan doanya ketika dalam keadaan sempit serta berduka maka hendaknya ia banyak berdoa ketika dalam keadaan lapang.” (HR. Tirmidzí No. 3304).
Allah Ta’ãlã berfirman:
وَإِذَا مَسَّ الْإِنْسٰنَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنۢبِهِۦٓ أَوْ قَاعِدًا أَوْ قَآئِمًا فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُۥ مَرَّ كَأَنْ لَّمْ يَدْعُنَآ إِلٰى ضُرٍّ مَّسَّهُۥ ۚ كَذٰلِكَ زُيِّنَ لِلْمُسْرِفِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Dan apabila manusia ditimpa bahaya, dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia kembali (ke jalan yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang yang melampaui batas apa yang mereka kerjakan.” (Q.S. Yunus/10: 12).
Dalam hadis yang lain disebutkan, Abu Hurairah berkata bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Allah berfirman, ‘Aku adalah menurut persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Aku adalah beserta hamba-Ku itu apabila ia ingat kepada-Ku. Maka jika ia ingat kepada-Ku dalam dirinya, maka Aku pun ingat padanya dalam diri-Ku dan jika ia ingat kepada-Ku di kalangan orang banyak, maka Aku ingat pada orang itu di kalangan makhluk yang lebih baik daripada mereka itu (para malaikat).’” (HR. Bukhãri dan Muslim).
Jangan pernah lupa untuk berdoa kepada Allah pada segala kondisi. Doa yang baik disebutkan hendaknya diucapkan pada momen-momen yang baik pula, misalnya pada saat akan atau setelah selesai melaksanakan suatu ibadah, seperti shalat, baik itu shalat fardhu maupun shalat sunah. Shalat itu sendiri adalah ibadah yang di dalamnya berisi banyak sekali doa. Sejak takbiratul ihram sampai salam. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
»إِذَا كَانَ الرَّجُلُ دَعَّاءً فِي السَّرَّاءِ ثُمَّ نَزَلَتْ بِهِ ضَرَّاءُ فَدَعَا ، قَالَتِ الْمَلائِكَةُ : صَوْتٌ مَعْرُوفٌ اسْتَغْفِرُوا لَهُ ، وَإِذَا كَانَ الرَّجُلُ لَيْسَ بِدَعَّاءٍ فِي السَّرَّاءِ فَنَزَلَتْ بِهِ ضَرَّاءُ فَدَعَا قَالَتِ الْمَلائِكَةُ: ” صَوْتٌ لَيْسَ بِمَعْرُوفٍ وَلا يَشْفَعُونَ لَهُ «
“Jika ada seorang hamba shalih yang senantiasa mengingat Allah setiap saat memohon kepada Allah, para malaikat akan berkata, “Hadza shautun ma’ruf” (suara ini kita kenal), lalu para malaikat akan membantu memohonkan kepada Allah agar doanya dikabulkan. Tapi jika ada hamba yang jarang berdo’a dan hanya berdo’a ketika susah saja, para malaikat akan berkata, “hadza shautun ghairu ma’ruf” dan mereka pun enggan memberi syafaat.” (HR. Ahmad).
Bagaimana tanggapan kita bila ada sahabat apa seorang teman yang hanya merapat dan ingat pada kita saat ia disapa kesusahan dan kepahitan hidup? Sementara jika kesenangan diraih, kemanisan hidup tergapai, kesulitan hidup mengingkir, kita pun dilupakan dan diabaikannya. Tentu kita tidak akan respek terhadapnya.
Karenanya, mengingat Allah di saat lapang, beristighfar di saat bahagia, bertaqarrub di kala sehat dan beribadah di kala muda, akan membuat seorang hamba menjadi istimewa di hadapan Allah Ta’ala.
Sedang berdo’a dengan khusyu’ di kala sakit atau memohon pertolongan-Nya di kala terkena musibah, bukanlah hal istimewa, sangat wajar, lumrah dan naluriah. Kebanyakan manusia memang hanya ingat kepada Allah di saat susah, dan lupa saat kondisi membaik seperti semula. Karenanya, ingat dan berdo’a kepada Allah di saat lapang, Allah akan mengingat dan memperhatikan kita di saat sempit.
Abu Darda pernah menasihati kita:
» اُدْعُ اللَّهَ يَوْمَ سَرَائِكَ لَعَلَّهُ يَسْتَجِيْبُ لَكَ يَوْمَ ضَرَائِكَ «
“Berdo’alah kepada Allah di hari-hari senangmu, mudah-mudahan Dia memperkenankan do’amu di hari-hari sulitmu.” (Mawa’izh As-Shahabah oleh Shalih Ahmad Asy-Syami).
Wallahu A’lam
Mari terus ber-ZISWAF (Zakat,Infaq,Sedekah dan Wakaf) melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BSI eks BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela : 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI : 0000000888. (Sularto/Klikbmi)