Cinta Nurhasanah Untuk Abizar

Edu Syariah

Nasehat Dhuha  Senin, 14 Maret 2022| 11 Syaban 1443 H | Oleh : Ustadz M Reza Prima, ME 

Klikbmi, Depok – Tidak semua orang dikaruniakan kesehatan yang sempurna, terhindari dari penyakit kronis, dikaruniakan anggota tubuh yang tak kurang alias sempurna, tidak cacat dan berfungsi sebagaimana mestinya. Adakalanya, seseorang diuji dengan sakit yang mengegrogoti tubuh dan memaksa orang tersebut terbaring sakit tak berdaya. Karenanya, sudah pantas kita bersyukur kepada Allah dengan memperbanyak syukur dan sedekah. Karena kesehatan adalah nikmat yang paling berharga dan sakit adalah ujian.

Dan itulah yang dialami oleh Muhammad Abizar, putra dari Ibu Nur Hasanah Aluih, anggota Kopsyah BMI di Cabang Sawangan, Depok, Jawa Barat. Abizar diuji dengan ujian yang membuat Nur menghabiskan air matanya disamping ranjangnya. Bagaimana tidak, setiap hari Nur Hasanah harus menatap kondisi putranya yang hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur.

Abizar terlahir sehat tanpa ada kekurangan sesuatu apapun. Dan tak ada tanda-tanda keganjilan dari tubuhnya. Namun setelah berusia delapan bulan, sedikit demi sedikit terlihat perubahan yang tak normal di tubuh Abizar.

Abizar tak mampu menggerakan tubuh, kaki, tangan dan bahkan jemarinya. Saat itulah Nur Hasanah kaget melihat putranya tak mampu menggerakan anggota tubuhnya dan cendrung mengarah kepada kelumpuhan secara permanen.

Nur bergegas mencari informasi dengan bertanya kepada dokter di rumah sakit, tempatnya bersalin. Dari informasi dokter dan rumah sakit didapati keterangan bahwa dalam proses melahirkan, air ketuban di rahim Nur Hasanah sempat habis dan mengering. Hal itulah yang salah satu penyebab  Abizar – mengalami disabilitas ini.  Mendengar itu, hati Nur Hasanah membeku dan sesak. Ia harus merelakan buah hatinya menjalani hidupnya dengan keterbatasan.

Hingga di usianya ke 11, Abizar masih dengan kondisi yang sama. Nur Hasanah hanya bisa berpasrah diri kepada Allah yangMaha Kuasa. Tentu sebagai ibu, Nur Hasanah tak bisa hanya berpangku tangan, namun harus kemana ia mengadu? Apalagi kondisi itu makin berat karena serasa harus memikul beban berat sendiri tanpa kehadiran pihak berwenang untuk mengayomi orang-orang seperti Nur Hasanah.

Nur Hasanah adalah anggota Kopsyah BMI pada rembug pusat Kenanga, Kelurahaan  Pengasinan, Kota Depok, Jawa Barat. Sebelum bertemu dengan Kopsyah BMI, beliau selalu merasa terpukul dengan kondisi ananda tercinta dan merasa sendiri dengan ujian tersebut. Namun di tengah keputusasaan beliau, Allah menakdirkannya bertemu dengan Kopsyah BMI dan menjadi anggota.

Kepala Cabang Kopsyah BMI Sawangan menjelaskan kepada penulis bahwa kondisi Ibu Nur Hasanah dan Ananda Muhammad Abuzar berhak mendapatkan santuan yang meringankan beban berat dari ananda yang harus bersyukur dengan kondisinya yang tak mampu berjalan. Bukan karena terlahir cacat, namun lebih kepada kesalahan proses melahirkan yang fatal hingga ‘mencabut’ kebahagian ananda dan membuatnya harus terbaring sepanjang hari tak berdaya. Untuk kesempatan itulah, Kopsyah BMI melalui kepala cabang Sawangan memberikan bantuan berupa kursi roda untuk memberikan sedikit atau secercah kebahagian agar ananda Abizar bisa bergerak bebas melalui kursi roda.

Di tengah ‘keputusasaan’ Kopsyah datang dengan menawarkan ‘setetes’ kebahagian baginya keluarga Nur Hasanah yang ‘dahaga’ bantuan. Memang sudah komitmen Kopsyah BMI untuk bisa membersamai umat dan kaum mustadh’afin serta menawarkan kepada mereka secercah harapan. Kopsyah BMI berharap dapat menjadi pelita yang menerangi.

Selain bantuan hibah kursi roda kepada ananda Muhammad Abizar, Kopsyah BMI melalui cabang Sawangan juga membantu Ibu Sani, seorang janda dhuafa berusia delapan puluh (80) tahun. Beliau tingga sendirian di Kampung Bulak, Kelurahan Cinangka, Depok.

Bu Sani, begitu orang memanggilnya, harus tingga seorang diri dan hanya ditemani seekor kucing kesayangannya. Kucing tersebut dirawatnya sejak kecil dna sekarang menjadi teman yang menghiburnya di tengah kesunyian. Bu Sani sebenarnya sebelumnya memiliki anak, namun takdir Allah, anaknya meninggal dan sekarang Bu Sani hanya bisa berharap dari bantuan dan uluran anak sambung beliau.

Bu Sani usai menerima santunan dhuafa dari Kopsyah BMI.

Di usia yang sudah sangat tidak muda, 80 tahun, dan dengan kondisi beliau yang sudah bungkuk dan lemah, Bu Sani adalah tauladan dalam kesalehan dan ketekunan dalam peribadatan. Bagaimana tidak, usia sudah 80 tahun dan kondisi badan yang bungkuk, namun Bu Sani tetap taat kepada Allah dengan mengabdikan diri kepada Allah. Bu Sani tetap rutin datang ke pengajian ibu-ibu sepekan sekali.

Alhamdulillah, saat ini Bu Sani sudah menjadi anggota BMI dan punya tabungan terakhir 260.000 walau sudah diambil 250.000 karena musibah yang menimpanya. Dengan kondisi yang seperti sudah diceritakan, Bu Sani masih ditimpa musibah hilangnya gas dari rumah karena ada yang mencurinya. Nastaghfirullah.

Semoga kita semua menjadi hamba-hambaNya yang konsisten menebar kemanfaatan dan kebaikan untuk umat dan semesta. Amin.

Mari terus ber-ZISWAF (Zakat, Infaq, Sedekah dan Wakaf) melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BSI eks BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela : 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI : 0000000888.  

(Togar Harahap/Klikbmi)

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *