Ini Kisah Usaha Jamu Anggota Cabang Solear Yang Bangkit Lewat Pembiayaan Kopsyah BMI
Nasehat Dhuha, Senin 19 September 2022 | 22 Shafar 1444 H | Oleh : Ustadz Sarwo Edy, ME
Tangerang, Klikbmi.com – Saat ini sepertinya sudah menjadi waktu yang tepat bagi seluruh insan di dunia untuk bangkit. Bangkit dari segalanya setelah dua tahun pandemi. Saat itu banyak cara dari kita agar tetap sehat dan selamat dari wabah tersebut. Salah satunya adalah dengan minum jamu.
Menurut mayoritas masyarakat Indonesia, Jamu adalah minuman herbal yang berkhasiat tinggi untuk menjaga kesehatan. Dan jamu adalah salah satu pilihan utama karena khasiatnya dan harganya yang relatif murah. Karena itulah dua tahun yang lalu adalah tahun yang membawa keberkahan bagi para penjual jamu.
Seperti yang dialami oleh seorang ibu penjual jamu di Perumahan Taman Kirana Solear, Kecamatan Solear. Ibu itu bernama Sri Suyanti. Yanti – begitu sapaan akrabnya – sudah berjualan jamu sejak 2002. Ia merasa dengan wabah corona ini membawa keberkahan tersendiri baginya.
“Saya sudah jualan jamu sejak 2002 yang lalu. Jadi kira-kira sudah 19 tahun. Bukan mendoakan sih pak, tapi wabah korona membawa “keberkahan”. Kini banyak yang sadar, bahwa jamu bisa membangkitkan imun tubuh kita. Alhamdulillah, pendapatan saya meningkat drastis selama 2 tahun yang lalu daripada tahun-tahun sebelumnya,” ujar wanita asal Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah itu.
Ternyata dari 19 tahun mengarungi kehidupan sebagai penjual jamu, tidak ia jalani dengan lurus-lurus saja. Pahit manis pengalaman telah ia rasakan semua. Usaha jamunya bermula saat mengikuti sang kakak ipar berjualan jamu di Perumahan Taman Adiyasa, Solear. Setelah sebulan berjualan bersama pun diajari cara meracik jamu, Yanti bersama suami meminta izin untuk berjualan jamu sendiri.
BACA JUGA : Pada HUT Ke 389 Kabupaten Karawang, Koperasi BMI Salurkan Bantuan 389 Paket Sajadah Dan Al Qur’an
”Alasannya karena kami ingin pindah tempat ke Taman Kirana Solear. Pada saat itu saya jualan jamu gendong dengan jalan kaki. Sementara suami saya pakai sepeda,” terang Yanti mengawali kisah usahanya.
Tahun ke tahun, usaha jamunya kian meningkat. Permintaan jamu yang semakin banyak. Akhirnya pada tahun 2006, mereka memutuskan untuk menambah karyawan. “Setelah melihat usaha jamu ini semakin meningkat, maka tahun 2006 kami putuskan untuk merekrut karyawan. Ada 5 karyawan yang kami rekrut, kami mulai santai,” terangnya.
Kesuksesan itu hanya berlangsung tujuh tahun. Hingga di Tahun 2013, Allah mengingatkan mereka. Semua harta yang dimilikinya ludes karena kelalaian dalam manajemen. “Kalau mau diingat tahun itu, Allah sedang ngasih cobaan pak. Apa yang kita peroleh habis sirna. Pada saat itu kami sangat terpuruk,” terangnya.
Di momen itu, ia bersama suaminya tak ingin lama meratapi keadaannya itu dan bertekad untuk lekas bangkit. Pada saat keinginannya untuk bangkit, sontak datang tetangganya untuk mengajaknya menjadi anggota Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia.
“Lewat tetangga saya yang datang. Ia mengajak saya untuk ikut menjadi anggota Kopsyah BMI. Karena ia tau saya benar-benar membutuhkan modal untuk bangkit,” tutur Yanti menceritakan awal kisahnya menjadi anggota BMI.

Pada tahun pertama ia menjadi anggota Kopsyah BMI, Yanti mendapat pembiayaan sebesar Rp2 juta. Uang itu ia alokasikan untuk modal jamu. “Setelah sekolah (Latihan Wajib Kumpulan dan Uji Kelayakan) selama seminggu, akhirnya saya dapat pembiayaan dari BMI. Uang itu langsung saya belikan bahan-bahan untuk membuat jamu,” tambahnya.
Ia bersama suaminya pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Setelah mendapat permodalan dari BMI, ia langsung memulai usaha kembali. Pada saat memulai, ada teman suaminya yang ingin ikut bergabung dengannya.
“Pada saat itu, kami memulai usaha kembali dengan 3 personil. Yaitu saya, suami dan teman suami yang mau ikut bergabung. Jadi pada saat itu kami mulai usaha dengan 1 karyawan.” Terangnya Wanita berumur 38 tahun itu.
BACA JUGA : Kopmen BMI Genjot Kualitas SDM
Usahanya pun semakin meningkat. Dengan bertambahnya modal dan potensi yang semakin besar, akhirnya mereka pun menambah karyawan. “Tahun 2015, kami menambah 2 karyawan lagi karena kita lihat potensi semakin besar. Dan sekarang kami sudah punya 10 karyawan.” Tegasnya menceritakan peningkatan usahanya.
Pengalaman pahit tahun 2013 itu mereka jadikan pelajaran yang sangat berharga agar tidak terulang kembali dan lebih berhati-hati dalam memanage keuangan. Selain itu ia jadikan sebagai penyemangat agar lebih memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.

“Setelah kejadian tahun 2013, kami sepakat harus lebih banting tulang. Dari jam 3 pagi kami sudah bangun untuk meracik jamu. Karena jam 6 pagi, kami beserta 10 karyawan sudah harus mulai untuk keliling sesuai tempat yang sudah dibagikan. Untuk saat ini kami jualannya di perkampungan dan perumahan daerah Tigaraksa sampai Solear,” terangnya.
“Jualannya sampe jam 12 siang. Jam 1 siang, kami lanjut untuk meracik jamu lagi untuk kami jual dari jam 3 sore sampai 6 sore. Kadang ada juga karyawan kami yang baru pulang dari jualannya jam 7 malam,” tambahnya dengan yakin.
Ia ingat betul bahwa BMI lah yang menolongnya di saat terpuruk. Ia juga bersyukur karena merasa bahwa BMI lah yang selalu hadir dan ikut andil dalam kesuksesan usahanya itu hingga sekarang. “Alhamdulillah, kami merasa bersyukur telah mengenal BMI. Setiap saya butuh modal, selalu ada bantuan dari BMI. Kopsyah BMI juga ikut andil dalam meningkatkan usaha saya,” tambahnya bersyukur dengan kehadiran BMI di dalam kehidupan usahanya.
Selain itu, ia juga merasakan peningkatan yang luar biasa sebelumnya. Ia membandingkan apa yang ia punya sekarang dengan yang sebelumnya. “Sebelum terpuruk, dulu kami punya 3 buah motor, 1 bangunan warung kecil, dan 2 mobil angkot doyok. Sekarang kami sudah punya 10 buah motor, bisa merenovasi rumah, 2 mobil angkot dan 1 bangunan warung.” Tambahnya.
Ia tidak hanya memikirkan nasibnya sendiri. Ia yang saat ini telah sukses tidak menutup mata dengan keadaan temannya. Ia pun membantu teman yang saat ini sedang terpuruk.
“Saat ini saya dapat pembiayaan sebesar Rp150 juta. Uang itu untuk nambah modal show room mobil. Show room itu join bersama teman yang saat ini kekurangan modal. Setidaknya saya bisa sedikit membantunya karena saya merasa pernah di posisi itu (kekurangan modal). Yang penting kita tidak rugi dari usaha itu,” pungkasnya.
Habis gelap terbitlah terang ! Itulah ungkapan yang cocok kepada Bu Yanti dan Suaminya.
Kita semua tahu bahwa manusia tidak akan lepas dari ujian dari Sang Pencipta, Allah SWT. Karena kadang ujian itu adalah tanda sayang dari Sang Ilahi Robbi. Dan dari ujian yang ada itu Allah ingin setiap hambanya hadapi dengan kesabaran. Allah berfirman di dalam surat Al-Baqarah ayat 155 yang berbunyi :
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah : 155)
Selain kesabaran yang harus diutamakan, Tidak putus asa adalah langkah yang paling tepat untuk menyikapi ujian itu . Banyak ayat yang membahas tentang dilarangnya untuk putus asa. Salah satunya dalam firman Allah surat Az-Zumar ayat 53 yang berbunyi :
“….Janganlah kamu berputus asa dari Rahmat Allah.. (QS. Az-Zumar : 53)
Dan yang terakhir, yang perlu kita tanamkan di dalam mengarungi kehidupan adalah janji Allah : setiap setelah kesulitan, itu ada kemudahan (QS. Al-Insyirah:5)
Wallahu a’lam bish-showaab.
Mari terus ber-ZISWAF (Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf) melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BSI eks BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela: 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI: 0000000888. (Togar Harahap/Klikbmi)