Fokus Tahu Anti Formalin, Anggota BMI Asal Sukadiri Segera Bangun Pabrik Baru

Anggota Sukses

Modal awal Rp 900 ribu dari BMI, Omzet tembus Rp 3,2 juta per hari

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِىٓ ءَادَمَ وَحَمَلْنَٰهُمْ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ وَرَزَقْنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلْنَٰهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. ( QS Al Isra : 70)

TANGERANG – Menjadi seorang ibu dan pengusaha, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Namun, sukses menjalani keduanya juga bukan hal yang tak mungkin. Asal ada usaha, kerja keras dan kemauan, pundi-pundi kekayaan bisa didapat dengan mudah dan berkah.

Itulah yang diyakini Misi (56). Sembari mengasuh ketiga anaknya wanita yang sudah 17 tahun menjadi anggota BMI, langsung terjun ke usaha tahu yang biasa didominasi kaum pria tersebut. Bersama suaminya Paimo (58), Misi merubah halaman rumahnya menjadi pabrik tahu di Desa Pekayon, Kecamatan Sukadiri, Kabupaten Tangerang, awal 2004 silam.

Kini, omzet usaha tahunya sudah mencapai Rp 3,2 juta perhari dan mengantongi pendapatan bersih Rp1,2 juta. Semua tahu yang dibuatnya dijamin tanpa formalin. Dalam waktu dekat, Misi akan membangun pabrik tahu baru. Tanah kavling berukuran 300 meter dari keuntungannya usaha tahu disiapkannya untuk lokasi pembangunan pabriknya tersebut.

“Awalnya saya dan suami buat usaha tahu di Pasir Koja, Bandung. Tapi karena modal yang selalu habis, saya akhirnya mengajak suami ke Pekayon, dan akhirnya sampai sekarang di sini. Di sini juga saya bertemu dengan Ikrar,” ujar Misi membuka pembicaraan dengan Klik BMI, Senin (2/8).

Putri bungsu Misi dan Paimo, Ressy tengah membungkus tahu putih menjadi Tahu Serpong

Kata “Ikrar” merupakan sebutan para ibu-ibu menyebut Kopsyah BMI. Saat memulai usaha tahunya di Pekayon, lagi-lagi Misi terbentur dengan modal. Misi yang sudah mengetahui adanya rembug pusat BMI di RT-nya, kemudian mengajukan diri menjadi anggota. Hingga akhirnya Misi mendapat pembiayaan usaha sebesar Rp 900 ribu dari  Kopsyah BMI.

Senyum semringah kala itu menyungging dari bibirnya saat menceritakan mulanya usaha tahunya berdiri. Tapi namanya usaha, apalagi pemula, ada saja jalan terjal dan berliku yang harus dilalui.

Baca Juga : Kambara Tebar Lima Strategi Jitu Koperasi BMI Tetap Mentereng Di Tengah Pandemi

“Jika saya nggak dipertemukan oleh Pak RT dengan BMI. Saya mungkin nggak berkembang kayak gini pak. Waktu itu, petugas lapangnya masih tetangga saya pak, Pak Sondari (kini Koordinator SPI BMI). Sampai sekarang saya nggak pernah ke tempat-tempat lain, cuma di BMI saja,” jelasnya.

Misi bercerita pada awal 2004, saat harga kedelai tengah naik turun usahanya terkena imbas. Keuntungan yang didapat semakin menurun namun Misi dan Paimo terus memutar otak mencari cara mencari agar tahunya bisa terjual di pasaran.
“Kalau sekarang, saya sudah punya lima lapak di Pasar Sepatan. Dan semua kami suplai setiap pagi. Tanpa libur kerja. Alasannya karena kami juga harus menjaga pelanggan biar nggak lari,” paparnya.

Suami Misi Paimo tengah mencetak tahu dari kedelai yang sudah direbus.

Kepada Klik BMI, Misi mengaku pembiayaan dari BMI sangat berarti bagi usaha dan keluarganya. Hingga kini, ia tengah mengangsur pembiayaan BMI sebesar Rp 65 juta selama dua tahun. Tidak hanya modal, uluran tangan BMI juga membantu perbaikan pabrik tahunya yang ambruk, empat tahun silam.

Dari keuntungan usahanya, Misi telah membeli mobil Carry Pick Up untuk keperluan distribusi tahunya ke para pedagang. “Alhamdulillah, BMI tidak hanya melihat bisnis saja. Tapi sosialnya begitu tinggi. Kalau yang bukan anggota saja dibantu, apalagi anggota. Saya sudah merasakannya,” paparnya.

Baca juga : Sejarah Berdirinya Kopsyah BMI

Dalam sehari, usaha tahu pasutri ini memproduksi 1,2 kuintal tahu. Pemasarannya pun masih kecil, hanya di Pasar Sepatan dan beberapa warung di Sukadiri. Ada tiga varian tahu yang dibuat Misi, yakni tahu serpong, Tahu goreng dan Tahu Jambi.

Tahu Bandung menjadi satu dari sekian varian yang dibuat Usaha Tahu Misi

Proses pembuatan tahu hingga ke tangan pembeli berlangsung selama 12 jam. Sejak pukul 3 dini hari, Paimo dan Misi sudah merendam kedelai. Lalu di pukul 7 pagi, proses perebusan kedelai dilakukan. Selama tujuh jam kemudian, sari kedelai yang sudah berbentuk tahu sudah siap dicetak dan dipasarkan esok paginya. Dalam produksinya, ia dibantu dua putranya, menantu dan adik lelakinya.

Lantas apa yang menyebabkan tahu Misi tetap bertahan di tengah pandemi? Ia menyebut bahwa tahunya anti bahan pengawet dan formalin. Sejak 20 tahun menjadi pengusaha tahu, tahu buatan Misi tak pernah tersentuh bahan pengawet.

“Tahu yang sehat itu bukan hanya kenyal, tapi juga setelah digoreng, teksturnya juga kenyal. Makanya kami tak asal-asal saat mengantarnya ke pembeli, karena rapuh. Kalau pengawet kan, keras,” jelasnya.

Baca juga : Dari Usaha Kue Cucur, Anggota BMI Asal Pakuhaji Karyakan 60 Penjual Keliling

Misi sangat berterima kasih kepada Kopsyah BMI yang telah membantu permodalanya selama ini. “Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Kopsyah BMI yang setia selama ini mendampingi usaha saya hingga berkembang pesat seperti sekarang. Dari mulai pembiayaan Rp900 ribu hingga Rp 65 juta saat ini. Kuncinya fokus, jaga kualitas dan sabar saja mas,” akunya.

Proses perebusan sari kedelai untuk menjadi tahu di Pabrik Tahu milik Misi, Anggota BMI asal Pekayon, Sukadiri.

Terpisah, Presiden Direktur Koperasi BMI, Kamaruddin Batubara mengapresiasi kerja keras anggotanya yang beranjak sukses seperti Misi. Kamaruddin mengatakan bahwa kesuksesan itu harus ditularkan kepada seluruh anggota Koperasi BMI. Dengan begitu anggota tidak hanya Mandiri, namun juga berkarakter dan bermartabat.

” BMI terus berinovasi membangun produk-produk  untuk mengangkat kesejahteraan anggota. Ibu Misi merupakan contoh anggota yang amanah dalam memanfaatkan pembiayaan dari Kopsyah BMI. Hasilnya, bukan hanya ekonominya yang terangkat namun juga keluarganya,” paparnya.

“Tentu kami berharap kesukesan ini harus ditularkan kepada anggota lainnya. Sukses sendiri itu biasa, sukses bersama baru luar biasa,” Ujar Kamaruddin Batubara.

Penulis Best Seller Model BMI Syariah Terbitan Kompas Gramedia itu juga mengajak seluruh anggota Koperasi BMI untuk selalu menabung lewat produk simpanan yang ada di Koperasi BMI. ” Mari kita sisihkan hasil usaha kita dengan menabung di Kopsyah BMI. Semangat menabung di Kopsyah BMI harus kita galakan, baik di simpanan wajib, simpanan sukarela, simpanan tamasya, simpanan umroh dan haji ataupun Deposito SiJaka di Kopsyah BMI, ” tandasnya.

(gar/KLIKBMI)

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *