Nasehat Dhuha Rabu, 17 Agustus 2022 | 19 Muharram 1444 H | Oleh : Togar Harahap
Tangerang, klikbmi.com – Tatapan Abdul Hadi Saputera, seperti tak mau lepas dari lapangan futsal. Senyumnya mengembang saat ada pemain yang berhasil menjebol gawang lawan. Mereka yang bermain, sudah dikenalnya seperti saudara. Hari itu Jumat 5 Agustus 2022, gelaran Turnamen BMI Cup kembali digelar setelah dua tahun vakum akibat pandemi.
Turnamen yang mempertemukan lebih dari 1.000 karyawan BMI Grup ini mempertandingkan cabor futsal dan badminton. Namun, tidak dengan Adul-panggilan akrab Abdul Hadi Saputera. Pria 33 tahun ini tidak ikut bergabung. Ia lebih memilih duduk di bangku penonton, mendukung para pemain dari luar lapangan.
”Dulu hobi saya main sepakbola pak, cita-cita saya dulu juga pengen jadi pemain bola. Setiap pulang sekolah saya main di lapangan, tapi sekarang sudah nggak bisa (bermain) lagi karena ini,” ujar Adul sembari menunjuk paha kirinya.
Adul masih mengingat peristiwa itu. Peristiwa yang tak bisa ia lupakan dalam episode hidupnya pada Oktober 2004, pertengahan Ramadhan 1424 Hijriah silam. Pelukan Adul ke tubuh kawannya terlepas saat sepeda motor yang ia tumpangi menyenggol keranjang motor seorang penjual timun suri. Sebuah benda keras baru saja menghantam pahanya.
Badan Adul terlempar ke sisi Jalan Raya Desa Tanjung Kait, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang. Sementara, rekannya yang mengendarai sepeda motor kebingungan mengapa Adul bisa terhempas ke pinggir jalan.
Di tepi jalan, sebenarnya Adul masih tersadar. Namun kakinya sulit untuk digerakkan. Saat kepalanya menengok ke arah kaki, nyatanya masih utuh. Tak ada luka sama sekali. Namun rasa sakit menjalar ke seluruh kaki sebelah kiri. Tak dinyana, hantaman kakinya ke keranjang timun suri berbahan jati itu membuat tulang pahanya hancur. Begitu kata orang-orang yang membawanya ke rumah. Mendengarnya, perasaan Adul yang saat itu masih duduk di kelas 1 SMA berkecamuk. Takut, sedih dan juga marah.
Adul sadar, ia bukan dilahirkan dari keluarga mapan. Butuh biaya yang tak sedikit jika harus dirawat di rumah sakit. Sang bapak, Semin (73) hanyalah seorang penarik becak yang pendapatannya habis untuk kebutuhan sehari-hari. Sementara, sang ibu Asni (63) hanyalah seorang ibu rumah tangga.
Tulang yang hancur membuat infeksi luka dalam. Rasa nyeri yang teramat sakit ia rasakan setiap malam. Remaja 15 tahun itu hanya mendapatkan obat warung pereda nyeri yang tidak seutuhnya menghilangkan penderitaanya. Hari ke hari, penyakitnya tambah parah. Adul sempat dibawa ke klinik, namun petugas di sana angkat tangan. Hingga ada selenting perkataan bahwa jalan keluarnya adalah amputasi.
Namun Semin dan Asni tak mau menyerah. Pasutri ini terus berusaha agar putranya sembuh. Mereka tak sampai hati jika putranya harus diamputasi. Jalan keluarnya, kakinya diobati dengan pengobatan alternatif. Pahanya yang patah tak dibungkus dengan gips, melainkan bambu. Kejadian itu juga yang membuat Adul harus terkurung di dalam kamar. Di saat kawan-kawannya bersuka ria menyambut malam takbiran di masjid, Adul hanya ditemani tilam dan keheningan malam.
”Kecelakaan itu jadi titik terendah dalam hidup saya. Mau sekolah, mau makan, sudah nggak ada semangat lagi. Di saat itu, ibu yang memberi saya semangat pak,” terang pria yang sudah 14 tahun mengabdi di Koperasi BMI ini.
Di kamar, Adul tak bisa berbuat apa-apa tanpa bantuan sang bunda. Setiap hari, Asni menjaga Adul hingga lelap tertidur. Semua kebutuhanya ia penuhi. Dari mengantar makan ke kamar tiga kali sehari hingga urusan mandi, semua dilakukan Asni. Bagi Asni, tak ada kata menyerah di dalam kamus hidupnya. Apapun ia lakukan agar putranya bisa sembuh.
”Sampai urusan buang air, ibu sendiri yang mengurusnya,” kata Ayah dua putra tersebut
Di posisi itu, Adul sadar bahwa Ibu adalah seorang yang mencintai anaknya mulai dari kandungan sampai menginjak dewasa. Ibu yang selalu memberikan kebahagian kepada anak-anaknya. Ibu rela berkorban mementingkan kepentingan anak-anaknya daripada dirinya sendiri.
Setahun mengurung diri dalam kamar, selama itulah Asni merawat Adul. Meski pernah Adul merasakan bahwa ibunya sedang demam, tapi Asni tetap memandikan putranya seperti biasa. Hingga akhirnya tanda-tanda kesembuhan itu datang, rasa sakit tulangnya mulai mereda. Pahanya yang patah mulai tersambung, meski terkadang terasa ngilu. Kesembuhan kakinya juga mengangkat kembali semangat Adul untuk kembali menjalankan hidup.
”Saat sembuh itu, saya janji, saya akan terus bahagiakan ibu,” kata Adul yang kini menjabat sebagai Manajer Personalia Kopsyah BMI.
Januari 2020, Adul dan istri sudah berpakaian batik. Di depannya, Semin dan Asni, kedua orang tua Adul juga berpakaian sama. Hari itu, ke empatnya berangkat ke Tanah Suci, menunaikan umroh bersama. Adul menunaikan satu demi satu janjinya, membahagiakan ibu, membahagiakan pelita hidupnya.
Kebahagiaan anak adalah segalanya bagi ibu. Di setiap doanya selalu terselip doa untuk si buah hati. Ibu berjuang demi memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Berjuang mati-matian siang dan malam membantu mencari sesuap nasi agar anaknya tumbuh dengan sehat dan dapat menempuh pendidikan yang setinggi-tingginya. Namun, terkadang secara tidak sadar, kita melukai perasaannya. Perasaannya sedih, hatinya mungkin menangis, namun ia tidak pernah menunjukkan itu semua di depan anaknya.
وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu (QS Luqman : 14)
Ibu, terima kasih atas segala waktu sulit yang telah dilewati. Terima kasih atas segala keringat yang kau cucurkan, saat kau merawatku. Ibu, aku mencintaimu, inginku hanya satu. Ingin melihatmu tersenyum bahagia di saat bersama hingga kau meninggalkan aku selama-lamanya .
Semoga, Allah membimbing kita sebagai anak untuk berterima kasih kepada kedua orang tua yang telah memiliki jasa besar dalam hidup kita dengan birrul walidain. Amin allahumma amin.
Mari terus ber-ZISWAF (Zakat,Infaq,Sedekah dan Wakaf) melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BSI eks BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela : 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI : 0000000888. (Togar Harahap/Klikbmi)