Bogor, klikbmi.com – Sebagian besar perguruan tinggi lebih sering menengok dan mempelajari lembaga keuangan modern seperti perbankan. Padahal masih ada lembaga keuangan non-bank yang seharusnya juga dipelajari, khususnya koperasi. Hal itu disampaikan Rektor Universitas Pakuan Prof H Didik Notosudjono di sela acara penandatanganan MoU dan MoA bersama Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia (Kopsyah BMI) di Gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pakuan, Bogor, Senin 30 Oktober 2023.
Didik mengatakan, banyak koperasi di Indonesia yang berkualitas, baik dari manajemen bisnis, maupun kelembagaan hingga mememiliki ciri khusus sebagai koperasi sosial dan pemberdayaan seperti Kopsyah BMI. Sehingga menurutnya, hal ini patut untuk diperkenalkan kepada generasi milenial agar mereka bisa termotivasi bekerja koperasi.
”Penandatanganan MoU ini bukan hanya pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, melainkan juga harus ada implementasinya. Implementasi penelitian di Kopsyah BMI harus juga dirasakan oleh mahasiswa Pakuan. Kopsyah BMI ini koperasi besar, banyak pengalaman, penelitian dan implementasinya dirasakan oleh mahasiswa dan harus termotivasi bekerja di koperasi,” paparnya.
Selain penandatanganan bersama, Presiden Direktur Koperasi BMI Grup juga menjadi narasumber seminar umum yang mengambil tema Membangun Mindset Generasi Milenial Peradaban Baru Koperasi Indonesia yang dipandu langsung oleh Kepala Pusat Studi dan Pengembangan Profesi Universitas Pakuan yang juga Ketua Pengawas Koperasi Sekunder Benteng Madani Indonesia Bambang Wahyudiono.
Seminar diikuti lebih dari 200 orang mahasiswa Pakuan. Mereka datang dari dua fakultas yakni Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan Fakultas Hukum. Hadir pula Manajer BMI institute yang juga alumnus Pakuan Dr Baban Sarbana.
Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Pakuan Thowaf Totok Irawan mengatakan, koperasi punya persamaan dengan sistem sosial asli bangsa Indonesia, yakni kolektivisme. Masyarakat gotong-royong Indonesia gemar tolong-menolong. Sementara koperasi juga menganut prinsip tolong-menolong itu.
”Koperasi juga bisa mendidik toleransi dan rasa tanggung-jawab bersama. Dari, oleh dan untuk anggota. Koperasi bisa mendidik dan memperkuat demokrasi sebagai cita-cita bangsa. Izin Pak Presdir, saya dahulu pengurus koperasi karyawan di PT kertas dan saya sangat merasakan banyak manfaat sebagai anggota. Jika di PT, yang bicara adalah pemilik modal, sementara di koperasi kita semua punya suara,” jelasnya.
Dalam kuliah umumnya, Presiden Direktur Koperasi BMI Kamaruddin Batubara mengungkapkan tujuan koperasi bukanlah mencari keuntungan, melainkan manfaat bagi anggota dan masyaraakt. Supaya itu bisa berhasil, maka koperasi mesti berdiri di dua tiang: jujur dan setia kawan.
Kambara sapaan akrabnya menyampaikan model pengembangan Koperasi BMI Grup. Ia jelaskan bahwa Koperasi BMI Grup terdiri dari Koperasi Sekunder Benteng Madani Indonesia (Koperasi Sekunder BMI) sebagai holding. Lalu terdapat 3 koperasi primer yakni Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia (Kopsyah BMI), Koperasi Konsumen Benteng Muamalah Indonesia (Kopmen BMI) dan Koperasi Jasa Benteng Mandiri Indonesia (Kopjas BMI).
” Sekarang BMI sebagai badan hukum koperasi yang ke 11 tahun, aset kita sekarang Rp1,1 triliun dari asset kita di tahun 2013 yakni Rp80,4 miliar, kenapa bisa? Karena semangat berkoperasi dan membuat produk yang sesuai kebutuhan anggota,” paparnya.
”Karyawan kami berjumlah 1.500 orang, setiap bulan kami membutuhkan Rp12 miliar, jika dirata-rata Rp7 juta perbulan. Tapi kalau itu yang mau kalian (mahasiswa) dengar. Padahal bekerja di Kopsyah BMI bukan hanya bicara simpan pinjam saja, melainkan sosial dan pemberdayaan,” paparnya.
Definisi sosial dan pemberdayaan disampaikan oleh Kambara lewat Diagram Model BMI Syariah. Ia menerangkan tentang 5 Model BMI Syariah yakni 5 pilar 5 instrumen. Kambara menjelaskan Model BMI Syariah merupakan perpaduan nilai solidaritas, individualitas, kolektivisme dan semangat untuk saling tolong-menolong dan gotong royong dari pemikiran Bung Hatta diseimbangkan dengan penerapan nilai syariah. Model BMI Syariah merupakan modifikasi dengan lima instrumen pelayanan model BMI Syariah melalui sedekah, pinjaman, pembiayaan, simpanan dan investasi. Dan 5 pilar berupa pilar ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial dan spiritual” paparnya.
Penerima Bintang Penghargaan Satyalancana Wira Karya dari Presiden RI itu mengatakan, Kopsyah BMI punya Gerakan Gassiteru, Gerakan sedekah tiga ribu seminggu. Rp1.000 untuk infak, dan Rp2.000 untuk wakaf hingga Rp1 juta selama hidupnya. Dari wakaf, BMI telah memiliki lahan wakaf produktif seluas 11 hektar di Cisoka Kabupaten Tangerang.
”Sekarang jumlah penerimaan wakaf Kopsyah BMI mencapai Rp32 miliar. Wakaf di luar negeri disebut Endowment Fund dari dana inilah banyak universitas besar dunia berjalan,” jelasnya.
Kambara juga mengingatkan bahaya judi online yang kian merajalela saat ini. Judi bukan saja membuat orang tidak bersyukur atas nikmat Allah yang diberikan, melainkan juga merusak hidupnya. Judi bukan menambah orang semakin sejahtera, malah sebaliknya siapapun yang terlibat perjudian akan mengalami kerugian material yang sangat luar biasa. Juga mengalami kerugian non material berupa kerusakan cara berpikir karena cara berpikirnya sudah tidak lurus lagi hingga melakukan pencurian dan penggelapan.
”Kalau judi bikin orang kaya, Pak Dekan nggak capek-capek jadi doktor, tidak ada juga ada kampus ini, semua main judi. Jadi jauhkan judi online karena bukan hanya kita yang rusak, tapi juga agama, keluarga kita dan tempat kita bekerja,” ingatnya.
”Padahal di BMI, semua anggotanya bisa menjadi agen dari produk Koperasi Jasa BMI dan Koperasi Konsumen BMI. Seperti di Tour & Travel, setiap yang membawa satu orang jamaah umroh mendapatkan fee Rp1 juta, kemudian di Kopmen ada fee dalam penjualan handphone dan sepeda listrik. Dan ini berlaku bagi kalian semua, jangan cari rezeki dengan cara tidak halal dan instan,” tandasnya.
Kambara menjelaskan lewat MoU dan MoA menjadi salah satu langkah besar untuk memasyarakatkan lagi Koperasi di tengah masyarakat. Membangun riset-riset untuk pengembangan koperasi ke depan dan menggerakkan potensi ekonomi di Bogor Raya oleh jiwa-jiwa muda bersama koperasi. Terlebih, Transformasi BMI kini lebih menjawab kebutuhan generasi milenial yang memiliki jiwa sosialdan solidaritas yang tinggi. Adapun, kebutuhan tersebut tidak bisa dijawab oleh perseroan.
“Yang bisa menjawab tantangan kebangsaan adalah koperasi. Karena, koperasi memiliki nilai kebersamaan dan keadilan untuk mengejar kesejahteraan anggota. Melalui zakat, infaq, sadaqah dan wakaf (ZISWAF) BMI terus konsisten membangun ekonomi yang berkeadilan,” pungkasnya.
(togar/humas)