Nasehat Dhuha Jumat, 11 Maret 2022| 8 Syaban 1443 H | Oleh : Ustadz Sarwo Edy, ME
Klikbmi, Tangerang – Dari pagi setelah sholat subuh sudah dibuka warung depan rumah. Bunyi sautan burung ditambah dengan suara orang-orang yang sedang menyapu menambah hangatnya suasana. Begitulah kira-kira aktivitas sehari-hari dan suasana yang dirasakan oleh Bu Siti Alfiah setiap paginya.
Ia adalah salah satu anggota Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia yang ada di kumpulan Imam Bonjol Cabang Pasar Kemis Kabupaten Tangerang. Sehari-hari ia menggeluti usaha warung sembako yang berada di depan rumahnya. Dengan semangat juang berniaganya, ia juga menggeluti “toko online” yang menyediakan barang-barang yang dibutuhkan oleh customer yang menghubunginya. “Usaha sehari-hari saya ya toko ini. Akan tetapi saya juga menyediakan barang-barang yang dibutuhkan customer lewat telepon. Nanti saya tinggal menyuruh untuk kirim ke penerimanya langsung.” Ujar ibu yang saat ini tinggal di Perumahan Bumi Indah Desa Sukamantri Kecamatan Pasar Kemis ini.
Ada hal menarik dari ibu yang lahir di Kota Malang, Jawa Timur ini. Ia yang saat ini berumur 46 tahun dari dulu punya keinginan untuk berumroh bersama ibu dan bapaknya. Dan lebih khusus bersama dengan ibunda tercinta. Akan tetapi keinginan itu hanya bertepuk sebelah tangan. Keinginan yang menggebu itu pupus karena tidak disetujui oleh bapaknya. “saya dari dulu ingin umroh bersama orang tua. Saya berbicara kepada bapak untuk menjual tanah warisan hak saya untuk dijual dan dipakai untuk umroh. Akan tetapi dilarang.” Ujarnya ketika menceritakan keinginan untuk umroh.
“Saya kasihan sama ibu. Sudah dari dulu punya keinginan untuk umroh tidak pernah terwujud. Hingga waktu itu telah tiba. Tahun 2016 adalah titik balik dari semua keinginan itu. Ibu saya meninggal dan saya melihat dengan mata kepala saya sendiri dengan kesedihan yang cukup luar biasa. Karena pada saat itu saya duduk di sampingnya ketika beliau sakaratul maut.” Ujarnya menambahkan dengan mata yang berkaca-kaca.
“Dari saat itulah saya berfikir bagaimana bisa berangkat umroh tanpa harus menjual tanah warisan hak saya yang ada di malang itu. Akhirnya saya mulai untuk ikut tabungan umroh yang ada di Majlis Ta’lim Al-Barokah dekat rumah. Saya mulai menabung senilai 100 ribu per bulan. Tapi pada saat itu saya “diketawain” sama teman. Katanya kalau saya menabungnya 100 ribu per bulan, kapan bisa umrohnya.” Ujarnya menceritakan awal ia ingin mewujudkan cita-citanya itu.
“Hal itulah yang menjadi pelecut saya untuk lebih semangat menabung. Kadang dalam satu bulan saya bisa menabung 200 ribu – 500 ribu dengan keringat saya sendiri. Yang penting saya yakin aja sama Allah. Selain itu saya tidak berpikir yang di luar nalar saya. Yang penting mengalir aja.” Tambahnya.
Qadarullah ! Dalam jangka waktu 2 tahun menabung, ia bisa berangkat umroh. “Saya juga kaget dan nggak nyangka. Dalam 2 tahun saya menyisihkan uang untuk umroh, saya bisa berangkat. Pada Bulan Januari 2019 adalah waktu yang tidak akan terlupakan bagi saya. Dengan menabung hasil keringat sendiri, saya akhirnya bisa umroh. Dan saya juga membadalkan ibu yang sudah meninggal.” Ujarnya yang masih kaget dengan keajaiban itu.
Selain menabung untuk umroh, sehari-hari ia juga menabung untuk akhirat, yaitu melalui sedekah shubuh. “Setiap selesai sholat shubuh, saya usahakan untuk tidak terlupa sedekah shubuh. Jadi di kamar saya ada 2 celengan. Satu celengan untuk tabungan dan satu lagi celengan untuk sedekah subuh. Saya punya komitmen setiap hari 2 celengan itu harus diisi.” Ujar ibu yang pindah dari malang ke Tangerang pada tahun 1996 itu.
“Saya juga mengajak suami untuk sedekah shubuh. Karena saya sudah merasakannya. Hati saya jadi lebih tenang jika menghadapi masalah, saya selamat dari kecelakaan, Jika ada kebutuhan pasti ada jalannya dan saya beserta keluarga juga dipermudah mendapat pekerjaan. Dengan memiliki 2 anak yang sudah sekolah perguruan tinggi dan SMP, kalau saya memakai matematika dunia pastinya saya nggak bisa makan.” Tambahnya ketika menjelaskan keajaiban-keajaiban sedekah shubuh yang ia sudah rasakan.
“Saya hanya berpesan kepada pembaca klikbmi.com agar tidak takut untuk bersedekah walaupun itu ketika dalam keadaan sempit. Saya sudah merasakannya sendiri. Apalagi di awal-awal pandemic kemarin. Dengan segala kesulitan yang ada, alhamdulillah setelah sedekah saya merasa Allah permudah saya sekeluarga untuk mendapat kemudahan dalam mencari rezeki. Selain itu, jika kita ada niatan yang kuat untuk berangkat umroh, rezekinya pasti ada. Yang paling penting adalah harus ada realisasinya. Contohnya dengan menabung umroh. Jadi tidak hanya keinginan aja tanpa menabung.” Ujarnya ketika ditanya pesan yang menginspirasi untuk pembaca klikbmi.com
Beberapa ibroh yang bisa kita ambil dari kisah Bu Siti Alfiah, di antaranya :
- Bersedekahlah di kala lapang maupun sempit.
- Dengan sedekah shubuh, Allah akan memperlancar usaha.
- Keinginan kuat untuk melaksanakan ibadah umroh beserta realisasinya akan diikuti dengan rezekinya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu sesungguhnya Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tidak ada satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat. Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfak”, sedangkan yang satu lagi berdoa “Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya).” (HR. Bukhari 5/270).
Wallahu a’lam bish-showaab
Mari terus ber-ZISWAF (Zakat, Infaq, Sedekah dan Wakaf) melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BSI eks BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela : 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI : 0000000888. (Sularto/Klikbmi)