Keuangan Syariah & Industri Halal, Dua Sisi Mata Uang Yang Diterima Semua Kalangan

Ekonomi

Tangerang, Klikbmi.com – Dalam Program sharia Economic Talk episode kali ini Gunawan Yasni mewawancarai Ketua Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC) yang juga Mantan Wamen Pariwisata Perode 2011-2014 Sapta Nirwandar
dalam State of the Global Islamic Report (SGIER) 2023/2024, Indonesia berhasil naik satu peringkat menjadi posisi ketiga, mengungguli Uni Emirat Arab dan Bahrain. Peningkatan ini didukung oleh sektor-sektor unggulan industri halal, seperti farmasi dan kosmetik halal, makanan halal, serta modest fashion. Namun belum dapat dikatakan ranking 1 untuk industri halal yang seharusnya terkoneksi erat dengan ekonomi dan keuangan syariah padahal Indonesia termasuk salah satu negara dengan umat muslim terbanyak di dunia Lantas apa cara Indonesia segera berada dipuncak posisi untuk industri halal ini.

Sapta mengatakan, Industri halal di Indonesia terus menunjukkan performa yang semakin kuat sebagai sektor yang potensial untuk menopang pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan berbagai inisiatif dan regulasi pemerintah, sektor itu turut memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu pemain utama dalam industri halal global, selain menjadi tumpuan bagi pengembangan ekonomi syariah.

“Perbankan dan industri halal masuk dalam paket global Islamic economy namun ini dipisahkan antara sektor riil dan moneter yakni keuangan dan perbankan syariah padahal keduanya harus nyambung seperti dua sisi mata uang.
“Sementara di sektor industri halal yang memberikan pengaruh adalah digitalisasi dimana internet memberikan pengaruh signifikan berkembangnya industri halal,” jelas Sapta.
Pria Kelahiran Bandar Lampung 70 tahun silam itu mengungkapkan agar Indonesia bisa menjadi poros Ekonomi Islam Dunia minimal sektor Perbankan, Industri halal, kuliner hingga fashion minimal masuk ke The Best 10 dunia. ” Namun itu harus ditunjang dengan berkembangnya ekosistem dan regulasi untuk mendukung ekonomi Syariah.
Hal lain yang mendukung terwujudnya hal itu, sambung Sapta adalah Enterpreneurship.

“Masyarakat kita harus berani berbisnis di sektor halal. Sampai sekarang kita belum menemukan Enterpreneur yang tangguh untuk berbisnis di sektor halal,” jelasnya.

Poin lainnya untuk membangun industri halal adalah literasi. Dimana masyarakat Indonesia harus tahu bahwa industri halal bagus buat semua kalangan.
“Bahwa halal itu ajaran Islam. Diakui dunia tidak hanya untuk kalangan Muslim. Melainkan juga non muslim.
Sapta menerangkan Industri halal diterima sangat baik oleh kalangan Non Muslim karena standar kesehatannya terjamin, “Dan masyarakat non muslim tahu bahwa Kuliner industri halal benar benar sehat dan Healthy. Sehingga dengan demikian semua ekosistem untuk menunjang industri halal harus terintegrasi. Secara regulasi Kita saat ini baru memiliki dua yakni undang-undang dan serifikasi. Kita juga harus mendorong itu agar tercipta di sektor perdagangan pertanian dan sektor ekonomi lainnya termasuk juga promosi dan sektor ekspor impor yang semuanya harus terukur” pungkas Sapta. (Togar / Humas)

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *