Kisah Hatta dan Konferensi Meja Bundar

Edu Syariah

Nasehat Dhuha Rabu, 12 Januari 2022| 8 Jumadil Akhir 1443 H | Oleh : Tim Humas BMI

Klikbmi, Tangerang – Konferensi Meja Bundar (KMB) pada November 1949 menjadi salam perpisahan bagi Belanda kepada Indonesia. Hasil konferensi di Den Haag ini secara de jure mengakui kemerdekaan Indonesia, tapi poin yang dihasilkan banyak merugikan Indonesia, misal Indonesia harus mewarisi utang Hindia Belanda sebesar 4.5 milyar US Dollar kepada Belanda.

Dari Buku Kronik Revolusi Indonesia Jilid V yang ditulis Pramoedya Ananta Toer mengisahkan ternyata hitungan USD 4,5 milyar yang dibuat Belanda asal hitung. Mohammad Hatta mengatakan bahwa utang itu yang dibuat terlalu tinggi.“Hasil KMB membuat Indonesia harus membayar biaya perang yang dikeluarkan Belanda saat menjajah Nusantara, ini sama saja membayar penjahat yang merampok negeri kita,” tegas Hatta.

Sebelumnya, pemerintah Belanda awalnya bahkan berani untuk meminta 6,5 milyar US dolar, yang ditolak oleh Bung Hatta selaku Ketua Delegasi. Bung Hatta bahkan meminta Prof. Sumitro Djojohadikusumo (ayah dari Menteri Pertahanan Prabowo Subianto) untuk memaparkan bahwa angka versi Belanda itu cuma omong kosong belaka.

Seharusnya, yang cukup dibayar oleh Indonesia itu adalah 1.127 juta dollar AS, yaitu senilai dengan pinjaman Marshall Plan untuk rekonstruksi Belanda yang malah dipakai untuk menginvasi Indonesia. Logikanya, dari mana Belanda yang baru diluluhlantakkan Nazi Jerman punya uang untuk operasi militer ke Indonesia.

Namun Hatta tak kehilangan akal. Ketika Belanda bersikukuh, Hatta mengancam akan membiarkan pihak Komunis mendirikan negara Soviet Indonesia. Ya, KMB sendiri berlangsung setahun usai Indonesia digoyang oleh Pemberontakan PKI di Madiun yang dipimpin oleh Musso. Belanda pun ketar ketir. Amerika yang merupakan musuh Uni Soviet akan mempersalahkan Belanda jika Indonesia jatuh ke tangan Komunis. Barulah Belanda mengalah dan mengurangi tawarannya jadi 4,5 Milyar US Dollar.

Di sinilah Bung Hatta berperan sangat luar biasa besar dalam masa-masa kritis dan paling menentukan bagi keutuhan NKRI. Di saat Indonesia sedang benar-benar di ambang kehancuran, Bapak Koperasi Indonesia yang telah ditempa oleh kedisiplinan belajar yang mencengangkan, oleh keluasan wawasan yang didapat dari melahap 16 peti buku yang selalu ia bawa kemanapun.

Dengan kepiawaiannya berargumentasi dan berdialektika, Hatta berhasil mendesak Belanda sekaligus mengambil simpatik seluruh dunia pada Konferensi Meja Bundar. Bung Hatta dapat pulang ke tanah air dengan senyum lebar penuh kemenangan, karena dirinya telah berhasil menghadiahkan NKRI  sebuah pengakuan kedaulatan resmi dari Belanda dan juga dunia internasional

Kisah KMB mengingatkan kembali kisah kehebatan diplomatis Nabi Muhammad SAW dalam Perjanjian Hudaibiyah. Dari segi substansi Perjanjian Hudaibiyah, terdapat materi yang dinilai tidak adil bagi pihak Musim. Salah satu isi perjanjian itu jika orang kafir Quraisy yang menyeberang batas di wilayah muslim, Madinah, maka segera dibebaskan dan segera dikembalikan ke Makkah. Sedangkan kalau yang melanggar batas umat Islam maka orangnya ditahan di Makkah. Materi perjanjian seperti ini pun Nabi menyetujuinya.

Artikel Imam Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar menulis, seandainya saja Rasulullah SAW hanya sebagai pemimpin biasa, bukan Nabi, maka sudah pasti ia tidak akan mendapat dukungan kelompoknya. Akan tetapi para sahabatnya tahu, bahwa Nabi di samping seorang cerdas juga ia seorang Nabi. Rasulullah memiliki alasan mempertahankan keutuhan umatnya ketimbang harus berperang yang mengorbankan banyak nyawa.

Belakangan, apa yang ditetapkan Rasulullah ternyata benar. Sekiranya para pelintas batas kaum kafir Quraisy harus ditahan di Madinah maka sudah barang tentu akan memberikan beban ekonomi tambahan bagi masyarakat Madinah yang sudah kebanjiran pengunsi dari Makkah. Sebaliknya kalau para pelintas batas dari Madinah ditahan di Makkah dibiarkan, karena pasti mereka itu para kader dan dapat melakukan upaya politik pecah-belah di antara suku-suku yang ada di dalam masyarakat kafir Quraisy.

Pada saat bersamaan, Rasulullah terus menggalang pengaruh dengan kabilah-kabilah pinggiran dan karena kepiawaiannya, maka Rasulullah berhasil memukai sejumlah kabilah-kabilah kecil dan bersatu di bawah kekuatan Rasulullah. Piagam Hudaibiyah belakangan mendapatkan pujian bahkan ada yang menilai Piagam Hudai­biyah ini bukan hanya mencegah perang terbuka tetapi langkah strategis umat Islam untuk meraih kemenangan politik luar biasa saat itu.

Di tengah perjalanan pulang, Nabi SAW mendapat wahyu yang teramat jelas mengenai dampak dari Hudaibiyah.

اِنَّا فَتَحۡنَا لَكَ فَتۡحًا مُّبِيۡنًا

“Kami telah memberikan kepadamu suatu kemenangan yang nyata” (QS Al Fath : 1)

 لِّيَـغۡفِرَ لَكَ اللّٰهُ مَا تَقَدَّمَ مِنۡ ذَنۡۢبِكَ وَ مَا تَاَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعۡمَتَهٗ عَلَيۡكَ وَيَهۡدِيَكَ صِرَاطًا مُّسۡتَقِيۡمًا

Supaya Tuhan mengampuni kesalahanmu yang sudah lalu dan yang akan datang, dan Tuhan akan mencukupkan karunia-Nya kepadamu serta membimbing engkau ke jalan yang lurus..” (QS al-Fath : 2).

Sejarah juga membuktikan kekuatan Islam akhirnya mampu mengambil alih Makkah dari kekuasaan Quraisy. Kakbah kembali menjadi rumah Allah SWT dan kiblat seluruh muslim saat sholat hingga saat ini.

Mari terus ber-ZISWAF (Zakat,Infaq,Sedekah dan Wakaf) melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BSI eks BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela : 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI : 0000000888.

(Togar Harahap/Klikbmi)

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *