Tangerang, Klikbmi.com – ”Ini rumah percuma (gratis-red) Tuan Presdir ? Dibagi-bagi untuk member (anggota)?,” pertanyaan itu terus terlontar dari Fatimah Nurhaliza Binti Muhammad Hatta di Aula Yasriel Muttaqien, Kantor Pusat Koperasi BMI Grup, Gading Serpong, Tangerang.
Fatimah terus memandang layar presentasi yang berisi slide demi slide program hibah rumah siap huni (HRSH) Kopsyah BMI.. Fatimah adalah General Manajer Koperasi Pembiayaan Syariah Angkasa Berhad (Kopsya Angkasa), sebuah koperasi sekunder yang beranggotakan 1.599 koperasi di Malaysia.
”Ya, percuma, gratis untuk anggota dan non anggota, yang rumahnya sudah tidak layak lagi. Dan sekarang sudah 456 unit. Inilah semangat koperasi, semangat gotong royong,” jawab Presiden Direktur Koperasi BMI Grup Kamaruddin Batubara.
Pada Senin siang 8 Januari 2024, Fatimah tak datang sendiri. Lawatan ini membawa 20 pengawas, pengurus dan pengelola Kopsya Angkasa bersama Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) Ilham Nasai ke Kantor Pusat Koperasi BMI.
Dalam sambutannya, Fatimah menjelaskan tujuan rombongan koperasi asal negeri jiran ini ingin mengenal lebih jauh Koperasi BMI. Meski ada perbedaan perbendaharaan kata, tak membuat rombongan ini kebingungan. Mereka tetap hanyut dalam pemaparan sirkuit ekonomi Koperasi BMI oleh Kamaruddin Batubara.
Hadir dalam agenda studi tiru tersebut, Ketua Pengawas Syariah Kopsyah BMI H Hendri Tanjung, Ketua Pengawas Operasional Kopsyah BMI H Harisman, Ketua Pengawas Koperasi Sekunder BMI Bambang Wahyudiono. Kemudian, Direktur Keuangan Kopsyah BMI Makhrus dan Direktur Bisnis & Pemberdayaan Kopsyah BMI Casmita.
”Kopsyah BMI memberikan semangat baru bagi kami bahwa koperasi itu harus benefit oriented bukan profit oriented. BMI sungguh-sungguh memberikan banyak berkah (manfaat) untuk para member (anggota) daripada mencari untung banyak. Dari 15 ribuan koperasi di Malaysia, belum saya temukan koperasi seperti BMI. Kopsyah BMI mirip Rabobank Belanda karena benefit koperasinya diberikan kepada semua member (anggota). Saya yakin apa yang kami pelajari di BMI, bisa kami bawa ke Malaysia,” tandasnya.
Pria yang akrab disapa Kambara menjelaskan pesan Bung Hatta bahwa menjalankan koperasi tidak perlu orang luar biasa, melainkan koperasi hanya perlu orang yang jujur. “Koperasi menempatkan anggota sebagai pemilik, pengguna dan pengendali. Ini penting agar prinsip-prinsip koperasi bisa kita junjung tinggi dan manajemen bisa kita kelola dengan baik,” jelasnya.
Kambara menerangkan, di undang-undang koperasi wajib memberikan kemanfaatan dari sisi ekonomi dan sosial, namun di BMI ada 5 hal yang menjadi pilar kesejahteraan.
”Lima pilar ini adalah ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial dan spiritual. Berkoperasi bukan hanya meningkatkan ekonomi semata melainkan juga spiritual kita harus baik, jangan mudah putus asa. Lalu kita juga harus peduli dengan orang lain. Dengan berkoperasi, jiwa sosial anggota meningkat. Lalu kesehatan. Kita harus tingkatkan kesehatan, memiliki rumah yang layak huni dan sanitasi yang baik. Untuk pendidian bagaimana putra-putri anggota minimal lulus SMA. Bahwa yang ingin berkoperasi adalah yang ingin berbagi,” jelasnya.” terangnya.
“Saat ini secara tegas kita mengkampanyekan peradaban baru koperasi Indonesia. Koperasi harus besar, koperasi harus professional, koperasi harus mandiri, berkarakter dan bermartabat, koperasi harus mengedepankan pemberdayaan dan koperasi peduli sesama” tambah Kambara lagi.
Sesuai UU Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian dijelaskan bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau bedan hukum koperasi berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan.
”Banyak orang bikin koperasi, tapi nggak jalan. Kita nggak mau kalau Kopsyah BMI hanya biasa-biasa saja (simpan pinjam semata-red) Karena tujuan berkoperasi bukan hanya kesejahteraan anggota, tapi juga masyarakat dan membangun tatanan perekonomian nasional,” papar Kambara.
”Selain mengakses pembiayaan, anggota kita ajak menabung. Dan menabung itu harus dipaksa. Ekonomi harus meningkat, pendidikan anaknya minimal SMA, Kalau semua rakyat Indonesia dan Malaysia berkoperasi seperti kita, nggak ada lagi rumah yang harus kita bangun, dan tak ada lagi orang miskin,” jelasnya.
Kambara menerangkan bahwa rumah gratis BMI adalah pengamalan QS At Taubah ayat 60, “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Jadi kita mulai dengan sedekah,” paparnya.
Para rombongan semakin terpukau, setelah Kambara mengatakan bahwa pembiayaan di Kopsyah BMI tanpa agunan meski di angka Rp200 juta. Kambara mengatakan, semua produk pinjaman dan pembiayaan diberikan tanpa agunan dan tanpa penjamin. Ini merupakan konsep syariah bahwa berbisnis diawali dengan saling percaya seperti dalam QS Al Baqarah 282 dan 283, dan jika sedang kesusahan dan tidak bisa membayar dapat diputihkan seperti perintah Allah SWT di QS Al Baqarah 280. ”Dan itu telah kita lakukan 21 tahun. Alhamdulliah, sebelum pandemi, NPF Kopsyah BMI mencapai 0,3 persen,” jelas Kambara.
Pencetus Model BMI Syariah juga menegaskan bahwa di Pasal 4 Undang- Undang Perkoperasian Nomor 25 Tahun 1992 bahwa fungsi koperasi selain ekonomi adalah fungsi sosial. Kambara juga mengingatkan, bahwa membangun koperasi syariah wajib mempraktekkan nilai-nilai sosial (social value). Kopsyah BMI memiliki gerakan Gassiteru kepanjangan dari gerakan sedekah Rp3.000 seminggu. Rp1.000 untuk infak, dan Rp2.000 untuk wakaf. Dari wakaf Rp2.000 seminggu, BMI telah mengumpulkan Rp33,5 miliar.
Kambara mengatakan melalui Model BMI Syariah, Kopsyah BMI terus konsisten memberikan manfaat bagi anggota dan masyarakat. Setelah memiliki 100 cabang, kini koperasi dengan aset lebih dari Rp1,1 triliun lebih itu terus menggenjot program sosial dan pemberdayaanya dirasakan masyarakat di wilayah layanannya di Provinsi Banten dan Jawa Barat.
Mulai dari Gerakan Seribu Sajadah dan Al Quran (Geser Dahan), Sanitasi Masjid, Mushola dan Pesantren (Sanimesra), Sanitasi Dhuafa, Santunan dhuafa, santunan anak yatim, beasiswa, pelayanan ambulans gratis (bensin, sopir dan e-toll ditanggung BMI) dan lain-lain.
Pria berdarah Mandailing ini menjelaskan jatuh bangunnya koperasi ada di anggota. Koperasi menempatkan anggota sebagai pemilik, pengguna dan pengendali. Dengan menempatkan anggota sebagai pemilik, pengguna dan pengendali membuat Kopsyah BMI tetap dalam spirit menjaga prinsip, nilai dan jati diri koperasi. (togar/humas)
Terbaik & amat bermanfaat utk dicontohi. Mungkin boleh aturkan pertemuan kongsi pengalaman & cabaran mengukuhkan lagi koperasi Syariah se antara Nusantara .. Wslm