Pernah Bergaji Rp5.000 Perhari, Mantan Buruh Pabrik Pensil Asal Cikupa Ini Wujudkan Rumah Impiannya Lewat Kopsyah BMI

BMI Corner

Tangerang, Klikbmi.com – Berapa banyak uang yang dikumpulkan dari warung kecil? Tentu jawabannya bervariasi. Namun, apa yang dialami Tiah (52 tahun) ini bisa menjadi motivasi semua orang. Rajin menabung dari penghasilan dari warung kecil, Anggota Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia (Kopsyah BMI) ini bisa menyisihkan uang hingga membangun rumah dan kontrakan.

”Saya dan adik disuruh kuliah dulu sampai mandiri, baru ibu membangun rumah,” begitu yang dituturkan Lasmi (31 tahun), putri pertama Tiah menirukan janji sang ibu. Hampir 30 tahun mereka hidup di rumah yang ukurannya tak sampai 30 meter persegi di Kampung Cirewed, Desa Sukadamai, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang. Kini rumahnya berubah menjadi cantik dan megah lewat pembiayaan Mikro Tata Griya (MTG) rumah tanpa DP dari Kopsyah BMI.

Sebelum dibangun ulang, rumahnya kerap jadi langganan banjir. Letak rumah mereka berada di bidang tanah yang paling rendah dari tetangga-tetangga yang lain. Setiap musim penghujan, lumpur dan air dari atas masuk ke rumah tersebut. Setiap itu pula, Tiah, Lasmi, sang adik dan ayahnya harus gotong royong membuang genangan dan lumpur.

”Dari saya masih SD pak (rutinitas banjir) begini terus, pas tetangga yang lain pada tidur nyenyak, kami malah ronda buang lumpur,” ujar Lasmi saat mengingat kejadian itu.

Saran demi saran para tetangga, Tiah terima dengan lapang. Mulai dari membangun pagar penghalau banjir, meninggikan pondasi rumah dan segala macam solusi agar rumahnya tak kebanjiran. Namun, niat Tiah untuk menyekolahkan kedua buah hatinya juga semakin kuat. Ia tak mau merepotkan anak-anaknya untuk menggadaikan hartanya menjadi jaminan hanya karena genangan banjir. Yang sebenarnya bisa mereka tangani sendiri.

Rumah baru milik Tiah yang dibangun lewat pembiayaan rumah tanpa DP MTG Kopsyah BMI. Bahan bangunan disuplai langsung dari Toko Bangunan Kopmen BMI dan para tenaga terampil dari Kopjas BMI.

”Saya sih ngukur baju (tahu diri) pak, dari hasil warung kecil ini bagaimana saya bisa pinjam ke bank, apalagi dengan jaminan. Kalaupun ada, saya takut rumah saya disita. Alhamdulillah, dari hasil warung dan penghasilan suami saya, kami tabung biar kedua anak saya bisa sekolah tinggi,” ujar Tiah saat dikunjungi Redaksi Klikbmi, Rabu 28 Maret 2023.  

Tiah sadar pendidikan sangat penting. Ia tak mau kehidupan putra-putrinya seperti ia remaja dulu. Tiah hanyalah tamatan SD di pelosok Kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang. Berbekal ijazah SD itu, Tiah remaja memberanikan diri merantau ke Cikupa, Tangerang di tahun 1989.

Di Cikupa, Tiah bekerja sebagai buruh di bidang produksi sebuah pabrik pensil. Tiah masih ingat gajinya Rp5.000 perhari saat itu (Rp120 ribu per bulan). Hingga ia menikah di tahun 1990, gajinya tak banyak berubah. Hanya cukup untuk makan dan sewa kontrakan.

”Kalau diingat dulu, saya dan suami tidur di kasur kecil pak. Pengap panas. Kok begini amat ya hidup. Mau kerja yang gajinya tinggi, saya harus punya ijazah SMA atau sarjana. Saya cuma lulusan SD. Saya pasrah saja, biar Allah yang atur semua,” terangnya.

Tiah berfoto di depan warungnya. Dari warung kecil tersebut, anggota Kopsyah BMI Cabang Cikupa ini mampu menyekolahkan kedua anaknya hingga sarjana dan membangun kontrakan serta rumah impiannya.

Sembari bekerja di pabrik pensil, Tiah membuka usaha warung kecil-kecilan. Dari sana, ia menabung sedikit demi sedikit. Saat putri pertamanya masuk SD, ia membongkar celengan untuk biaya dan peralatan sekolah. Sampai sekarang, Tiah tak punya rekening bank dan handphone. Ia hanya punya buku simpanan Kopsyah BMI bertuliskan namanya dan nama rembug pusatnya, Cirebon.

Dari tabungan itu, Tiah akhirnya bisa membeli sepetak tanah di Kampung Cirewed, Cikupa. Ia pun mengkavling tanah tersebut menjadi dua bagian, satu untuk rumah dan satunya lagi untuk kontrakan. Untuk membangunnya, lagi-lagi Tiah mengumpulkan tabungan. Setelah kontrakan terbangun, pekerjaan sebagai buruh pabrik pensil ia tinggalkan. Meski lulusan SD dan tak paham mengirim SMS, Tiah sudah pandai berbisnis. Baginya, dengan memiliki kontrakan, Ia punya investasi untuk masa depan putra putrinya.

Investasi itu nyatanya terbukti. Pertengahan 2009, Lasmi yang baru lulus SMA berniat mengambil jurusan kebidanan yang biaya semesternya lumayan besar. Tiah tak kebingungan. Tabunganya dari hasil kontrakan dan warungnya ia keluarkan untuk biaya kuliah sang putri sulung. Begitupun dengan putranya yang kedua, hasil tabungannya pula yang mendorong putranya meraih gelar Sarjana Komputer di Universitas Gunadarma Jakarta dan kini bekerja sebagai admin di pabrik sepatu bonafid di Tangerang.  

”Setelah anak-anak saya kuliah, saya akhirnya ketemu dengan Kopsyah BMI,” terang Tiah.

Perkenalannya dengan Kopsyah BMI terjadi di tahun 2015. Berawal dari ajakan sang kakak yang sudah lebih dahulu menjadi anggota, Tiah mendaftarkan dirinya sebagai anggota BMI Rembug Pusat Cirebon. Dari sana, Tiah pun mendapatkan pembiayaan untuk warungnya. Namun, tak begitu besar.

”Saya dapat pembiayaan pertama Rp1 juta saya belanjakan untuk warung, kemudian begitu sampai di pembiayaan Rp10 juta saya berhenti, saya lebih memilih menabung saja di Kopsyah BMI. Uang hasil kontrakan dan dagangan saya simpan semua di BMI. Dari BMI juga saya bisa kenal dengan simpanan dan rumah tanpa DP,” terangnya.

Tiah sadar, ada tujuan yang lebih penting dengan menyimpan dananya di Kopsyah BMI. Yaitu janjinya membangun rumah untuk keluarganya jika kedua anaknya mandiri. Hingga pada September 2022, jalannya membangun rumah terbuka lebar. Saat itu, kedua anaknya sudah memiliki pekerjaan sendiri.

Perpaduan cat dan bahan bangunan yang berkualitas membuat rumahnya semakin cantik.

Berawal dari ketertarikannya dengan produk MTG Rumah tanpa DP, ia pun mengontak Kantor Kopsyah BMI Cabang Cikupa untuk mendapatkan informasi yang lebih detil. ”Saya lihat-lihat tipe rumahnya. Dan saya pilih rumah yang paling bagus, tipe Grade A plus. Saya minta dua tahun saja untuk pelunasannya. Saya nggak betah lama-lama pak,” aku Tiah.

Pembiayaan rumah tipe Grade A Plus berukuran 48 meter persegi mulai dibangun. Barang-barang material dari Toko Bangunan Koperasi Konsumen Benteng Muamalah Indonesia sudah datang saat rumahnya yang pertama selesai dibongkar. Pembangunan dilakukan para tenaga terampil dari Koperasi Jasa Benteng Mandiri Indonesia (Kopjas BMI). Pembangunan berlangsung cepat, hanya 1,5 bulan.

Hasilnya pun memuaskan, 360 derajat berubah dari rumahnya dahulu, begitu yang diungkapkan oleh Tiah. Eksterior rumahnya kini semakin berwarna, baluran cat putih dan hijau membuat rumahnya semakin cantik dan elegan. Kini, rumahnya tak lagi kebanjiran karena pondasinya ikut ditinggikan. Namun, Tiah merasa belum puas. Rumah yang dibangun masih menyisakan luas tanah yang cukup luas, 60 meter persegi di halaman belakang.

”Saya masih ingin membangun yang lebih luas lagi. Akhirnya saya tambah Rp80 juta untuk bikin warung, dapur dan pagar rumah. Uang itu juga tabungan saya di BMI. Saya serahkan pembangunannya sama Koperasi BMI,” jelas Tiah.

Lagi-lagi, keinginannya membangun rumah sesuai impiannya terwujud oleh Koperasi BMI. Tanah berukuran 120 meter itu telah full bangunan rumahnya. Kini Tiah sudah memiliki warung yang luas, cukup untuk tabung gas dan galon air mineral jualannya. Kedua anaknya kini telah memiliki kamar masing-masing sesuai keinginanannya.

”Saya bersyukur bisa bertemu dengan BMI. Koperasi BMI bisa membangun rumah saya yang dahulu kebanjiran, sekarang tidak lagi. Saya dulu mimpi punya rumah yang keramiknya bagus-bagus, sekarang terwujud. Dan rumah ini benar-benar nggak pakai DP, dan biaya angsurannya juga lebih terjangkau. Kalau rumah yang lain, mungkin bisa di atas 300 juta pak, tapi di BMI harganya di bawah itu,” tandasnya.

Kekokohan dan kemegahan rumah Tiah menyorot perhatian para tetangganya. Saat kami menanyakan letak Rumah Ibu Tiah di Kampung Cirewed, para tetangganya selalu bilang. “Oh, rumah yang bagus itu ya pak? Masuk aja ke gang kecil, nanti ada rumah bagus itu rumahnya. Sempurna!

Ruang tengah yang lega didesain dalam pembangunan rumah tanpa DP Kopsyah BMI.

Terpisah, Presiden Direktur Koperasi BMI Grup Kamaruddin Batubara menjelaskan, salah satu kendala masyarakat mengakses perumahan adalah persyaratan kredit pemilikan rumah (KPR) yang rumit dan uang muka yang tinggi. Namun kesulitan ini tidak berlaku bagi anggota Koperasi BMI. Program rumah tanpa DP, tidak hanya berdampak pada kenyamanan keluarga Ibu Tiah dalam beristirahat, namun memacu keluarga ini untuk berubah ke arah yang lebih baik.

”Jika koperasi dibangun dengan rasa saling percaya dan gotong royong maka hasilnya adalah program yang mendukung ekonomi anggotanya berubah menjadi lebih baik. sudah militan bergabung menjadi anggota yang partisipatif, kita harus mendukung mereka untuk lebih sejahtera. Seperti semangat Ibu Tiah. Untuk mewujudkan mimpinya, ia menyimpan di Kopsyah BMI dan alhamdulilah kini keluarga Ibu Tiah memiliki rumah sesuai impiannya,” tandas pria yang karib disapa Kambara tersebut.

(Togar Harahap/Klikbmi.com)

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *