Tiga Anggota BMI Asal Jawilan Serang Mulai Rasakan Nikmatnya Beternak Bebek Petelur

BMI Corner

وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِى سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

“Dan Tuhanmu berfirman ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS. Al-Mukmin: 60).

Klikbmi, Lebak – Seperti kata pepatah, “Berikanlah nelayan ikan maka Anda akan memberinya makan untuk satu hari, namun ajari ia memancing maka Anda akan menafkahinya seumur hidup.” Seperti itulah yang dilaksanakan Koperasi BMI dalam meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan anggota lewat pemberdayaan.

Seperti yang dilakukan tiga anggota Koperasi BMI di Desa Parakan dan Pasir Buyut, Kecamatan Jawilan, Kabupaten Serang. Mereka memilih memanfaatkan waktunya pada masa pandemi COVID-19 saat ini untuk menggeluti usaha peternakan bebek petelur.

Bebek yang mereka ternak didapat melalui program pemberdayaan anggota Kopsyah BMI. Satu peternak anggota mendapatkan 100 ekor bebek petelur.

Lewat program ini, anggota mendapat bagi hasil 65-35 persen. Pendapatan 65 persen diberikan kepada anggota dan 35 persen untuk Koperasi BMI.

Istimewanya, bebek yang disalurkan oleh BMI kepada anggota merupakan bebek yang siap bertelur dan berusia enam bulan. Setelah 6-7 bulan, bebek tersebut menjadi hak milik anggota.

Rusta, Rohman dan Hekun adalah anggota peternak bebek di Jawilan. Ketiganya merupakan suami-suami anggota BMI. Kegiatan pemberdayaan ini dimulai sejak Mei 2021 lalu. Dengan begitu, tinggal dua bulan lagi, bebek tersebut menjadi milik mereka.

Jelas untung begitu yang diucapkan Staf Pemberdayaan Anggota Kopsyah BMI Dedy Suhaimi. Ia menjelaskan, selain menjadi hak milik, ketiganya bisa meraup keuntungan Rp240 ribu perminggu atau Rp960 ribu perbulan dari penjualan telur. Dalam sehari, kandang bebek milik anggota menghasilkan 50-60 butir telur.

Rusta- suami Iis anggota BMI asal Jawilan- tengah menata tumpukan telur untuk dijual ke sejumlah warung. Selain, menjual telur, Rusta dan Iis juga membuat telur asin.

”Kopsyah BMI memberikan spesifikasi bebek yang sudah siap bertelur, dengan begitu anggota peternak tak butuh waktu lama untuk menunggu hasilnya,” jelasnya.

Dedi menjelaskan, para peternak anggota di Jawilan juga diuntungkan dengan kondisi geografisnya. Mulai dari ketersediaan lahan sawah yang lebar (area gembala bebek) dan ketersediaan pakan.

Peternak di Jawilan menggunakan dua cara budidaya, yakni diangon dan kandang. Diangon berarti melepaskan bebek ke lahan sawah kosong maka bebek bebek ini akan mencari makan sendiri nanti.”Jika diangon, biaya pakan akan menurun. Sementara jika dikurung, maka biaya pakan menjadi beban operasional sehari-hari,” paparnya.

Hal lain yang perlu diketahui, beternak bebek petelur di kandang bergantung juga pada ketersediaan pakan, dalam hal ini limbah pabrik kerupuk atau pengolahan makanan beku lain. ”Beruntung di Jawilan, pakan sisa limbah pabrik melimpah,” jelas Dedi.

Sebagai contoh, limbah kepala udang yang tidak bisa diolah di pabrik akan dibuang, lalu diambil oleh peternak bebek sebagai bahan makanan tambahan ternaknya. Protein yang terdapat pada kepala udang bisa menambah gurih rasa telur serta mencerahkan warna kuningnya hingga terlihat oranye. Di Jawilan, pakan tersebut cukup melimpah.

Bebek milik Rusta berebut makanan yang diolah dengan konsentrat dan limbah kepala udang. Kandungan protein yang tinggi membuat kualitas telur bebek semakin baik.

Peluang limbah kepala udang dimanfaatkan salah satu peternak anggota BMI bernama Rusta. Telur dari bebek pemberdayaan BMI dimanfaatkannya suami dari Ibu Iis, anggota Kopsyah BMI Cabang Jawilan menjadi telur asin.

“Alhamdulillah, kami bisa mengirim 1.000 – 2.000 butir telur asin ke warung-warung. Saya mengucapkan terima kasih kepada BMI, dengan system bagi hasil kami bisa mendapatkan keuntungan yang jauh lebih baik,” jelasnya.

Terpisah, Presiden Direktur Koperasi BMI Kamaruddin Batubara menjelaskan pemberdayaan dan sosial menjadi pembeda BMI dengan lembaga keuangan yang lain.

”Jadi tak hanya meningkatkan produktivitas dan pendapatan anggota, program pemberdayaan juga membangun kemandirian koperasi.  Itulah semangat yang ingin kami bawa, gotong royong dan setia kawan sesuai Firman Allah SWT dalam QS Al Maidah ayat 2,” terangnya.

Dijelaskannya, sektor peternakan dan pertanian menjadi salah satu kunci keberhasilan pemberdayaan ekonomi masyarakat desa yang kental dengan semangat gotong royong agar dapat membantu mereka mengembangkan jaringan kewirausahaan.

Jaringan kewirausahaan terus BMI bangun, seperti kerjasama BMI dan GS Food dalam mengembangkan pekan kuliner anggota di Ocean Park. Di sana, sebanyak 28 anggota Kopsyah BMI mendapatkan gratis sewa stand selama gelaran berlangsung, 3-9 Oktober 2021.

(Togar Harahap/KlikBMI)

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *