Umur Itu Seperti Es Batu, Dipakai Atau Tidak Dipakai, Akan Berkurang Dan Habis

Info ZISWAF

Nasehat Dhuha Minggu, 8 Agustus 2021 | 29 Dzulhijjah 1442 H| Oleh:  Sularto

Klikbmi, Tangerang –  Sahabat BMI Kliker yang dimuliakan Allah SWT, tema kita pada hari minggu ini adalah tentang umur. Kita harus sadar bahwa umur teryata mirip dengan karakteristik es batu, ia akan mencair dan habis baik kita pakai maupun tidak kita dipakai. Demikian pula umur mau kita pakai untuk berbuat kebaikan atau kita gunakan untuk keburukan ia akan habis dengan sendirinya.

Setiap kita yang merayakan hari ulang tahun, kita selalu mendengar ucapan selamat panjang umur.  Saat ada bayi yang lahir, selalu kita doakan agar sehat dan berusia panjang. Ternyata tidak ada yang dapat memastikan apakah umur kita akan panjang, akan mulia atau hina atau akan berkah atau tidak. Tetapi kita sebagai pemilik umur tentu hanya bisa menggunakan umur itu sebaik mungkin. Kita tidak akan tahu masih seberapa besar bongkahan es batu umur kita, kita tidak tahu masih berapa lama lagi kita hidup.

Umur manusia adalah perkara ghaib dan merupakan rahasia Allah SWT. Tak seorangpun tahu berapa panjang usia yang dijatahkan untuknya. Meski Umur termasuk perkara ghaib, beberapa ulama besar mencoba membahasnya. Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad, misalnya, mengkaji masalah umur melalui karyanya, Sabilul’Iddikar wal I’tibar bima Yamurru bil-Insan wa Yanqadhi lahu minal-A’mar (Jalan Menuju Peringatan dan Perenungan tentang Tahapan Usia yang Dilalui Manusia). Beliau membagi umur dalam lima tahapan :

  1. Sejak Allah SWT menciptakan Nabi Adam AS dan membekalinya dengan keturunan.
  2. Terhitung sejak seorang manusia terlahir dari rahim ibunya hingga ajal menjemput.
  3. Dimulai sejak kebangkitan manusia dari alam dunia melalui kematian sampai bertiupnya sangkakala Malaikat Israfil di Padang Mahsyar. Umur ketiga adalah masa penantian seseorang di alam barzakh.
  4. Berlangsung sejak seorang manusia dibangkitkan dari alam barzakh, bersamaan dengan ditiupnya sangkakala yang kedua hingga manusia melangkah di atas shirath al-mustaqim.
  5. Dimulai sejak seseorang memasuki pintu surga, atau terjatuh di jurang neraka.

Usia umat Rasulullah SAW tidaklah sepanjang usia umat-umat terdahulu. Dalam sebuah hadist disebutkan, usia mereka umumnya antara 60 sampai 70 tahun.
Rasulullah SAW pernah mengadukan pendeknya usia umat beliau itu kepada Allah SWT.

Dengan penuh kasih, Allah SWT menjelaskan, meski usia umat Islam lebih pendek dari umat lain, Allah SWT telah menganugrahkan banyak keutamaan. Diantaranya Lailatul Qadar, malam yang nilainya lebih dari seribu bulan. Masa muda dan masa dewasa merupakan fase terpenting dalam kehidupan manusia. Mengenai pentingnya masa muda, seorang bijak mengatakan, “Jika engkau tak bisa meraih kemuliaan di hari mudamu, tak akan mulia hidupnya sampai tua”.

Yang sangat penting diingat, setiap orang akan diminta pertanggungjawaban tengtang umur yang dianugrahkan kepadanya. Rasulullah SAW bersabda, “Tak akan bergeser kedua kaki manusia pada hari kiamat sampai selesai ditanya tentang empat perkara, yaitu tentang umurnya, dihabiskan untuk apa; tentang masa mudanya, dipergunakan untuk apa; tentang hartanya, darimana diperoleh dan untuk apa dibelanjakan; dan tentang ilmunya, apakah sudah diamalkan”. (HR At-Tarmidzi).

Dalam Islam, usia 40 tahun dianggap sebagai usia yang istimewa. Ia dipandang sebagai tonggak awal kemapanan seseorang. Rasulullah SAW pun diangkat sebagai Nabi oleh Allah SWT pada usia 40 tahun. Bagi kaum sufi, usia 40 tahun dianggap sebagai pintu gerbang menuju Allah SWT. Seorang sufi besar, Syaikh Abdul Wahhab bin Ahmad Asy-Sya’rani, dalam kitab Bahrul Maurud, menulis, “Telah diambil perjanjian dari kita, apabila umur telah mencapai 40 tahun, hendaklah bersiap-siap melipat kasur dan selalu ingat pada setiap tarik nafas, bahwa kita sedang berjalan menuju akhirat, sampai tak merasa tenang lagi rasanya hidup di dunia”.

Yang dimaksud dengan melipat kasur ialah mengurangi tidur untuk memperbanyak ibadah.
Setelah melampaui fase kedewasaan, kaum muslimin memasuki fase persiapan menghadapi kematian, yakni pada usia 60 sampai 70 tahun. Sabda Rasulullah SAW, “Masa penuaan umur umatku dari 60 hingga 70 tahun”. (HR Muslim dan An-Nasa-i). Oleh karena itu , amat sangat keterlaluan orang-orang yang sudah berusia di atas 60 tahun tapi masih juga melakukan maksiat. Sabda Rasulullah SAW, “Allah SWT tidak akan menerima dalih seseorang sesudah Dia memanjangkan usianya hingga 60 tahun”. (HR Al-Bukhari).

Usia lanjut juga merupakan sebuah keistimewaan. Dalam sebuah hadits qudsi Rasulullah SAW menyampaikan firman Allah SWT, “Demi kemuliaan-Ku, keagungan-Ku, dan kebutuhan hamba-Ku kepada-Ku, sesungguhnya Aku merasa malu menyiksa hamba-Ku, baik laki-laki maupun perempuan, yang telah beruban karena tua dalam keadaan muslim”. Dalam hadits lain beliau bersabda, “Sebaik-baik diantara kalian ialah orang yang panjang umurnya dan baik pula amalannya”. (HR At-Tarmidzi).

Namun Al-Quran juga berulang kali memperingatkan akan datanya ketuaan dan kepikunan. Misalnya dalam surah An-Nahl ayat 70, “Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu. Dan diantara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah, supaya tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa”.

Kepikunan yang mengiringi ketuaan itulah yang ditakuti oleh Rasulullah SAW, sehingga beliau selalu berdo’a, “Aku berlindung kepada-Mu dari usia yang paling hina”.
Suatu kali Ma’an bin Zaidah mendatangi Al-Makmun. Makmun bertanya, “Bagaimana keadaanmu di usia tua renta ini?”. Ia menjawab, “Aku bisa jatuh hanya karena tersandung kotoran unta, dan cukup diikat hanya dengan sehelai rambut”.
“Bagaimana keadaanmu dalam makanan, minuman dan tidurmu?” Ia menjawab,”Bila lapar, aku marah; dan bila makan, aku merasa jengkel. Bila berada di antara orang-orang, aku mengantuk; dan bila di atas kasurku, aku terjaga”.

“Bagaimana keadaanmu dengan para wanita?” Beliau menjawab, “Kalau wanita yang buruk rupa, aku tidak menginginkan mereka; sedangkan para wanita yang cantik tidak menginginkanku”.

Makmun berkata, “Kalau begitu tidak pantas orang sepertimu dianggap muda”.
“Lipat gandakanlah imbalan untuknya dan haruskanlah ia menetap di rumahnya. Biarkan masyarakat yang mengunjunginya, dan jangan biarkan ia mengunjungi siapapun”.

Sejak zaman Rasulullah SAW sampai kini, ada orang-orang yang dianuggrahi Allah SWT umur panjang dari orang-orang pada umumnya. Dan mereka mengisinya dengan berbagai kebaikan, sehingga hidup mereka penuh berkah dan tercatat dalam sejarah. Mereka inilah yang dimaksud dalam hadits Nabi, “Sebaik-baik kalian adalah yang panjang umurnya dan baik amalnya”.

Di samping itu ada pula orang-orang yang usianya pendek tapi juga sangat berarti, karena dipenuhi berbagai amal yang diridhai Allah SWT. Mereka yang tergolong dalam kelompok ini pun namanya terabadikan dalam sejarah, dan senantiasa dikenang orang. Diantara para sahabat Nabi yang dianugrahi usia panjang adalah Anas bin Malik, salah seorang sahabat utama, perawi hadits terkenal, dan pelayan Rasulullah SAW.

Anas lahir pada tahun ke 10 sebelum HIjrah. Sejak kecil ia sudah memeluk Islam, dan terus melayani Rasulullah SAW sampai beliau wafat. Kurang lebih 10 tahun lamanya ia melayani Rasulullah SAW, yaitu selama beliau menetap di Madinah.
Ibunya yang mula pertama membawanya menghadap Rasulullah SAW agar dapat melayani beliau. Anas bangga menyandang predikat “pelayan Rasulullah”, karena kedudukan itu memang suatu kemuliaan.

Ia adalah sahabat yang terbanyak memiliki anak,berkat do’a Nabi SAW. Suatu ketika ibunya memohon agar Rasulullah SAW mendo’akannya. Maka beliaupun mendo’akan Anas, “Ya Allah, berilah rizqi anak dan harta kepadanya, dan berkahilah dia”. Dalam redaksi yang lain, do’a beliau sebagai berikut, “Ya Allah, perbanyaklah harta dan anaknya, dan masukkanlah ia ke dalam surga”.

Anas adalah sahabat yang terakhir wafat di Basrah. Menurut riwayat yang paling kuat, ia wafat pada tahun 93 H/711 M dalam usia 103 tahun. Ia wafat setelah menjalani kehidupan penuh perjuangan. Ia kaya dengan ilmu, dan sarat dengan amal. Di saat ajal hendak menjemput, ia berkata, “Talqinkanlah aku dengan ucapan La ilaha illallah“. Dan kalimat tauhid itu terus diucapkannya hingga ruh berpisah dari jasadnya.

Ada pula tokoh yang usianya tidak panjang tetapi penuh dengan keberkahan dan kehidupannya tetap dikenang orang dari zaman ke zaman. Salah satunya adalah Umar bin Abdul Aziz, yang pada tahun 99 H/717 M terpilih sebagai khalifah menggantikan Khalifah Sulaiman. Ketika itu usiannya 37 tahun. Ia dipandang sebagai khalifah paling adil dan paling sederhana di antara semua khalifah Bani Umayyah.

Umar juga menghentikan segala bentuk kemewahan para mantan khalifah, dan sebaliknya menghidupkan pengajian Al-Quran dan Sunnah. Ia juga melarang pengawal dan rakyat berdiri menghormatinya. Ketika orang-orang berdiri menghormatinya, ia berkata, “Jika kalian berdiri, kita semua berdiri, jika kalian duduk , kita semua duduk. Sepatutnyalah manusia hanya berdiri menyembah Allah, Tuhan sekalian alam. Sesungguhnya Allah telah mewajibkan hal-hal fardhu dan menyunahkan hal-hal sunnah. Barang siapa mengambilnya, bertemulah dia dengan-Nya; dan barang siapa meninggalkannya, binasalah dia”.

Umur kita akan habis, namun kita bisa mengupayakan kualitas umur kita. Bukan usia panjang saja yang terpenting, melainkan keberkahan usia. Keberkahan ditandai dengan bagusnya amal ibadah dan akhlaq serta karya yang bermanfaat bagi generasi sesudahnya. Semoga Allah SWT selalu bersama kita. Wallahu a’lam bish-showaab.

Mari terus ber-ZISWAF (Zakat,Infaq,Sedekah dan Wakaf) melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela : 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI : 0000000888. (Sularto/Klikbmi).

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *