Mengapa Ada Yang Bekerja Asal-Asalan, Sementara Yang Lain Punya Motivasi Tinggi

Info ZISWAF

Nasehat Dhuha Senin, 9 Agustus 2021 | 30 Dzulhijjah 1442 H| Oleh:  Sularto

Klikbmi, Tangerang –  Sahabat BMI Kliker yang dimuliakan Allah SWT, tema kita pada mengawali pekan ini adalah tentang motivasi seseorang dalam bekerja. Sering kita mendapati dalam aktifitas pekerjaan orang yang punya motivasi sangat tinggi dalam bekerja, namun kita juga menemukan ada orang yang bekerja asal bekerja. Fenomena ini berlangsung baik secara temporer maupun dalam durasi yang agak panjang.

Dalam dunia kerja seseorang memang terpengaruh dengan masalah-masalah yang dihadapi baik itu masalah dalam keluarga, pendidikan atau masalah pekerjaan itu sendiri. Ada orang yang dalam waktu singkat karena memiliki masalah, ia terpengaruh masalahnya dalam pekerjaan. Namun bagi yang sudah memiliki kedewasaan bersikap kondisi ini akan mudah dia selesaikan.

Namun ada juga memang karyawan yang memang memiliki karakter origin yang kaku dan terlalu susah menyesuaikan dengan lingkungan pekerjaan. Oleh karena itulah muncul manajemen SDM. Kajian kita kali ini menghubungkan pola motivasi bekerja yang dikaitkan dengan nilai-nilai ibadah seseorang. Hipotesanya adalah bahwa orang yang memiliki keyakinan lebih baik dalam hal ibadah dia akan bekerja lebih termotivasi, karena baginya bekerja asal-asalan adalah menyia-nyiakan amanah.

Kita harus mulai berpikir dan menerapkan dalam lingkungan pekerjaan kita bahwa semua yang kita lakukan dalam pekerjaan adalah dalam rangka beribadah kepada Allah SWT, memudahkan urusan orang lain dan memberikan manfaat bagi sesama.

Islam memotivasi umatnya untuk bekerja serta menjadikannya media menjemput rezeki dan sarana meningkatkan taraf hidup, dibarengi tawakal kepada Allah. Islam menuntut adanya tawakal dalam ikhtiar dan ikhtiar dalam tawakal. Karena keduanya adalah sisi mata uang yang tidak dapat terpisahkan dan menentukan etos kerja seorang muslim.

Rasulullah ﷺ pun kerap memberi motivasi untuk berusaha dan bekerja dalam beberapa hadits beliau. Dari Ibunda Aisyah, Rasul bersabda:

التمسوا الرزق في خبايا الأرض

“Bekerjalah walau dalam perut bumi.” (al-Thabarani)

Dari Shakhra bin Wadaah al-Ghamidi, Rasul bersabda,

اللهم بارك لأمتي في بكورها

“Ya Allah berkahi pagi hari umatku.” (Abdul Adzim)

Shakhra pun mengimplementasikan hadits di atas dalam bisnisnya dengan selalu membuka lapaknya sejak pagi hari. Ia pun menjadi hartawan yang sangat kaya. Hal ini Membuka bisnisnya sejak pagi bisa kita artikan dalam bekerja sesuai dengan jadwal kita bekerja kita selalu memulai dengan on time dari jam kerja yang ada. Misalnya kita di Koperasi BMI kita bekerja dari pukul 07.30 WIB makan sejak saat itulah kita sudah mulai bekerja dan bukan datang terlambat dan baru memulai pekerjaan kita.

Kaab bin Ajrah meriwayatkan, “Suatu hari para sahabat melihat seorang pria bertubuh kekar yang sedang sibuk, melintas di hadapan Nabi Muhammad ﷺ. Kemudian mereka berkata, ‘Andai fisiknya digunakan untuk berjuang di jalan Allah.’ Rasul pun menanggapi hal itu, ‘Jika ia bekerja untuk anaknya yang masih kecil, maka ia fisabilillah. Jika ia bekerja untuk kedua orang tuanya yang sudah tua, maka ia fisabilillah. Jika ia bekerja untuk dirinya sendiri  agar terjaga kehormatannya, maka ia fisabilillah. Sebaliknya, jika ia bekerja untuk pujian dan prestasi, maka ia berjuang di jalan setan.’”

Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Di antaranya banyaknya dosa, ada dosa yang tidak bisa dihapus oleh shalat, puasa, haji ataupun umrah,” Para sahabat bertanya, “Lalu dengan apa dosa tersebut dapat terhapus?” Beliau menjawab, “dengan jerih payah dalam bekerja.” (al-Thabarani).

لأن يحتطب أحدكم حزمة على ظهره خير له من أن يسأل أحدا فيعطيه أو يمنعه

“Menjual kayu bakar lebih baik daripada mengemis.” (al-Bukhari)

Ibnu Umar meriwayatkan, Rasul bersabda,

إن الله يحب المؤمن المحترف

Allah mencintai mukmin yang professional.

Diriwayatkan Ibunda Aisyah, Rasulullah bersabda, “Siapa yang kemarin dibebani pekerjaan, kemarin Allah telah mengampuni dosanya.” (Al-Mundziri)

Dari  Muqoddam bahwa Rasulullah bersabda, “Makanan terbaik adalah yang didapat dari jerih payah usaha sendiri. Nabi Daud alaihissalam pun makan dari hasil kerjanya sendiri.”

Rasulullah ditanya mengenai pekerjaan terbaik, beliau menjawab, “Berdagang dengan jujur, dan pekerjaan yang dilakukan menggunakan tangan.”

Secara global, hadits ini berbicara tentang mencari nafkah, karena berusaha adalah prasyarat mendapatkan rezeki. Mengenai hal ini Umar bin al-Khattab berkata, “Janganlah kalian hanya berdoa ketika meminta rezeki, padahal kalian tahu bahwa langit tidak mungkin menurunkan hujan emas dan perak.”

Rasulullah bersabda,

ما يزال الرجل يسأل الناس حتى يأتي يوم القيامة ليس في وجهه مزعة لحم

“Pemuda yang menjadikan mengemis sebagai profesinya, di hari kiamat akan dibangkitkan sebagai tengkorak.” (al-Bukhari)

Umar bin al-Khattab pernah berkata pada Zaid bin Maslamah yang ditemuinya sedang bercocok tanam, “Tepat yang kau lakukan, sikap mandiri telah menjaga agamamu, dan memuliakan dirimu di mata manusia.”

Imam Ahmad pernah ditanya, “Apa pendapatmu mengenai seseorang yang duduk di rumahnya atau masjid sambil berkata, ‘aku tidak bekerja agar rezeki dapat menemuiku’” Beliau berkomentar, “Dia orang bodoh, tidakkah ia mendengar bahwa Nabi bersabda, ‘Allah tetapkan berburu sebagai prosesku mendapat rezeki.” Seorang muslim seharusnya mengambil tindakan nyata dalam mencari rejeki (bekerja), bukan hanya berpangku tangan dan berharap pada Allah.

Hendaklah ia meyakini bahwa usahanya bukanlah yang memberikannya rezeki. Rezeki-Nya telah dibagikan sementara takdirnya telah ditentukan dan segala yang telah Allah tentukan untuknya pasti terjadi. Jangan risau dengan hasil. Tak perlu dengki melihat rezeki orang lain. Kita hanya diminta berusaha, bukan berhasil. Ia berfirman:

وفي السماء رزقكم وما توعدون – فورب السماء والأرض إنه لحق مثل ما أنكم تنطقون

“Di langit terdapat sebab rezekimu dan janji Tuhanmu. Maka demi Tuhan langit dan bumi, sungguh yang dijanjikan itu benar-benar akan terjadi tanpa dapat dipungkiri.” (ad-Dzariat: 22-23)

Kita bekerja pada lembaga dan divisi kita masing-masing dalam rangka menjalankan perintah Allah untuk mencari rejeki. Kita juga bekerja dengan niatan ibadah kepada Allah SWT. Kita juga bekeja dengan niatan membantu orang lain. Kita juga bekerja dengan niatan membantu sesama. Kita juga bekerja menjalankan amanah yang telah diberikan ke pundak kita. Kita juga bekerja untuk membuat orang lain tersenyum melihat kita telah menyenangkannya. Kita bekerja untuk membentuk pelembagaan silaturahmi.

Agar motivasi kita tinggi kita harus membentuk sebanyak- banyaknya persepsi positif dalam bekerja. Jangan sampai kita dalam bekerja menciptakan permusuhan dan kekecewaan. Insyallah niat baik ini akan mampu menjadikan kita terus terpelihara niatan ibadah dalam bekerja. Hal ini akan berujung pada terus- menerus terpeliharanya motivasi kita dalam bekerja. Sehingga kita tidak asala-asalan dalam bekerja.  Wallahu a’lam bish-showaab.

Mari terus ber-ZISWAF (Zakat,Infaq,Sedekah dan Wakaf) melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela : 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI : 0000000888. (Sularto/Klikbmi).

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *