Nasehat Dhuha Jumat , 15 Oktober 2021 | 8 Rabiul Awal 1443 H | Oleh : Ust M. Reza Prima, ME
Klikbmi, Tangerang – Utrujah. Harum dan wanginya tercium, rasanya manis, lezat dan enak. Rasulullah pernah mengisahkan. Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ârí, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
الْمُؤْمِنُ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ كَالأُتْرُجَّةِ ، طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَرِيحُهَا طَيِّبٌ ، وَالْمُؤْمِنُ الَّذِى لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ كَالتَّمْرَةِ ، طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلاَ رِيحَ لَهَا ، وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالرَّيْحَانَةِ ، رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ ، وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِى لاَ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالْحَنْظَلَةِ ، طَعْمُهَا مُرٌّ – أَوْ خَبِيثٌ – وَرِيحُهَا مُرٌّ
“Permisalan orang yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya adalah bagaikan buah utrujah, rasa dan baunya enak. Orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya adalah bagaikan buah kurma, rasanya enak namun tidak beraroma harum. Orang munafik yang membaca Al-Qur’an bagaikan buah raihanah, harumnya menyenangkan namun rasanya pahit. Dan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an bagaikan buah hanzhalah, rasa dan baunya pahit dan rasanya tidak enak.” [H.R. Bukhari no. 5059]
Pembaca Al-Qur’an dalam hadis di atas terpilah menjadi 4 macam. Yang pertama, disebut dengan Al-Utrujjah; yang kedua disebut dengan At-Tamrah; yang ketiga disebut dengan Ar-Raihanah; dan yang keempat disebut dengan Al-Hanzhalah. Masing-masing sebutan memiliki kualifikasi tersendiri. Al-Utrujjah dan At-Tamrah berkenaan dengan pribadi orang yang beriman, sementara Ar-Raihanah dan Al-Hanzhalah berkenaan dengan pribadi munafik.
Perumpamaan manusia berkaitan dengan aktivitasnya dalam membaca Al-Qur’an ternyata masing-masing memiliki rasa dan aroma tersendiri yang berbeda-beda.
Ibnu Hajar Al-Asqalâní pernah berkomentar mengenai kenapa Utrujjah yang dipilih untuk tamtsil di atas. Hikmah pengkhususan Utrujjah sebagai perumpamaan karena Utrujjah kulitnya dapat digunakan sebagai obat. Dari bijinya juga dapat dihasilkan minyak yang punya ragam manfaat. Ada juga yang mengatakan bahwa jin tidak akan mendekat ke sebuah rumah yang di dalamnya terdapat Utrujjah. Maka sangat cocok bila Al-Quran mengumpamakan dengannya yang mana setan tidak akan mendekatinya.
Kulit bijinya berwarna putih yang juga selaras dengan hati seorang mukmin. Beberapa keistimewaan lainnya adalah besar bentuknya, indah penampilannya, warnanya yang menyenangkan, dan lembut bila disentuh. Bila dimakan terasa lezat, sedap aromanya, mudah dikunyah dan juga dapat membersihkan lambung.
Beberapa kekhususannya dan keistimewaannya adalah besar ukurannya, bagus rupanya, memiliki rasa yang baik, lembut jika kita menyentuhnya, dapat “menghipnotis” siapapun yang melihatnya, sangat cerah warnanya, menyenangkan siapapun yang memandangnya, menambah nafsu makan tatkala melihatnya, mempunyai manfaat setelah mengkonsumsinya, maka keempat panca indera melihat, perasa, pencium, sentuh- memperoleh manfaat yang ia punya.
Syaikh Al-Azhím Abâdí mengatakan, “Kenapa Utrujah yang dipilih?” Karena Utrujah merupakan kumpulan rasa sekaligus aroma yang thayyib, warna yang baik, dan mempunyai manfaat yang banyak. Dan maksud dari permisalan dengan menggunakannya adalah sebagai penjelas akan kondisi seorang mukmin dan ketinggian akan amalannya (Tilawatul Quran).
Wallahu a’lam
Mari terus ber-ZISWAF (Zakat,Infaq,Sedekah dan Wakaf) melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BSI eks BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela : 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI : 0000000888. (Sularto/Klikbmi)