““Positif, bukan negatif. Aktif, bukan pasif,” (Buya Hamka- Buku Lembaga Budi)
Tangerang, klikbmi.com – Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia (Kopsyah BMI) sukses menyelesaikan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) kepada 336 staf lapang, Jumat 12 Agustus 2022. Diklat staf lapang Kopsyah BMI dilakukan sebanyak empat sesi yakni di Hotel Ultima Horison Serang (22 dan 29 Juli) dan Hotel Yasmin Karawaci Tangerang (5-12 Agustus).
Kegiatan penting untuk meningkatkan kualitas layanan pada anggota ini dihadiri oleh seluruh pengurus yang juga sekaligus direksi Kopsyah BMI. Presiden Direktur Koperasi BMI Grup Kamaruddin Batubara bersama Radius Usman (Wakil Presiden Direktur), Yayat Hidayatullah (Direktur Operasional Kopsyah BMI), Agus Suherman (Direktur SDM Kopsyah BMI ) dan Makhrus (Direktur Keuangan Kopsyah BMI). Dalam acara yang didukung penuh oleh Divisi Pendidikan dan Pelatihan Koperasi Jasa BMI, para pengurus juga memberikan materi secara langsung diklat hari ini.
Dalam sambutannya, Presiden Direktur Koperasi BMI Grup Kamaruddin Batubara berpesan agar staf lapang mampu memberikan yang terbaik dalam setiap tanggung jawabnya. ”Saya ingin karyawan BMI percaya diri dan bangga menjadi karyawan BMI. Karena kita sebagai pejuang syariah, banyak tantangannya. Dan setelah diklat ini, semua membuka hatinya sehingga ia tahu dan bisa bangga menjadi bagian dari Kopsyah BMI,” jelasnya dalam Diklat di Yasmin Hotel Karawaci, Binong, Kabupaten Tangerang.
Kepada para peserta, pria yang karib disapa Kambara juga menerangkan bawah Koperasi adalah organisasi ekonomi yang berwatak sosial. Karena dalam bekerja di Kopsyah BMI, semangatnya harus menolong orang.
”Niatkan dalam hati, bahwa bekerja di BMI adalah menolong orang. Khoirunnas anfauhum linnas, bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi yang lainnya. Sesuai dengan misi BMI yakni memberikan pelayanan prima untuk kemaslahatan anggota melalui Sodaqoh, Pinjaman, Pembiayaan, Simpanan dan investasi. Kemudian, memberikan kontribusi nyata dalam peningkatan kualitas hidup anggota dan masyarakat dalam lima bidang yakni ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial dan spiritual,” terangnya.
Kambara juga kembali mengingatkan bahwa koperasi adalah kumpulan orang bukan kumpulan modal. Anggotalah yang menjadi penentu. Jadi keberpihakan koperasi bukan pada seberapa besar kepemilikan modal yang dimiliki seseorang seperti yang kapitalis lakukan, melainkan kemampuan dan ide orang-oranglah yang menjadi penentu.
”Makanya kita harus mengajak orang untuk menyimpan di Kopsyah BMI, agar koperasinya mandiri dengan permodalannya. Diharapkan, anggota BMI banyak yang menyimpan di simpanan wajib, dengan begitu koperasinya mandiri dalam permodalan. Sehingga dengan kemandirian ini, koperasi bisa membantu banyak orang,” paparnya.
Kemudian, sambung Kambara, koperasi wajib memberikan manfaat (benefit) bukan pendapatan (profit). Mencari keuntungan boleh, tapi jangan berlebihan. Selain itu, staf lapang pun harus memahami nilai-nilai koperasi. Nilai koperasi adalah swadaya (Self-help). Tanggung Jawab diri. Demokrasi, Kebersamaan, Keadilan, Kesetiakawanan kemudian nilai-nilai etik (ejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial dan kepedulian terhadap orang lain).
”Setelah itu, kita memahami membangun Koperasi harus dibangun bersama secara gotong royong. Seperti kata Bung Hatta bahwa koperasi tidak menghendaki orang-orang luar biasa untuk mengemudikannya, dimana-mana koperasi diusahakan oleh orang biasa yang mau kerjasama di atas dasar beberapa sifat tertentu : jujur dan setia kawan,” jelas Kambara.
Menghangatkan suasana Kambara memberikan gift uang Rp75 ribu edisi terbatas kepada peserta yang berani menjawab pertanyaannya. “Ini hadiah bagi orang yang berani maju dan mau menjawab pertanyaan,” dalam acara tersebut, Kambara sudah merogoh 6 lembar uang Rp75 ribu.
Kambara kembali mengingatkan fungsi koperasi. Yakni pelayanan kemudahan akses pasar. Kemudahan akses pasar kepada usaha anggota dimulai dengan BMI Point. Saat ini Koperasi Konsumen Benteng Muamalah Indonesia (Kopmen BMI) memiliki 141 gerai mulai dari Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Lampung, Sumatera Barat hingga Mandailing Natal, Sumatera Utara.
”BMI Point menjadi alat perjuangan ekonomi BMI sebagai konsolidasi sumberdaya menghadapi pasar. Membangun efisiensi usaha, seperti misalnya usaha argikultur anggota tidak lagi berhenti di tengkulak melainkan langsung dipasarkan lewat BMI Point. BMI Point juga menjadi promosi ekonomi untuk mengangkat kesejahteraan anggota. Sehingga, madu Baduy di Lebak bisa dikenal di Payakumbuh, juga batik Cirebon bisa dikenal di Mandailing Natal,” tandasnya.
(Togar Harahap/Klikbmi)