Membangun Integritas Melalui Ibadah

Pojok Bara

“Sholat adalah tiang agama. Sama dengan botol air mineral yang saya pegang, botolnya jatuh karena tidak ada yang menopangnya. Sama dengan bekerja, pondasi bekerja yakni integritas. Dan integritas dibangun lewat ibadah” inilah pesan Kamaruddin Batubara, Presiden Direktur Koperasi BMI yang juga penggagas Model BMI Syariah

#Pojokbara, Klikbmi, Tangerang – .Kompleksitas masalah yang ada pada sumber daya insani dalam bekerja dapat didekati dengan membangun integritas dalam bekerja.  Integritas menjadi faktor kunci suksesnya seseorang dalam bekerja. Tanpa integritas, tingginya kualitas seseorang akan tidak berguna. Ia akan jatuh.

Tidak salah jika Kopsyah BMI menjunjung tinggi budaya kerja yang diilhami oleh sifat terpuji dari tauladan dan uswah khasanah Nabi dan Rasul Muhammad SAW. Shiddiq, amanah, tabligh dan fathonah menjadi inspirasi bagi semua jajaran Kopsyah BMI.

Shiddiq yang menjadi budaya kerja Kopsyah BMI bisa diturunkan menjadi 3 sikap utama yakni benar, jujur dan berintegritas.

Integritas dalam bahasa agama adalah istiqomah atau keterpaduan pribadi antara pikiran, jiwa dan tindakan. Pribadi yang mempunyai integritas adalah pribadi yang menyatu pada dirinya ide-ide dan gagasan dengan perilaku sehari-hari dalam kehidupan. Tidak saling terpisah dan berbeda. Tidak hanya sekedar berkata, tetapi juga melaksanakan.

Kita menggambarkan integritas, dengan QS. Ash-Shaff, 61: 2-3: “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” (QS. Ash-Shaff, 61: 2-3)

Integritas menyangkut kepribadian, yaitu menyatu antara keseluruhan yang ia percayai dengan kehidupan sehari-hari. Keadaan apapun tidak mempengaruhi prinsip dirinya. Ia tidak memiliki pribadi ganda.

Integritas erat kaitannya dengan akhlakul karimah. Akhlak berintegritas harus dibangun dari keluarga. Selain itu, masyarakat dan lembaga pendidikan pun harus berperan aktif. Hari ini masalah masyarakat sangat kompleks. Apalagi di kota kehidupan sudah sangat individualis. Melalui koperasi bisa kebersamaan yang menumbuhkan integritas.

Dalam agama, ibadah memberikan latihan setiap orang untuk membentuk karakter. “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat, 51: 56)

Islam mengajarkan, ibadah terbagi dalam dua hal. Ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah lebih spesifik dari ibadah ghairu mahdhah. Untuk menilai seorang muslim adalah dengan melihat ibadahnya. Beda seorang muslim dengan muslim adalah ibadahnya. Integritas akan muncul dari pengejewantahaan dari manifestasi ibadah kepada Allah.

Ibadah merupakan kata kunci untuk mengembangkan integritas. Orang yang rajin beribadah dengan sungguh-sungguh, maka integritasnya akan terjaga karena ia sadar akan pengawasan Allah. Tidak bisa orang yang malas beribadah memilki integritas yang kuat. Orang yang malas beribadah, biasanya integritasnya diragukan karena sarat dengan kepura-puraan.

Kopsyah BMI sadar betul bahwa integritas menjadi faktor kunci keberhasilan membangun koperasi menuju pengelolaan yang lebih baik dari waktu ke waktu. Membiasakan diri dalam ibadah menjadi salah satu cara membentuk sumber daya insani yang berintegritas. Ini artinya pribadi yang berkualitas dari sisi kemampuan dan kejujuran.

Kambara tidak salah menyebut bahwa sholat adalah tiang agama. Sholat akan membangun integritas seseorang. Shalat adalah tiang agama. Hal ini disebutkan dalam hadist Rasulullah yang diriwayatkan oleh Baihaqi “Shalat itu adalah tiang agama (Islam), maka barangsiapa mendirikannya maka sungguh ia telah mendirikan agama; dan barangsiapa meninggalkannya, maka sungguh ia telah merubuhkan agama

Shalat menjadi benteng yang menjaga diri kita dari perbuatan keji dan maksiyat. Hal ini disebutkan dalam Al-Ankabut: 45, “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Shalat sebagai pengingat kita kepada Allah swt, seperti yang dituliskan dalam Surat Ta Ha ayat 14, “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.

Bahkan Rasulullah dalam sebuah hadistnya menegaskan bahwa shalat menjadi pembeda atau pembatas yang tegas antara seorang muslim dengan orang kafir. “Perjanjian antara kami dengan mereka (orang kafir) adalah mengenai shalat, barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.” (HR. Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah).  Senada dengan hadis tersebut, Umar bin Khattab juga menyatakan, “Tidak ada islam bagi seseorang yang tidak menegakkan shalat”.

Sholat yang baik akan menjadi pembuka bagi pintu ibadah lain. Dan ini akan membangun integritas sumber daya insani. (Sularto/Klikbmi)

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *