Jakarta, klikbmi.com – Presentasi koperasi untuk kesejahteraan rakyat oleh Presiden Direktur Koperasi BMI Grup Kamaruddin Batubara memukau para peserta simposium Penguatan Koperasi di KAHMI Center, Jakarta, Rabu 6 September 2022. Di akhir acara, para peserta yang merupakan alumni HMI sepakat untuk menjadikan pria yang karib disapa Kambara itu sebagai mentor Koperasi Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI).
Semua berawal saat pria yang akrab disapa Kambara menyampaikan seluruh capaian program zakat, infak, sedekah dan wakaf (ZISWAF) Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia (Kopsyah BMI).
Kambara menjelaskan, Kopsyah BMI tidak hanya berkutat dengan pola simpan pinjam dan pembiayaan saja, berbagai pola pemberdayaan dan kegiatan sosial kerap dilakukan oleh Kopsyah BMI secara konsisten dan berkesinambungan.
“Kita telah membangun Hibah Rumah Siap Huni (HRSH) sampai 426 unit. Satu rumah nilainya dari Rp31 juta sampai Rp60 juta baik kepada anggota maupun non anggota. Kita punya Gerakan Seribu sajadah dan Al Quran, sanitasi dhuafa, Sanitasi Masjid, Mushola dan Pesantren (Sanimesra), sanitasi makam. Ini semua berawal dari infak Rp1.000,” terangnya.
“Kopsyah BMI punya 10 ambulans, sopir, bensin dan tolnya gratis. BMI juga punya beasiswa pendidikan sampai perguruan tinggi, beasiswa paket C dan masih banyak lagi. Karena koperasi adalah memberikan manfaat bagi anggota, baru kemudian kita bicara keuntungan,” ujar Kambara.
Kambara menjelaskan BMI mengelola wakaf dengan menjadi nadzir wakaf melalui uang yang terdaftar di Badan Wakaf Indonesia (BWI). Sebagai nadzir, Kopsyah BMI bahkan memperoleh penghargaan sebagai nadzir terbaik pada November 2019 yang dinilai oleh Kemenkop dan UKM RI. Dan kini jumlahnya mencapai Rp31 miliar.
BMI kini memiliki 20 hektar lahan wakaf di Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tangerang. Di atas lahan, BMI akan membangun rumah sakit, sekolah hingga perguruan tinggi dan masjid.
Di sela pemaparannya tentang wakaf, Kambara mengatakan seluruh anggota KAHMI bisa mewujudkan hal ini.”Bapak ibu semua, wakaf BMI berangkat Rp2.000 yang dikumpulkan setiap minggunya dari anggota, sampai jumlahnya Rp1 juta. Sama dengan KAHMI, dengan jumlah alumni HMI yang mencapai 11 juta, satu orang saja memberikan Rp 1 juta, maka ada Rp11 triliun wakaf melalui uang dari KAHMI. Masa KAHMI nggak bisa? Kalau sudah begitu, berapa banyak sekolah, masjid, rumah sakit sampai jalan tol yang bisa dibangun oleh wakaf KAHMI?” ajak Kambara yang disepakati oleh semua peserta simposium.
Diakhir acara, salah satu peserta simposium mengatakan, bahwa di KAHMI ada beberapa alumni yang mengelola koperasi. Namun beberapa kendala dihadapi. Seperti pengurusan, klaim sebagai koperasi murni dari KAHMI sampai urusan SDM.
Salah satu narasumber yang juga alumni HMI Prof Euis Amalia menyarankan agar para alumni membuat satu koperasi yang dinaungi langsung Majelis Nasional KAHMI. Guru Besar Ekonomi Islam UIN Jakarta menyarankan Kambara menjadi mentornya.
“Sekarang kan banyak yang mengaku ini koperasi alumni HMI yang satunya lagi mengaku koperasi dari KAHMI juga. Daripada gontok-gontokkan lebih baik dimerger jadi satu saja. Koperasi ini dibawah Majelis Nasional KAHMI. Dan koperasinya harus syariah. Dan Bang Kambara yang jadi mentor sekaligus konsultannya, gimana Bang Kambara, siap kan? Alhamdulillah siap” ujar Prof Euis yang dibalas permintaan peserta yang lain agar Kambara menjadi mentor koperasi Alumni HMI.
“Ngapain jauh-jauh cari koperasi lain, cukup dari Bang Kambara dan BMI yang sudah sukses menjadi koperasi syariah. Kita belajar SOP, peraturan-peraturan, sistem dan IT nya langsung dari BMI. Untuk akta saya dan Bang Subhan serta kanda yunda yang lain bisa mengurusnya.,” tambah Prof Euis.
Langkah kongkritnya, sambung Euis, untu KAHMI segera membentuk tim kecil untuk pembentukan koperasi KAHMI dengan pendampingan dari Koperasi BMI. (Togar/humas)