Benang Merah antara “Panglima Domba” dan KamaBara

BMI Corner

klikbmi.com, Tangerang – Adalah Sang Menteri Koperasi dan UKM RI, Teten Masduki yang dijuluki Panglima Domba oleh berbagai kalangan. Berawal dari kecintaannya terhadap ternak domba, hingga Teten Masduki mengembangbiakkan ternak domba Garut dengan menjalin kemitraan dengan para peternak lokal di Garut Jawa Barat, hingga dirinya digelari Panglima Domba atau lebih kerennya ditambah embel embel Panglima Domba Garut Legiun Jawa Barat. Teten yang berasal dari Garut Jawa Barat itu mengaku bahwa dirinya sangat mencintai suasana desa dan lingkungannya. Hingga tak heran di sela kesibukannya, Teten masih sempet menyalurkan hobinya beternak domba.

Dan tiga tahun terakhir ini, Teten juga memiliki kepedulian terhadap produksi kopi lokal di Garut. Sejak dulu Teten dan keluarganya memiliki perkebunan kopi dan teh sendiri di Garut. ” Kami terbiasa minum kopi dengan meracik sendiri dari perkebunan kopi milik keluarga” Ujar Teten pada suatu momen. Dengan berembug dengan kolega nya sesama pengusaha perkebunan kopi di Garut, akhirnya Teten berinisiatif untuk membuka cafe atau kedai kopi sendiri. ” Ya rencananya dibuka di setiap kota Kabupaten, kota kedua lah, ” ujar Teten sebagaimana dilansir dari YouTube detik.com. Teten berharap pada suatu saat nanti produksi kopi dari Garut bisa menembus pasar global.

Disinggung mengenai pengembangan koperasi dan UMKM, Teten mengatakan bahwa konsep pengembangan koperasi dan UMKM harus sejalan dengan visi Presiden Jokowi mengenai transformasi ekonomi. ” Perlu adanya kenaikan kelas UMKM kita. Kita perlu melakukan banyak hal terutama memperluas akses pasar, teknologi dan Sumber Daya Manusianya ditingkatkan, ” Ujar Teten. Kenapa UMKM tidak berkembang pesat, Teten berpendapat bahwa penyebabnya adalah karena UMKM tidak masuk ke dalam sistem supply chain. ” Banyak produk UMKM yang bagus , tapi tidak bisa memenuhi permintaan pasar, karena tidak memiliki sumber bahan baku yang cukup, ” Ujar Teten.

Menurut Teten langkah pertama yang harus dilakukan untuk pengembangan koperasi dan UMKM, adalah dengan mendesign dulu market driver nya. ” kita harus membuka dulu market driver dengan pendekatan cluster komoditas dan sentra produksi . Terutama sektor riil dan komoditi unggulan yang bahan bakunya tersedia di dalam negeri, tidak impor, permintaan pasarnya ada baik di dalam maupun luar negeri, hingga nantinya bisa menghasilkan devisa” Kata Teten menjelaskan. Teten menilai bahwa produk home decoration (kerajinan dan furnitur), produk agro dan buah segar, produk komoditas laut dan muslim fashion adalah produk yang bisa bersaing di pasar global. ” Di pasar lokal pun kita diserbu produk asing lewat e -commerce. Mau tidak mau kita harus punya daya saing. Demand nya kita naikkan dulu lewat digitalisasi. Jadi tahun pertama ini kita akan fokus di perluasan akses pasar dan pembiayaan ” Ujar Teten Masduki.

Perbaiki Citra Koperasi

Sementara itu mengenai brand koperasi terkini, Teten Masduki menilai bahwa koperasi di Indonesia secara umum tidak terlalu baik bahkan kesannya hanya pemain pinggiran dalam sistem perekonomian kita.” Jargonnya memang sebagai sokoguru bangsa. Faktanya tidak seperti itu. Ada yang salah dalam pengelolaan koperasi selama ini. Dulu koperasi di drive oleh Pemerintah seperti KUD dan lainnya, kita tidak bisa teruskan itu, ” Ujar Teten. Lebih lanjut Teten menilai bahwa diperlukan regulasi yang memudahkan koperasi tumbuh dan berkembang dengan pesat.” Di luar negeri koperasi tumbuh dengan pesat contoh koperasi susu Fonterra di Selandia Baru yang begitu besar, koperasi gandum di Australia, bahkan di Eropa, Perbankan ada di bawah kendali koperasi. Mereka ini semuanya koperasi produksi. Di kita yang berkembang pesat hampir sebagian besar adalah koperasi simpan pinjam. Untuk hal ini , saya berulang kali bilang sama kawan kawan di koperasi , harus meningkatkan sistem penguasaan digitalisasi, jika tidak maka akan tergerus oleh Fintech yang lebih cepat pelayanannya, ” ujar Teten.

Teten berpendapat bahwa saat ini kita harus membangun image koperasi yang entitasnya jelas dan menguntungkan anggotanya. ” Di koperasi ada komitmen, ada solidaritas dan saling mengkonsumsi produk masing masing diantara kita. Ini satu kekuatan ekonomi yang kuat dan hebat. Harus dibudayakan” Ujar Teten.

Teten berpendapat bahwa memperbaiki image koperasi yang terlanjur dicap kurang baik ini tidak mudah.” Harus kerja keras dan harus ada role model yang baik” Ujar Teten. Teten menilai Koperasi Benteng Mikro Indonesia (Koperasi BMI) di Tangerang merupakan salah satu role model yang bagus untuk dicontoh oleh koperasi lainnya . ” Koperasi BMI ini merupakan koperasi yang bagus, pertumbuhan aset nya empat kali lipat dari pertumbuhan ekonomi nasional. Tidak banyak koperasi bagus di Indonesia, salah satunya ya Koperasi BMI. Saya mengapresiasi tinggi sekali kepada koperasi BMI ini, dan ini bisa dijadikan role model untuk pengembangan koperasi lainnya di Indonesia, ” Ujar Teten Masduki tentang koperasi BMI saat hadir dalam RAT koperasi BMI di Gading Serpong Tangerang, Januari 2020 lalu.

Dalam sambutannya waktu itu Teten mengatakan bahwa dengan kondisi kesehatan yang bagus saat ini sebenarnya Koperasi BMI sudah bisa listing di bursa efek dan melantai di sana.” Dengan melantai di bursa efek, artinya koperasi ini sudah dipercaya oleh pasar modal dan sejajar dengan korporasi besar lainnya” ujar Teten. Teten juga mengatakan bahwa Koperasi BMI memiliki solidaritas yang sangat kuat.” Membangun solidaritas itu penting dan Koperasi BMI membuktikan itu. Dengan gotong royong 100.000 per orang saja bisa membangun Koperasi Konsumen, karena sejatinya koperasi merupakan kumpulan orang per orang bukan kumpulan modal” kata Teten .

Baca : https://klikbmi.com/rat-tahun-buku-2019-koperasi-bmi-tunjukkan-kinerja-cemerlang/

Di tempat terpisah Presiden Direktur Koperasi BMI, Kamaruddin Batubara atau KamaBara mengatakan bahwa koperasi BMI lebih dari sekedar simpan pinjam dan pembiayaan syariah saja. ” Dari awal kami ini lebih dari sekedar simpan pinjam dan pembiayaan syariah. Kami ini adalah koperasi untuk pemberdayaan. Kami menerapkan lima instrumen pemberdayaan melalui sedekah, pinjaman, pembiayaan, simpanan dan investasi melalui semangat menabung dan menyalurkan zakat, infaq, sedekah dan wakaf (ZISWAF) untuk meningkatkan taraf ekonomi anggota, meningkatkan taraf pendidikan anggota dan keluarganya, menjaga kualitas kesehatan anggota dan keluarganya, menumbuhkan jiwa sosial anggota dan meningkatkan praktek spiritualnya.” ujar KamaBara.

Lebih lanjut KamaBara mengatakan bahwa sepanjang tahun 2019 saja, Koperasi BMI menggelontorkan dana 8 miliar rupiah untuk kegiatan sosialnya. ” Kami membangun hibah rumah siap huni (HRSH) hingga saat ini telah mencapai 250 unit rumah, hibah sanitasi mesjid, pesantren dan mushola (SANISMESRA), Program sanitasi dhuafa, santunan yatim dan dhuafa, beasiswa pendidikan, gerakan seribu sajadah dan Al Qur’an (Geser Dahan) dan masih banyak lainnya. Di bidang pemberdayaan kami telah meluluskan 2300 siswa Program Paket C anak anak anggota, pemberdayaan petani sayuran di Kronjo dengan sistem musyarakah, pemberdayaan peternak kambing, pelatihan keterampilan menjahit,komputer dan barista kopi, dan lain sebagainya ,” Papar KamaBara .

KamaBara juga sependapat dengan “Panglima Domba” bahwa dalam mengembangkan usaha, koperasi harus menentukan dahulu market drive nya.”ya jelas harus kita tentukan dahulu itu. Seperti kami, tahun ini Insha Allah akan mulai membangun pabrik bioethanol. Kami sudah mendalami akses pasarnya yakni di bidang farmasi dan food grade. Demikian juga dengan pabrik pupuk hayati dengan memanfaatkan limbah produksi bioethanol kita bisa mensupport pemberdayaaan anggota dalam bidang pertanian dan peternakan , ” Ujar Kamaruddin.

Kamaruddin juga mengatakan bahwa dalam pengembangan usahanya koperasi harus mengangkat kearifan lokal.” Ini dasarnya kami membuat cafe Kopi Rindoe Benteng di Kopmen BMI di Gerai Tangerang Gemilang, Cikupa. Ada nilai historikal di sana. Ide nya adalah kami ingin mengembalikan lagi kejayaan bahwa dulu di Tangerang ini terdapat kebun kopi yang terkenal. Nah kita fasilitasi hingga mengadakan penelitian dengan kerjasama dengan Paguyuban Balaraja untuk mengangkat kembali sejarah produk kopi asli Tangerang sehingga nantinya kita suatu saat akan kembali punya perkebunan kopi sendiri dengan tenaga kerja asli dari warga Tangerang untuk meningkatkan kesejahteraan warga Tangerang. Kita refleksikan ini dengan dibukanya Cafe Kopi Rindoe Benteng . Dalam setiap gelas kopi di sini, kita sisihkan wakaf 1000 rupiah untuk ikhtiar mewujudkan perkebunan kopi asli Tangerang kembali suatu saat nanti” Ungkap Kamaruddin.

Mengenai penerapan teknologi melalui digitalisasi, Kamaruddin menegaskan bahwa Koperasi BMI selalu update dan memperbarui teknologi pelayanan kepada anggota. ” Kami tentu menerapkan instrumen instrumen layanan digital yang mendukung terhadap peningkatan kualitas kinerja kami. Tapi perlu digarisbawahi bahwa kami tidak akan pernah masuk ke dalam bisnis digitalisasi pembiayaan. Kami akan tetap memegang teguh roh koperasi, harus silaturrahmi, karena itu pembuka pintu rejeki,” Ungkap KamaBara (AH/Klikbmi)

Baca : https://klikbmi.com/catatan-kamaruddin-batubara-10/

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *