Dari Kue Cucur, Acang Bawa Istrinya Berangkat Umroh

Edu Syariah
Berkah Usaha Anggota Kopsyah BMI Asal Pakuhaji Yang Mengaryakan 60 Pedagang Keliling Berjualan Kue Cucur Miliknya

Nasehat Dhuha Rabu, 31 Agustus 2022 | 3 Shafar 1444 H | Oleh : Togar Harahap

Tangerang, Klikbmi.com – Bagi Acang, panggilan dari Atas untuk pergi ke tanah suci sudah muncul sejak ia bekerja sebagai pengojek sepeda, 30 tahun silam. Lama beradu peluh di jalanan, pekerjaan itu ia tinggalkan. Acang bersama istrinya Samah banting stir menjadi pengusaha Kue Cucur. Tepat di Hari Kemerdekaan RI ke 77, Acang dan Samah menunaikan umroh, bersama 75 jamaah dari Divisi Tour and Travel Kopjas BMI, Rabu 17 Agustus 2022 lalu.

”Semua doa saya kepada Allah SWT, saya tumpahkan di depan Kakbah pak. Alhamdulillah saya dan istri berangkat umroh,” terang Acang kepada Redaksi Klik BMI.

Ketekunan warga Kampung Jambatan Papan, Desa Kiara Payung, Kecamatan Pakuhaji, Tangerang patut diteladani. Karena dengan usaha tersebut, Samah yang juga anggota BMI Rembug Pusat Suwarnabhumi bisa membangun rumah bagi anaknya dan berangkat ke Tanah Suci. Semua berawal dari pembiayaan modal dari BMI Rp 400 ribu , 16 tahun silam.

Acang bersama Istri berfoto di depan Kakbah, 20 Agustus 2022 lalu. Pasutri ini berangkat bersama 75 jamaah haji Tour and Travel Kopjas BMI yang berangkat tepat pada 17 Agustus 2022.

Samah banyak termenung saat mengenang bagaimana perjuangan bersama suaminya, Acang hingga sekarang. Acang hanyalah seorang ojek sepeda di Desa Kiarapayung, saat mempersuntingnya 36 tahun silam. Hingga dikaruniai tiga anak pun, kehidupan mereka tak banyak berubah.

Beban semakin berat saat putri keempat mereka lahir awal 1992. Ojek sepedanya pun ia tinggalkan. Acang banting stir menjadi pedagang kue tradisional khas Betawi. Setiap subuh, ia telah menjajakan kue hasil buatan kerabatnya mulai dari Pakuhaji hingga Sepatan. Hari ke hari, Acang dan Samah pun sudah terampil membuat penganan Betawi.

“Anak ke empat masih orok (bayi), kami sudah jualan kue. Tapi ya cuma begitu-begitu saja (hasil tidak memadai), karena kan modalnya nggak cukup,” terang Samah mengawali pembicaraan kepada Klik BMI,

Hingga tahun 2004, Samah akhirnya dipertemukan dengan Kopsyah BMI yang saat itu membuka rembug pusat di desanya. Dari BMI, Samah mendapatkan pembiayaan modal berdagang kue cucurnya sebesar Rp 400 ribu. Pembiayaan tersebut ia gunakan untuk membeli bahan kue.

 “Dari modal pembiayaan Rp 400 ribu dari BMI, kami bisa seperti ini,” ujarnya.

Acang dan kue cucur, usaha penganan yang dirintis bersama istrinya, Samah.

Selain Cucur, Samah dan Acang juga membuat 30 varian kue sesuai pesanan. Ia pun dibantu oleh lima orang anaknya. Hari ke hari, satu persatu harus memisahkan diri karena menikah. Dua putrinya sudah tinggal bersama suaminya.

Samah dan Acang tinggal bersama dua anaknya, putri ketiganya Siti Laila (32) bersama suami dan sang bungsu, Ahmad Syafruddin (23). Mereka berbagi tugas, putra pertama dan si bungsu bertugas membeli bahan kue dan mengantar ke pengecer. Sementara, Laila berada di dapur.

Selama 29 tahun usaha kuenya berjalan, pembiayaan BMI terakhir yang mereka akses mencapai Rp 20 juta. Lantas apa yang membuat Samah dan Acang tetap semangat membangun usahanya hingga bisa berangkat umroh berdua.

”Saya ajak saudara dan tetangga saya untuk usaha pak. Alhamdulillah, dari kue cucur, kami bisa ngasih rezeki bagi saudara dan tetangga sekitar,” kata Samah.

Ya, Pasutri ini telah mengkaryakan 60 penjual keliling. Kesemuanya adalah ibu-ibu. Banyak di antaranya adalah anggota BMI. Kendati pandemi, mereka bisa menjual 3.000 kue setiap harinya dengan keuntungan bersih Rp 1,5 juta per hari.

 “Itu belum kalau ada hajatan. Pesanan bisa 3 kali lipatnya. Kami saja nggak tidur-tidur pak,” ujar Samah.

Kepada Klik BMI, Samah mengaku pembiayaan dari BMI membuat mereka makin mandiri. Selain bisa membantu orang banyak, BMI juga telah membangkitkan mereka hidup lebih baik. Keuntungan hasil usahanya digunakan pasutri membangun dua rumah sekaligus. Rumah untuknya dan putra pertamanya.

Sebelum pandemi, Acang dan Samah mengakses simpanan umrah BMI. Jika pandemi tak terjadi, mungkin Samah dan Acang sudah menjadi Tamu Allah di Tanah Suci awal 2021.

 “Saya cuma menabung dan dapat pembiayaan dari BMI. Nggak pernah di tempat lain. Alhamdulillah, di BMI, semua kebutuhan saya dari modal usaha sampai umrah bisa terpenuhi. Saya mengucapkan terima kasih kepada BMI yang sudah bantu kami dari 2004 sampai sekarang,” ujar Samah.

Terpisah, Presiden Direktur Koperasi BMI, Kamaruddin Batubara mengatakan bahwa model BMI syariah ini memang tangguh menghadapi pandemi. Model BMI Syariah yang di dalamnya ada model pertemuan rembug pusat salah satunya, diciptakan sesuai dengan karakteristik bangsa kita yang senang bergotong royong dan ta’awun, saling tolong – menolong satu sama lain. Dalam hal ini tentu tolong menolong dalam kebaikan, seperti tercantum dalam QS Al Maidah ayat 2.

 “Tentu BMI bangga memiliki anggota semilitan Ibu Samah dan Pak Acang. Yang tetap semangat membangun ekonomi yang lebih baik. Turut membantu anggota lewat usahanya. Itulah koperasi, membangun jiwa gotong royong demi kebaikan dan kesejahteraan bersama,” paparnya.

 “Lewat BMI, ayo kita tunjukkan bahwa koperasi ada untuk anggota. Kita ciptakan produk produk BMI baik simpanan, pembiayaan dan pemberdayaan yang memang untuk mereka. Sudah pasti jika kita lakukan itu dan kita berdoa agar Allah SWT membuka jalan untuk berjuang bersama sama,” tandasnya.

Ayo anggota BMI, salurkan terus Zakat,Infaq,Sedekah dan Wakaf melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BSI eks BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela : 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI : 0000000888.

(Togar Harahap/Klik BMI)

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *