Kisah Anggota Kopsyah BMI Cabang Mauk Yang Ekonominya Terangkat Berkat Pembiayaan dan Pelatihan Dari BMI.
Nasehat Dhuha, Rabu 7 September 2022 | 10 Shafar 1444 H | Oleh : Ustadz Sarwo Edy, ME
Tangerang, Klikbmi.com – Dari kejauhan terlihat rumah yang dikelilingi oleh pohon-pohon mungil yang mulai berbuah. Rumah itu dikelilingi hamparan sawah yang sudah menghijau. Angin sepoi-sepoi dari sawah itu seakan menemani seorang wanita yang tengah bersantai di gazebo rumah itu.
Wanita itu bernama Iip Wahyuni, anggota Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia (Kopsyah BMI) Cabang Mauk. Rumahnya yang berada di pinggir hamparan sawah itu berada di Kampung Buaran Karolina, Desa Tegal Kunir Kidul, Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang.
Iip telah menjadi anggota BMI sejak Tahun 2008. Ia merasa pembiayaan dari BMI telah mengubah kehidupan keluarganya. “Saya sudah 14 tahun jadi anggota Kopsyah BMI. Saya mengakses pembiayaan di BMI untuk menambah modal dari usaha yang saya geluti, yaitu jualan beras, perabotan rumah tangga dan juga pakaian,” terang wanita berusia 40 tahun itu.
Ia tidak berharap banyak dari usaha-usaha yang ia geluti tersebut, masalahnya adalah modal. Namun, semenjak mendapatkan pembiayaan dari BMI, usahanya terus meningkat. Pada tahun pertama, ia mendapat pembiayaan senilai Rp1 juta untuk jangka waktu setengah tahun.
“Awal-awal usaha, saya jualannya jalan kaki. Pada saat itu jualannya hanya di 2 RT. Karena modal bertambah, tahun 2010 saya jualannya dengan mengendarai sepeda dan nambah wilayahnya jadi 3 RT sampai ke kampung tetangga. Dan sekarang sudah meluas sampai ke Jati, Sukadiri,” terangnya menceritakan proses peningkatan usahanya.
Selain mendapatkan permodalan, Iip pun bersyukur karena pada tahun 2020 ia mendapat tawaran menggiurkan dari BMI. Ia bersama suaminya ditawarkan menajdai produsen beras BMI. Bersama itu, Ia juga mendapat pelatihan dan mendapat pinjaman alat penggiling padi selama 3 bulan.
“Dulu saya beli padi dari petani, terus saya olah (jemur dan sebagainya). Setelah itu saya giling padinya di pabrik. Saya bersyukur karena pada tahun 2020 mendapat penawaran dari BMI untuk menjadi produsen beras BMI sekaligus mendapat pelatihan dan pinjaman alat penggiling padi selama 3 bulan,” jelasnya.
Ia melanjutkan, dengan adanya pelatihan dan pinjaman alat penggilingan dari BMI, sekarang ia bisa mengurangi cost karena ia bisa menggiling sendiri. “Oleh karena saya mendapat pelatihan dan dapat pinjaman alat penggiling padi, sekarang saya bisa menggiling padi sendiri dan bisa mengurangi cost untuk itu. Selain itu, saya pun bisa mendapat keuntungan tambahan dengan menjual dedek (makanan ayam),” tambahnya menceritakan keuntungan pelatihan dari BMI.
Mereka pun semakin bersyukur karena selain mendapatkan permodalan dan pelatihan dari BMI, mereka juga mendapat kenalan yang lebih banyak, yaitu anggota BMI lainnya. “Kami juga bersyukur gara-gara jadi anggota BMI kami jadi kenal dengan anggota BMI lainnya. Kami merasakan betul manfaat silaturrahim. Konsumen kami jadi semakin banyak. Kami pun sekarang sudah semakin banyak link kerjasama untuk jadi dropshipper” tambahnya.
Karena kesuksesan menjadi produsen beras membuat lembaga-lembaga keuangan melirik untuk menawarkan permodalan kepada mereka. Akan tetapi, mereka enggan menerima tawaran tersebut karena mereka merasa bahwa kesuksesan hingga saat ini adalah berawal dari BMI.
“Sebenarnya banyak yang nawarin modal ke kami karena mereka melihat kami sudah punya pabrik beras. Tapi kami merasa kesuksesan hingga saat ini adalah bersumber dari BMI. Kami sudah melihat hasil permodalan dari BMI. Sedangkan kami tentu ragu untuk yang lainnya” terangnya.
Mereka ingat betul sewaktu dulu sebelum mengakses pembiayaan dari BMI. Mereka hanyalah sepasang suami istri yang selama 3 bulan mengontrak karena rumah kayunya belum ada genteng. Qadarullah, setelah menjadi anggota BMI, semua berubah 180 derajat.
“Kami ingat betul bahwa tahun 2010 sebelum pindah ke rumah ini, kami mengontrak selama 3 bulan karena rumah kayu kami belum ada gentengnya. Tapi sekarang, kami sudah punya rumah yang kokoh, pabrik beras, sepeda, motor, alat penggilingan padi serta yang lainnya. Itu semua hasil permodalan dari BMI,” katanya mengingat hasil yang mereka dapatkan.
Ia pun menceritakan bahwa salah satu kunci kesuksesannya adalah memanfaatkan pembiayaan dari BMI sesuai dengan kebutuhan dan dipakai untuk modal usaha. “Salah satu kunci kesuksesan kami ya memanfaatkan pembiayaan sesuai kebutuhan dan dipakai untuk modal. Tidak untuk dibuat foya-foya. Dan bukan untuk gali lubang tutup lubang” terangnya menceritakan kisi-kisi kesuksesannya.
Di balik kesuksesannya, Iip bersama suaminya, Saepul tidak hanya memikirkan keuntungan semata. Selain membeli padi-padi hasil panen dari petani penggarap sawah di samping rumahnya, mereka juga memberi modal kepada para petani agar tidak meminjam ke ijon dan tidak terjerat tengkulak dan rentenir ketika menjualnya.
“Kami juga kasih modal kepada para petani. Karena banyak juga petani kalau mulai mau nyawah nggak punya modal. Mereka mengembalikan modalnya ke kita itu ketika panen. Mereka mengembalikannya dalam bentuk gabah dengan harga jualnya sesuai harga pasar. Dengan harapan agar mereka tidak terjerat rentenir,” tegasnya langkah mereka membantu para petani.
”Selain itu, kami juga berharap dengan kami beri pinjaman modal kepada para petani, mereka tidak meminjam ke ijon.” lanjutnya.
Bukan tanpa alasan mereka mengambil langkah tersebut. Mereka melihat sendiri bagaimana perjuangan para petani. Karena orang tua mereka adalah petani. Makanya mereka ingin sedikit membantu agar petani tetap untung dari hasil keringatnya itu.
“Sebenarnya kami bisa saja tidak modalin para petani. Tetapi daripada mereka minjamnya ke ijon lebih baik pinjamnya ke kita. Mengembalikan modalnya sesuai nominal seperti yang mereka pinjam dan harganya sesuai harga pasar. Orang tua kita kan petani. Jadi tau betul gimana capeknya petani. Makanya kami sekalian membantu mereka lewat permodalan agar keuntungannya tidak habis untuk bayar ke ijon,” tandasnya.
Cerita kesuksesan Bu Iip dan suaminya dalam mengelola permodalan hingga membuat peningkatan ekonomi mereka juga termaktub di dalam Al-Qur’an. Dalam firman-Nya, Allah juga menganjurkan kita untuk mengatur keuangan dengan baik. Apakah itu dalam bentuk permodalan yang didapatkan untuk usaha ataupun rezeki yang Allah berikan. Allah berfirman dalam Surat Al-Isra’ ayat 26 dan 27 yang berbunyi :
“ Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) dengan boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan. Dan Syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Rabb-nya.”
Wallahu a’lam bish-showaab.
Ayo anggota BMI, salurkan terus Zakat,Infaq,Sedekah dan Wakaf melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BSI eks BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela : 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI : 0000000888.
(Togar Harahap/Klik BMI)
Alhamdulillah berkah ya bu iip