#Nasehat Dhuha# Senin, 22 Februari 2021 | 49 Hari Menuju Ramadhan 1442 H | Oleh : Ust Sularto
Klikbmi, Tangerang – Kenikmatan dunia memang membuat banyak orang terlena, seakan-akan kehidupan ini hanya untuk dunia saja. Kita yang bekerja di Koperasi BMI harus betul-betul membagi bahwa kita harus berorientasi membawa kehidupan dunia sebagai alat menuju kesenangan abadi di akherat. Dalam Al-Qur’an Allah menyebutkan sifat manusia yang cenderung memiliki rasa cinta terhadap kenikmatan dunia.
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Q.S.Ali Imran: 14).
Memiliki kecintaan terhadap hal tersebut tentu tidak dilarang karena itu merupakan fitrah manusia. Sebagai orang mukmin kita hanya dituntut untuk bersikap waspada dan mengelola dengan sebaik-baiknya, serta efisien dalam mempergunakan nikmat yang diberikan. Segala kenikmatan yang Allah anugerahkan harus disyukuri dan dipergunakan sebagai sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Rasulullah menyebutkan bahwa manusia sering kali tidak mensyukuri nikmat yang diberikan Allah kepadanya.
Dari Ibnu Abbas ra, Rasulullah saw bersabda: “Ada dua nikmat di mana manusia banyak tertipu karenanya, yaitu nikmat kesehatan dan kesempatan.”(H.R.al-Bukhari).
Ketika sehat, manusia lupa betapa pentingnya nikmat kesehatan itu. Saat terbaring lemah, barulah sadar betapa berharganya nikmat sehat itu. Begitu juga ketika memiliki waktu luang manusia tidak merasakan nikmatnya waktu tersebut. Hari-harinya kadang hanya dihabiskan untuk berfoya-foya. Saat semua itu telah hilang dari dirinya, barulah manusia menyadarai betapa berharganya kenikmatan yang diberikan. Ketika sudah seperti itu, yang ada hanyalah penyesalan dan harapan agar kesempatan itu bisa terulang kembali. Tentu saja hal itu mustahil bisa terjadi, yang sudah berlalu tidak mungkin kembali. Kesehatan dan kesempatan yang Allah berikan seharusnya dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam upaya melakukan ketaatan.
Waktu begitu cepat berlalu. Oleh sebab itu, seyogyanya hari-hari yang kita lalui selalu terisi dengan aktivitas-aktivitas yang bermanfaat. Belum tentu kesempatan yang sama bisa kita dapatkan di lain waktu. Lagi pula kita tidak tahu kapan ajal datang menjemput. Maka dari itu, disiplin dalam bekerja dengan tidak menunda-nunda pekerjaan yang mungkin dilakukan saat ini, merupakan metode yang tepat dalam penggunaan waktu.
Ungkapan Rasulullah “dimana manusia banyak tertipu karenanya” dalam hadits di atas mengisyaratkan bahwa hanya sedikit manusia yang mampu mempergunakan kedua nikmat itu secara optimal. Maka yang sedikit inilah termasuk orang yang beruntung. Orang yang tidak bisa memanfaatkan dengan baik kedua nikmat itu tergolong orang yang rugi. Dia tertipu dan terlena dengan glamornya kenikmatan dunia yang semu, tanpa menyadari bahwa kehidupan di dunia hanyalah sementara. Hal ini senada dengan firman Allah:
“…Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih.”(Q.S. Saba’:13)
Dalam kitab Fathul Bari, al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah berkata: ”kenikmatan adalah keadaan yang baik. Ada yang mengatakan, kenikmatan adalah manfaat yang dilakukan dengan bentuk melakukan kebaikan untuk orang lain.”
Manusia yang terlena dengan kenikmatan dunia, akan selalu mengejar dunia dengan berbagai cara. Orientasi hidupnya hanyalah untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Hawa nafsu diperturutkan tanpa menyadari bahwa segala kenikmatan itu hanyalah titipan sementara waktu, yang harus dipelihara sebaik mungkin. Semakin dia mengejar dunia, semakin menjauhkannya dari cahaya ilahi. Ibarat minum air laut, semakin banyak diminum, akan semakin membaut dahaga. Kesibukannya mengurus harta melalaikannya dari mengingat Allah dan mensyukuri segala nikmat yang diberikan kepadanya.
Sebaliknya hamba Allah yang saleh, akan memanfaatkan segala kenikmatan dunia sebagai alat untuk memudahkannya menuju alam akhirat. Kemewahan dunia yang dimiliki tidak menyebabkannya terlena dan terpedaya dengan bujuk rayu setan. Seluruh waktunya didedikasikan untuk beramal sebanyak-banyaknya. Semakin bertambah kenikmatan yang diberikan, semakin besar pula rasa syukurnya kepada Allah. Tiada hari yang dilalui tanpa bermunajat dan bersyukur kepada Allah atas segala limpahan karunia yang diberikan kepadanya.
Kami keluarga besar Kopsyah BMI mengajak untuk selalu ber-ZISWAF. Mari salurkan Rekening ZISWAF kita ke rekening ZISWAF KOPSYAH BMI : no rekening 7 2003 2017 1 (BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia (Sularto/Klikbmi).