Kambara : Tuah Sambal Sepekan Dari Umak, Membuat Anak Petani Menjadi Pemenang Kehidupan

BMI Corner

Klikbmi.com, Tangerang –  Nasib kadang sulit ditebak. Itulah gambaran dari kisah nyata kehidupan dari seorang manusia. Sudah sering kita lihat, banyak orang sukses yang lahir dari kepedihan hidup bahkan penderitaan. Kadang, kisah nyata kehidupan orang-orang yang dinilai sukses dan berhasil, mampu membangkitkan energi positif dan membuat motivasi menjadi berlebih dalam manapaki terjalnya jalan kehidupan.

Kisah nyata Kamaruddin Batubara, atau biasa disapa Kambara merupakan sekelumit retorika dan lika-liku kehidupan seorang yang notabene susah dan perih sedari kecil. Hingga ia mampu menjadi orang yang bermanfaat bagi masyarakat luas dan darma baktinya diakui oleh negara secara formal. Lahir dari pasangan alm. Anwar Batubara dan Ibu Rohana Nasution, Kambara kecil hidup di tengah masyarakat yang agamis. Ia juga kental dengan kehidupan yang memaksanya secara naluri untuk selalu kerja keras.

Sejak duduk di bangku SMP Negeri Aek Nangali (1988), Kambara telah terbiasa membantu kedua orang tuanya bekerja dengan mengangkut pasir dan batu dari sungai Batang Natal ke penampungan dengan jarak minimal 150 meter hingga 250 meter dengan kontur tanah menanjak sekitar 45 derajat sepanjang 50 meter. Tentu bukan pekerjaan enteng untuk kekuatan fisik ukuran anak SMP saat itu.

Kambara kecil juga terbiasa membantu membersihkan kebun orang, dengan upah yang selalu ditabung dan dikumpulkan guna memenuhi kebutuhan sekolahnya. Saat itu, Kambara kesengsem dan sangat ingin sekali membeli sepatu impiannya, yakni sepatu merk Spotec yang harganya waktu itu senilai Rp 30 ribu. Demi sepatu impiannya saat itu, dan untuk membeli baju sekolah satu pasang saja, Kambara harus berjuang sendiri dan bekerja keras karena tidak ingin merepotkan kedua orang tuanya yang sudah cukup susah bekerja menghidupi dirinya dan keenam adiknya.

Dalam benak Kambara , minimal dengan bekerja seperti itu dirinya bisa memenuhi keperluannya sendiri dan tidak membebani lagi orang tuanya.

Kebiasaan seperti itu terus berlangsung hingga masuk bangku SMA Negeri Muarasoma. Bedanya, karena sekolah SMA jauh dari kampung halamannya, Kambara harus kost di tempat yang sangat sederhana di sekitar sekolahnya. Tetapi setiap libur sekolah, dipastikan Kambara selalu bekerja seperti semula, membantu membersihkan kebun orang dan mengangkut pasir dan batu di sungai Batang Natal.

Pekerjaan ini kerap dilakukannya  untuk memenuhi kebutuhan sekolah, seperti membeli buku, membeli seragam sekolah, membeli  sepatu sekolah dan kebutuhan sekolah lainnya.

Menu Jagoan, Sambal Sepekan

Ada yang menarik selama Kambara sekolah di SMA dan kost di sekitar sekolah tersebut.  Dua tahun pertama sekolahnya di SMA Negeri Muarasoma,  Kambara kost bersama dua kawannya. Setiap minggu sore Kambara berangkat dari kampungnya untuk kembali kost di dekat sekolah SMA-nya. Sebelum berangkat ke tempat kost, Ibunya selalu membuat sambal khas yang cukup buat dimakan seminggu. Kambara menyebutnya, sambal sepekan. Setiap hari menu makanannya adalah ikan teri jengki, yang dihiasi dengan sambal sepekan tersebut.

Bekal yang didapatkan dari orang tuanya pun waktu itu hanya Rp 1000,- per minggu. Jajan hanya bisa untuk hari senin saja, untuk membeli indomie rebus yang harganya Rp 500,-, sisanya untuk ongkos pulang pergi. Praktis dari hari Selasa sampai Sabtu, Kambara tidak bisa jajan seperti lazimnya orang lain. Menu utama sarapan paginya hanya nasi plus teri jengki, kadang ada ikan asin kalo Umak (demikian Kambara memanggil Ibunya) ada rejeki.

Saat makan siang, menunya kembali dengan sambal sepekan yang telah disiapkan untuk seminggu. Dan jika malam tiba, barulah Kambara bisa makan gulai. Tapi jangan salah, gulai yang dimaksud bukan gulai sapi atau gulai kambing yang enak, melainkan  gulai kol  atau kacang panjang/buncis, yang dibawanya sedikit dari rumah, setiap minggu sore sebelum berangkat ke kostan lagi.

Tahun ketiga masa SMA, Kambara pindah kost. Barulah dia mendapatkan makan dengan ikan sesekali, karena anaknya Ibu Kost yang berprofesi sebagai supir truk sering menangkap ikan di sungai Batang Natal menggunakan jala (jaring). Itupun jika beruntung ada ikan yang terjaring di sungai. Dan jika dapat ikan, Kambara bisa ikut menikmati ikan tersebut, tentu saja dengan sambal sepekan yang tetap menjadi menu utamanya.

Ada yang menarik selama Kambara sekolah di SMA. Selama tiga tahun sekolah, Kambara hanya memiliki tiga pasang pakaian seragam yang dibelinya tiap tahun dengan uang hasil kerjanya sebagai kuli angkut pasir dan batu saat libur sekolah. Dengan tinggi badannya yang menjulang 185 cm, tentu saja tidak ada pakaian seragam yang sudah jadi yang cukup buat sosoknya.

Alhasil dia harus menjahit sendiri pakaiannya ke tukang jahit dan tentu ongkosnya juga lumayan mahal. Itu alasan kenapa Kambara berusaha mencari penghasilan dengan bekerja sebagai kuli angkut pasir dan batu semasa libur sekolah. Sepatu pun, sama hanya tiga pasang saja, itupun diganti jika sudah rusak . Dan satu hal yang mencolok, Kambara selalu menenteng buku pelajaran seberapun banyaknya pelajaran hari itu, karena memang ia tak memiliki tas sekolah.

Selain bekerja mengangkut pasir dan batu dari sungai Batang Natal, Kambara juga sering menjadi kuli serabutan, misalnya menjadi kuli bangunan, kenek cat duco mobil, membabat kebun pala, kopi dan kayu manis. Itu semua dilakukan jika sekolahnya libur. Saat hari Minggu tiba, ada rutinitas yang kerap dilakukan juga oleh Kambara yakni ikut dengan ayahnya dari pagi hingga siang untuk menyadap karet.

Setelah itu Kambara membantu bibinya menyiapkan dagangan, dengan berkeliling kampung mengambil daun talas untuk bungkus tape ketan, membersihkan bulu ayam sambal mencuci pakaian sendiri di sungai Batang Natal. Dari sore hingga malam harinya, Kambara menjadi pelayan warung nasi milik bibinya.  Ia mendapat upah lumayan waktu itu, Rp 500,-.

Kambara menjalani masa masa kecil hingga remaja dengan kesungguhan dan kerja keras untuk membantu orang tuanya. Terlebih sejak ayahnya meninggal tahun 1996, praktis Ibunya yang bertanggung jawab penuh menghidupi keenam adiknya. Ibunya berjuang dan bekerja sebagai penyadap karet, garap sawah warisan, kuli tandur, kuli ngoyos sambil tetap menganyam tikar pandan setiap malam. Hal itulah yang meneguhkan semangat Kambara untuk berjuang membantu beban Ibunya sebagai anak yang paling tua.

Hijrah Dan Menemukan Dunia Yang Mengantarkannya Pada Kesuksesan

Lahir Di Desa Bangkelang, Kecamatan Batang Natal Kabupaten Mandailing Natal, 2 Mei 1975, sejak kecil Kambara sudah ditempa berbagai kesulitan hidup dan kerasnya kehidupan. Kesulitan hidup itulah yang membentuk pribadinya menjadi sosok yang tegar dan kuat dalam menghadapi berbagai persoalan dan permasalahan yang datang menghadang.  

Semangat yang membara, untuk menjadi pelindung dan tulang punggung keluarga membuat energinya bertambah setiap saat untuk melakukan yang terbaik. Tercatat, sejak SD hingga SMA, Kambara selalu dipercaya menjadi Ketua Kelas dan Ketua OSIS. Di sinilah jiwa kepemimpinannya tumbuh dan kelak akan menjadikannya menjadi pribadi yang disegani berbagai kalangan di negeri ini.

Tahun 1994 Kambara muda hijrah ke Bogor. Mimpinya untuk menuntut ilmu di tanah Jawa kesampaian. Berkat kecakapan dan kecerdasannya, Kambara diterima di Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Masa-masa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) dilaluinya penuh semangat. Namun karena energinya terkuras dan fokusnya terpecah saat harus bertahan hidup dengan bekerja juga, Kambara gagal melalui masa TPB dan dinyatakan drop out.

Saat itu untuk bertahan hidup, Kambara melakoni kuliah sambil mengajar, menjual pakaian, dan jika libur puasa tiba Kambara bekerja di toko pakaian di Pasar Anyar dan Dewi Sartika Bogor. Ia bekerja di Toko Sentral Jeans milik Alm. H. Mardan Lubis, seorang pengusaha asal Mandailing . Lagi-lagi mental seorang Kambara teruji hebat.

Walaupun dinyatakan Drop Out (DO), tidak lantas mengganggu sikap dan kepribadian Kambara untuk berbuat yang terbaik. Karakter dan mental yang kuat, membuatnya tidak merasa gengsi atau minder. Kambara lalu down grade ke program diploma di Fakultas yang sama, FKH IPB, dan mengambil jurusan Teknisi medis Veteriner hingga tuntas.

Tahun 2014 Kambara berhasil menuntaskan Program S1 Manajemen di Fakultas Ekonomi, Universitas Nusa Bangsa Bogor, dan 5 tahun berikutnya berhasil menjadi lulusan terbaik Magister Ekonomi Islam Universitas Ibnu Khaldun Bogor pada tahun 2019.

Saat ini Kambara telah berhasil membuktikan bahwa perjuangannya tidak sia sia. Berbagai prestasi telah ditorehkannya. Sepak terjangnya dalam mewujudkan pemerataan ekonomi yang mensejahterakan lewat gerakan koperasi sudah diakui oleh berbagai kalangan . Kedudukannya sebagai Ketua Pengurus sekaligus Presiden Direktur Koperasi BMI, semakin meneguhkan sikap dan kepribadiannya yang luhur dalam pemberdayaan anggota dan masyarakat luas.

Pejuang dakwah muamalah ini, bahkan berhasil membawa Koperasi BMI yang dipimpinnya menjadi Koperasi Besar di Indonesia yang menjadi role model bagi koperasi lainnya.  Model BMI syariah yang digagasnya telah menjadi icon baru bagi dunia perkoperasian di tanah air. Komitmen dan konsistensinya dalam mengawal gerakan ekonomi kerakyatan melalui koperasi dengan berlandaskan prinsip ekonomi syariah, membuatnya sebagai pribadi yang menjadi suri tauladan dalam berbagai hal.

2 Kali Umrohkan Ibunda

Kambara percaya kedua orang tua baik Bapak dan Ibundanya sangat berjasa dan berperan atas suksesnya.  Di tangan kedua orang tua, ia dari sebelum lahir sampai dewasa selalu dirawat, diperhatikan, dilindungi dan dibahagiakan. Kambara sadar betul orang tuanya tak mengharap balas budi darinya, mereka dengan tulus dan ikhlas membesarkan dan mendidiknya.

Do’a selalu mereka panjatkan untuknya. Kerja keras mereka lakukan agar dapat memberikan semua kebutuhannya. Tiada keluh kesah. Mereka melakukan itu semua dengan bahagia. Ia berkaca pada perjuangan kedua orang tua dalam membesarkan dirinya, sudah selayaknya ia berbuat baik dan berbakti terhadap kedua orang tuanya.

Kambara Umroh Bersama Almarhumah Ibundanya (2017)

Ia harus berbakti kepada kedua orang tuanya, ia melakukan apa yang dalam Islam sering disebut birrul walidain. Mereka sudah selayaknya mendapatkan kebaikan dan penghormatan darinya.

Kambara yakin betul firman Allah SWT yang berbunyi :

وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) terhadap kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah, bahkan menyusukan pula selama kurang lebih 2 tahun. Maka dari itu bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku sajalah tempat kamu kembali”. (Q.S. Luqman [31]: 15)

Ada kewajiban yang ia harus lakukan sebagai anak terhadap orang tua yang masih hidup, yaitu mentaati perintah dan membahagiakannya. Ada kewajiban yang ia harus lakukan terhadap Bapaknya yang  telah meninggalkannya sejak tahun 1996, untuk Bapaknya yang telah meninggal Kambara tak henti untuk mendoakan Almarhum.

Umroh Bersama Almarhumah Ibunda Dan Keluarga (2019)

Sebagai bentuk ketaatan Kambara pada Ibundanya, Ia memberangkatkan umroh bundanya 2 kali. Yang pertama, 2017 dan kedua, 2019.  Firman Allah SWT  pada surat AL Ahqaf sangat ia yakini.

وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ إِحْسَٰنًا ۖ

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya”. (Q.S. Al-Ahqaf [46]: 15)

Kambara juga sangat yakin pesan hadits Rasulullah SAW :

رِضَا اَللَّهِ فِي رِضَا اَلْوَالِدَيْنِ, وَسَخَطُ اَللَّهِ فِي سَخَطِ اَلْوَالِدَيْنِ

“Ridho Allah SWT. ada pada ridho kedua orang tua dan kemurkaan Allah SWT. ada pada kemurkaan orang tua.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban, Hakim)

Selain berbuat baik, seorang anak bisa berbakti kepada orang tua dengan cara mendoakannya dengan kebaikan-kebaikan yang melimpah. Hadits, Rasulullah ini sangat ia pegang teguh:

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Apabila manusia meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali karena tiga hal, yaitu sedekah jariyah, ilmu bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim: 1631)

Umroh Almarhumah Ibunda Dengan Puspa (Anak Kedua), 2019

Hadits shahih yang diriwayatkan sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan berbuat baik kepada kedua orang tua sebagai salah satu amalan yang paling dicintai oleh Allah SWT terus ia yakini dan lakukan.

سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ الْأَعْمَالِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ؟ قَالَ: «الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا» قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ» قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: «ثُمَّ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ» قَالَ: حَدَّثَنِي بِهِنَّ وَلَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِي

“Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”, “Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah?” Rasul menjawab, Shalat pada (awal) waktunya.” “Kemudian apa lagi?” Nabi Menjawab lagi, Berbakti kepada kedua orang tua.Aku bertanya kembali.” “Kemudian apa lagi?” “Kemudian jihad fi Sabilillah.” Ibnu Mas’ud mengatakan, “Beliau terus menyampaikan kepadaku (amalan yang paling dicintai oleh Allah), andaikan aku meminta tambahan, maka beliau akan menambahkan kepadaku”. (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasai).

Kambara Bersama Almarhumah Ibundanya Saat Wisuda S2 Sebagai Lulusan Terbaik di UIKA Bogor

Kambara juga sangat percaya bahwa ridha Allah SWT tergantung ridha kedua orang tua. Bakti seorang anak kepada kedua orang tuanya akan mengundang ridha kedua orang tua kepada anak. Sementara ridha kedua orang tua terhadap anak merupakan penentu seorang anak mendapat ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala. Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu meriwatakan, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;

رِضَا اَللَّهِ فِي رِضَا اَلْوَالِدَيْنِ, وَسَخَطُ اَللَّهِ فِي سَخَطِ اَلْوَالِدَيْنِ

“Ridho Allah SWT. ada pada ridho kedua orang tua dan kemurkaan Allah SWT. ada pada kemurkaan orang tua.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban, Hakim).

Penyayang Keluarga

Kambara merupakan sosok yang penyayang terhadap keluarga. Suksesnya ia baktikan untuk semua. Siapa yang memberikan manfaat bagi sesama, ia terjemahkan bahwa hidupnya juga untuk keluarga. Ia memberikan koreksi terhadap sikap orang yang dengan orang lain perhatian tetapi dengan keluarga sendiri justru abai. Bagi Kambara keluarga adalah tempat untuk pulang dan berbagi rasa. Rasa capai karena aktifitas di kantor hilang seketika melihat senyum anak dan istrinya.

Liburan Bersama Keluarga Di Paris

Kebahagian bagi dirinya ialah manakala semua keluarga tersenyum dan bangga dengan dirinya. Ia juga orang yang sangat dekat dengan anak-anaknya. Anak pertamanya yang jebolan Unibraw ternyata memiliki darah pemimpin seperti dirinya. Sebelum lulus ia adalah Ketua BEM Fakultas Teknik Unibraw. Anak pertamanya tentu menjadikan Bapaknya sebagai role model kepemimpinan. Kambara sangat bangga dengan anak-anaknya, karena mereka telah menjadi anak yang sholeh dan sholehah, anak pintar seperti yang Kambara inginkan. Anaknya yang kedua, tanpa ia ajarkan juga memiliki visi yang kuat untuk sukses. Di tembok kamarnya terpampang tulisan-tulisan motivasi bahwa ia harus bisa sekolah di sekolah ternama di luar negeri. Ia menorehkan tulisan Harvard University. Visi yang menandai berhasilnya pendidikan orang tua pada anaknya. Tak kalah bangganya, anak ketiga Kambara sejak usia Taman Kanak-Kanak memiliki motivasi belajar bahasa asing secara mandiri. Bahasa inggris yang sangat lancar dikuasainya sejak kanak-kanak.

Liburan Bersama Keluarga Di Keukeunhof, Belanda
Liburan Bersama Keluarga Di Keukenhof, Belanda
Liburan Bersama Keluarga Di Keukenhof, Belanda
Liburan Bersama Keluarga Di Keukenhof, Belanda

Kambara selalu hadir memberikan senyum kegembiraan pada keluarganya. Sang Istri di rumah selalu mengajarkan kemampuan baca Al Quran pada anak-anaknya. Kambara sering mengatakan istri tercintanya mahir mengajarkan membaca Quran dan itu juga ia terapkan untuk mengajak anak-anaknya.

Liburan Bersama Istri Di Turki
Liburan Bersama Istri Di Turki
Liburan Bersama Istri Di Turki

Kambara yang ingin membahagikan keluarganya tidak lupa mengajak mereka untuk menikmati liburan bukan hanya di Indonesia tetapi liburan keluar negeri. Ini semua dilakukan bukan memberikan motivasi memboroskan uang tetapi agar keluarganya memiliki wawasan yang cukup untuk menghadapi dunia yang semakin berkembang.

Foto Liburan Bersama Istri Di Swiss
Bersama Keluarga Liburan Di Swiss

Sosok Kambara sebagai sosok penyayang keluarga juga menjadi panutan semua karyawan yang ada di Kopsyah BMI.

Liburan Keluarga Di Belgia

Penghargaan

Tentu perjuangan Kambara tak hanya mengejar pujian dan penghargaan. Proses tak akan pernah mengkhianati hasil. itulah pesan bijak dari banyak orang yang dipercaya akan terjadi jika seseorang berjuang keras dan memasyrahkan segalanya pada Allah SWT.

Tak ayal, Pemerintah mengganjar Kambara dengan berbagai penghargaan prestisus di antaranya, Anugerah Lencana Bakti Koperasi dari Kemenkop dan UKM RI tahun 2017 dan pada tahun 2017 ini juga Kopsyah BMI, koperasi yang ia pimpin mendapat penghargaan sebagai Koperasi Penggerak Pembangunan dari Kementerian PPN/Bappenas. Penghargaan ini merupakan penghargaan pertama yang diberikan pertama kali oleh Kementerian PPN/Bappenas kepada koperasi.

Kamaruddin Batubara Memegang 2 Rekor Muri

Tanda kehormatan Satyalancana Wira Karya dari Presiden RI tahun 2018. Koperasi yang ia pimpin juga dinobatkan menjadi nadzir terbaik pada tahun 2019. Kambara juga dicatat sebagai peraih rekor MURI yang dicatat sebagai Penggagas Hibah Rumah Siap Huni Melalui Koperasi yang ia terima 29 April 2021. Hari itu tak hanya dirinya secara pribadi yang mendapatkan rekor MURI tetapi juga Kopsyah BMI dicatat sebagai Koperasi Pelopor Program Hibah Rumah Siap Huni. Kepeloporannya pada pembaruan praktek berkoperasi di Indonesia menjadikan banyak orang menyebut Kambara sebagai mujahid pemberdayaan masyarakat.

Anugerah Satyalancana Wirakarya disematkan Oleh Presiden Joko Widodo

Berangkat Dari Anak Petani

Kambara kecil bukan berasal dari kalangan yang wah. Almarhum Bapaknya, Anwar Batubara dan Almarhumah Ibu Rohana Nasution bekerja sebagai petani. Sebagai anak petani Kambara akrab dengan pekerjaan menjadi penyadap karet, ia tentu sangat mahir menyadap pohon yang mengeluarkan getah ini. Sikap pekerja keras bisa jadi muncul dari darah kedua orang tuanya yang terus bekerja keras untuk anak-anaknya.

Sebagai petani Kambara tak luput dari kegiatan petani pada umumnya. Ia ke pergi ke sawah dan ikut mencangkul bersama Almarhum Bapaknya. Jiwa pekerja keras memang sudah melembaga dalam hidupnya sejak ia kecil. Tanah sawah warisan keluarga menjadi kisah masa lalu yang manis untuk selalu dingat. Sebagai anak petani ia menyaksikan Ibunya bekerja sebagai kuli tandur. Kuli tandur ini adalah pekerjaan menanam padi di sawah orang lain. Untuk mencukupi semua kebutuhan keluarganya ia menyaksikan Almarhumah Ibunya bekerja keras.

Sebagai anak petani kala itu, bahan bakar untuk masak masih dari kayu, Kambara juga bekera keras untuk mencari kayu bakar untuk menghidupkan dapur. Tanggung jawab ini ia ambil karena ia merasa sebagai anak pertama yang harus memberi contoh pada adik-adiknya.

Pencetus Istilah Peradaban Baru Koperasi Indonesia

Kambara membangun semangat mengembangkan ekonomi yang berpemerataan dan berkeadilan melalui praktek berkoperasi yang ia gali dari budaya gotong-royong bangsa ini. Di berbagai kesempatan Kambara sering menyampaikan .”Dulu waktu di kampung kalau ada orang membangun rumah pasti akan dibantu oleh warga kampung” inilah yang selalu ia katakan betapa nilai gotong-royong begitu kuat menjadi ruh bangsa ini.

Ia juga sering menyampaikan ada tatanan kehidupan yang mulai berubah dengan pergeseran waktu. “Dulu jika ada orang punya hajat, selalu makan sambil duduk. Tapi coba lihat sekarang, masyarakat kita makan sambil berdiri”. Ia ingin mengatakan budaya kita perlahan namun pasti akan berubah. Namun ia yakin konsep gotong-royong ini jika digali lebih dalam lagi akan melahirkan kekuatan yang luar biasa.

Ia belajar otodidak, ia belajar sambil bekerja. Learning by doing. Konsepsi koperasi yang ia dapatkan dari praktek langsung dalam memberdayakan masyarakat dengan membentuk kelompok-kelompok dalam rembug pusat telah meyakinkannya bahwa gotong-royong adalah pintu masuk terbaik membuka kegelapan masa depan. Ia terus berjuang memperbaiki kinerja manajemen koperasi yang dipimpinnya.

Ia orang pertama yang yakin bahwa koperasi jika dikelola dengan benar, cukup bekerja di koperasi maka yang bekerja di koperasi akan sejahtera dan anggota koperasi pun akan meningkat kesejahteraannya. Berjalannya waktu membawa Kambara menelurkan konsep yang mungkin janggal waktu pertama kali diluncurkan, konsep ini dikenal dengan Peradaban Baru Koperasi Indonesia.

Menurut Kambara dalam membangun peradaban baru koperasi Indonesia, maka koperasi harus besar, koperasi harus dikelola profesional, koperasi harus memiliki jiwa mandiri, berkarakter dan bermartabat, koperasi harus bernuansa pemberdayaan dan koperasi harus peduli sesama.

Lima pemikiran ini mengejawantah menjadi pemikiran yang menasional yang membuat Kambara selalu dinanti kiprahnya, selalu dinanti juga sikapnya dalam berbagai peristiwa koperasi nasional.

Asset Kopsyah BMI Lampaui Rp 1 Triliun

Kambara tentu tak menduga. Akhir tahun 2021 menjadi hadiah manis bagi perjuangannya. Betapa tidak Asset Kopsyah BMI, koperasi yang ia gagas dan ia perjuangkan telah melampaui asset Rp 1 Triliun, angka yang pada saat ia membangun koperasi ini bersama anggota lain, barangkali tak pernah ia bayangkan. Ia hanya membayangkan bahwa ia harus bekerja keras. Tentu Kambara bukan hanya bekerja keras tetapi ia memang punya visi yang sangat kuat.

Cita-cita dan perjuangannya diilhami untuk mewujudkan semangat Bung Hatta yang ditasbihkan menjadi Bapak Koperasi Indonesia. Ia sangat paham bahwa memiliki cita-cita yang tinggi bukan hanya sekedar berpangku tangan. Kambara juga sadar sepenuhnya bahwa jika hanya dikelola biasa saja, maka koperasi ini tidak akan mampu memberikan banyak manfaat bagi banyak orang.

Kambara bahkan seprti telah membaca tuntas pikiran Joel A. Barker yang mengatakan Vision without action is merely a dream. Action without vision is juss passes time. Vision with action can change the word. Visi tanpa aksi hanya mimpi di siang bolong. Aksi tanpa visi pun hanya rutinitas belaka. Tapi visi dengan aksi akan merubah dunia.

Praktek inilah yang dikerjakan Kambara dengan sistem dan manajemen. Bekerja tanpa sistem dan manajemen sama artinya dengan membuang waktu. Asset Kopsyah BMI yang melampai Rp 1 Triliun menjadi salah satu bukti akan kerja keras, diiringi kerjas ikhas dan tuntas. Ditambah lagi dengan spiritual yang kuat hidup harus bermanfaat bagi sesama.

4 Koperasi Menjadi Bukti

Tidak ada hasil yang instan. Perkembangan Koperasi BMI menjadi 4 koperasi lahir dari kerja keras dan visi yang kuat. Tahun 2003 menjadi memberikan landasan kuat bagi terciptanya sistem keuangan yang kuat. Tahun 2013 menjadi monumen semakin menguatnya kegotong-royongan yang semakin melembaga. Perjalanan 10 tahun dari 2003 sampai dengan 2013 yang melahirkan badan hukum koperasi hanya mampu menghasilkan asset Rp 80-an miliar. Namun berubahnya badan hukum menjadi koperasi dari tahun 2013 sampai tahun 2021 melahirkan asset Rp 1 Triliun.

Kambara sebagai pelopor berdirinya koperasi terus mengasah literasinya.. Tanpa sengaja ia menemukan bahwa ternyata koperasi akan menjadi besar jika koperasi mampu melayani segala kebutuhan masyarakat dan menjadikan unit simpan pinjam atau koperasi kredit sebagai sendi utama perekonomian. Tanpa sadar pemikiran Bung Hatta telah merasukinya. Ia berpikir ia tidak boleh hanya berhenti pada koperasi yang bergerak di sektor keuangan saja. Kambara berpikir Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia (Kopsyah BMI) harus didukung oleh koperasi konsumen dan koperasi produsen. Tiga sektor yang dipikirkan Bung Hatta untuk membangun bangsa ini.

Saat Kemenkopukm mewacanakan spin off ternyata apa yang dipikirkan oleh Kemenkopukm telah ia lakukan. Saat Menkopukm masih dipercayakan pada Puspayoga, saat pemikiran tentang pengembangan koperasi dilakukan, Kambara tahun 2018 telah mendorong pendirian Koperasi Konsumen Benteng Muamalah Indonesia (Kopmen BMI). Berjalannya waktu dari 2018 – 2021 melahirkan optimisme tinggi karena Kopmen BMI yang dibangun tahun 2018 telah mampu menghasilkan profit.

Kambara didukung oleh tim kuat yang dibentuknya akhir tahun 2021 melahirkan kembali koperasi baru. Koperasi Jasa Benteng Mandiri Indonesia (Kopjas BMI). Beragam bisnis jasa dikemas dan dikelola melalui Kopjas BMI. Untuk mensinergikan ketiga koperasi (Kopsyah BMI, Kopmen BMI dan Kopjas BMI), ia kembali menunjukkan kepeloporannya dengan membentuk Koperasi Sekunder Benteng Madani Indonesia. Tentu cita – cita Bung Hatta ini akan semakin nyata setelah tahun depan bertambah 1 koperasi lagi yakni koperasi yang bergerak pada produksi. Ia masih menyimpan asa untuk mendirikan koperasi primer yakni Koperasi Produsen Benteng Manufaktur Indonesia.

Menulis 4 Buku

Kambara ingat pesan “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”. Pesan singkat Pramoedya Ananta Toer ini memberi pesan kuat. Menulis merupakan ibadah karena mengajarkan yang ia ketahui. Menulis adalah berbagi. Kambara pun sampai saat ini telah menulis 4 buku.

Pertama, Buku Sejarah Kopi Rindoe Benteng yang ia tulis bersama Dr Hamdani. Kedua buku Pembiayaan Mikro Tata Air Dan Sanitasi, yang ia tulis bersama Irsyad Mukhtar. Ketiga buku berjudul Model BMI Syariah yang menjadi best seller di Gramedia. Keempat buku Skim Pembiayaan Mikro Tata Sanitasi Dan Mikro Tata Air yang juga menjadi best seller di Gramedia. Kambara ingin terus berbagi melalui menulis, ia tengah mempersiapkan terbitnya buku berjudul Koperasi Sosisopreneur.

Ikuti kisah dan perjuangan hidupnya segera dalam Novel dan Buku autobiografi, yang akan segera dirilis. (AH-Sularto/klikbmi)

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *