Nasehat Dhuha, Senin 25 Juli 2022 | 25 Dzulhijah 1443 H | Ustadz : Sarwo Edy, ME
Klikbmi, Tangerang – Siang itu terdengar suara anak-anak yang sedang belajar Al Quran. Di depan mereka sudah ada sosok laki-laki tua yang duduk dan mengajar mereka. Dengan sabar ia mendengarkan apa yang dibaca oleh santrinya.
Sosok tua itu bernama Ustadz Malka. Ia adalah pengurus Majlis Taklim Al-Kalam yang terletak di Kp Kemiri Pabuaran Desa Kemiri RT. 012 RW 003 Kecamatan Kemiri Kabupaten Tangerang. Ia yang saat ini berumur 60 tahun ini sudah mulai menghabiskan sebagian besar harinya untuk mengajar ngaji anak-anak dari tahun 2002. Sudah 20 tahun ia mengabdikan diri untuk mengajar ngaji.
Tidak ada alasan yang lebih baik baginya untuk mengajar ngaji selain karena ia ingin ada keseimbangan dalam hidup. Yaitu untuk menyeimbangkan pekerjaan sehari-harinya, bertani. “Biasanya ngajar ngajinya siang sehabis dhuhur dan malam sehabis sholat maghrib. Kalau pagi saya jadi petani. Jadi ngajar ngaji agar ada keseimbangan saja. Nggak mau jadi petani aja. Ada untuk dunia dan ada untuk akhirat” ujarnya menerangkan alasan ia mengajar ngaji.
Dalam kurun waktu 20 tahun ngajar ngaji, banyak cerita dan pengalaman yang ia dapatkan. Salah satunya adalah dalam kurun waktu itu ia sudah tiga kali pindah tempat ngajar ngaji. “Ngajar ngaji di tempat pertama mulai tahun 2002. Pada saat itu saya dikasih tempat kobong oleh H. Tarmidzi. Awalnya dulu di tempat tanah keluarga mertua saya. Karena dijual, saya akhirnya pindah ke tempat keluarga saya. Dan mulai dari tahun 2012, saya ngajar ngajinya di tempat ketiga yaitu tempat sekarang ini” paparnya menjelaskan perjalanan mengajar ngaji.
Dengan berpindahnya tempat ngaji tidak menyurutkan anak-anak yang dulunya belajar ngaji kepadanya. Mereka tetap mengikuti kemanapun ia pergi dan dimanapun ngajarnya. “Alhamdulillah, walaupun sudah pindah tiga kali, anak-anak tetap mau ngikut. Dan juga semakin banyak. Bahkan tidak sedikit yang merupakan pindahan dari tempat ngaji yang lain” imbuh Ustadz Malka.
Ia bersyukur karena yang mau belajar ngaji kepadanya semakin banyak. Dan tidak sedikit yang merupakan pindahan dari tempat ngaji yang lain. Hal itu lantaran para wali santri atau orang tua mereka merasa pengajaran di tempatnya bagus dan disiplin. Sehingga anak-anak mereka berkembang dan bisa belajar ngaji dengan baik.
“Untuk saat ini santrinya 90-an. Ada yang belajar ngajinya siang. Dan ada juga yang ngajinya malam. Biasanya kalau siang anak-anak kecil. Bahkan ada juga yang berumur 2,5 tahun sudah ikut ngaji. Karena di sini tidak ada batasan umur. Yang sudah SMA juga ada” tegas Ustadz Malka.
Walaupun bukan pesantren, anak-anak tidak hanya belajar Al Quran. Mereka juga belajar hafalan surat-surat pendek, praktek sholat, kosa kata bahasa arab, hafalan doa sehari-hari, praktek sholat jenazah dan juga lainnya.
Hal menarik lainnya adalah bahwa dengan banyaknya pembelajaran dan ilmu yang dipelajari oleh anak-anak yang belajar di sana, mereka tidak ada beban biaya yang ditangguhkan. Hanya karena inisiatif dari para wali murid, akhirnya ada iuran bagi santri setiap bulannya. Itupun tidak ada paksaan dari pihak ustadz Malka.
“Di sini tidak ada beban bagi para santri untuk membayar iuran bulanan. Kadang ada yang ngasih dan ada juga yang nggak ngasih. Seikhlas dari wali santrinya aja. Itupun berkat dari inisiatif para wali santri untuk ada iuran tiap bulannya.” ujar laki-laki yang pernah belajar di Ponpesnya Kyai Bahruddin Rajeg.
Salah satu ujian berat menimpa Ustadz Malka. Tepat pada tahun 2006, Kobong yang juga merupakan rumah baginya dan keluarganya itu terbakar habis. Hal itu disebabkan oleh api yang bersumber dari lampu teplok yang menyambar bahan kayu di rumahnya.
“Dulu majlis taklim ini juga kami jadikan rumah. Jadi ketika santri sudah pulang baru dipakai untuk istirahat. Tahun 2006 kami ada sedikit rezeki ingin membangun rumah sederhana dari kayu. Agar bisa misah dari tempat ngaji anak-anak. Tapi qadarullah, pas kita sholat taraweh, majlis taklim beserta bahan-bahan untuk membuat rumah terbakar habis. Ludes semua” ujarnya menceritakan salah satu ujian yang menimpanya.
Setelah terbakar habis, akhirnya ia bersama keluarganya mulai membangun kembali majlis taklimnya dengan bahan-bahan yang ada. Sementara anak-anak yang sering ngaji disana diliburkan selama 1 bulan.
“Setelah semua terbakar habis, kami membuat kobong dengan material seadanya. Sementara anak-anak kami liburkan selama 1 bulan sembari menunggu kobongnya jadi” tambahnya menggambarkan semangatnya berjuang di jalan Allah.
Pada tahun 2012 anaknya mengumpulkan bahan-bahan bangunan dan siap untuk membuat rumah permanen. Akan tetapi ia menyarankan agar bahan bangunan itu untuk membangun majlis taklim yang sudah mulai roboh dulu.
“Selama 2 tahun saya mengumpulkan uang hasil dari kerja di pabrik untuk membeli bahan bangunan. Pada tahun 2012 bahan bangunannya terkumpul. Rencananya untuk membangun rumah kami. Tapi kata bapak, ini kobong anak-anaknya mau roboh. Nanti kalau rumah dulu, nanti anak-anak ngajinya di mana. Makanya kita bangun kobongnya aja dulu. Insya Allah nanti diganti sama Allah” ujar Nur Aini, anak kelima Ustadz Malka.
Janji Allah memang benar, akhirnya pada tahun 2016 Ustadz Malka bersama keluarganya bisa membangun rumah secara permanen. Pada saat itu uang kekurangannya diambil dari hasil menjual tanah. Menariknya, pada tahun 2019 tanah yang ia jual dulu bisa terbeli lagi olehnya.
“Alhamdulillah, pada tahun 2016 kami bisa membangun rumah permanen. Pada saat itu uangnya kurang sedikit. Akhirnya kami tutup kekurangannya dengan menjual tanah. Kata bapak sama saya, Insya Allah nanti diganti oleh Allah. Qadarullah, tanah yang kita jual pada saat itu bisa kita beli lagi pada tahun 2019” uambah Nur Aini.
Saat ini mereka pun bersyukur karena majelis taklim untuk ngaji anak-anak berhasil dibangun permanen dengan tembok yang kokoh. Rumah mereka pun sudah terbangun dan tanah yang dijual pun kembali terbeli lagi oleh mereka.
Perjuangan untuk agama Allah, tidak hanya mengajar, ia juga harus menyiapkan air untuk anak-anak berwudhu. Tiap hari sebelum anak-anak datang, ia dengan ikhlas mengambil air dari rumahnya dan dituangkan ke dalam gentong yang berada di depan rumahnya.
“Alhamdulillah, biasanya anak-anak wudhu dengan gentong ini. Biasanya sebelum anak-anak datang, saya siapin dulu airnya. Saya ambil dari rumah dan dituangkan ke gentong. Saya cuma berharap gentong ini juga jadi saksi saya nanti di akherat kelak” ujar Ustadz Malka menimbali pernyataan anaknya.
Kabar itu sampai juga di telinga Bu Lia (Manajer Kopsyah BMI Cabang Kemiri- pada saat itu). Setelah mengetahui cerita dari Lurah Kemiri , Bu Lia pun langsung melakukan verifikasi ke majelis taklim ini. Setelah melakukan verifikasi dan dirasa layak, akhirnya ia langsung mengajukan permohonan pembangunan sanitasi untuk program SANIMESRA (Sanitasi Masjid, Musholla dan Pesantren).
Setelah melalui beberapa proses, akhirnya disetujui pengajuan tersebut oleh Ketua Pengurus Kopsyah BMI melalui Manajer ZISWAF. Dan alhamdulillah, sekarang anak-anak yang mengaji memiliki tempat ngaji yang baik dan bisa berwudhu di tempat yang lebih baik.
Kisah ini menggambarkan bahwa barang siapa yang berjuang ikhlas untuk agama Allah pasti akan Allah cukupkan urusannya. Dan juga Allah akan beri rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
Selain ini merupakan bentuk ibadah, mengajar ngaji juga merupakan bentuk memberi kemudahan orang lain. Memberi kemudahan dari kesulitan membaca Al Quran. Memberi kemudahan dari ketidakpahaman dalam melakukan syariat islam.
Dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat…” (HR. Muslim)
Wallahu a’lam bish-showaab.
Mari terus ber-ZISWAF (Zakat,Infaq,Sedekah dan Wakaf) melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BSI eks BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela : 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI : 0000000888
(Sularto/Klikbmi)