وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِن بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ ۚ وَأُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ.
“Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat,” (Q.S. Ali Imran [3]: 105)
Klikbmi, Tangerang – Hari terakhir di Garut Jawa Barat, Koperasi BMI menutupnya dengan kegiatan Capacity Building di Kampung Sampireun Resort, Rabu 1 Desember 2021. Agenda Capacity Building yang diinisiasi Divisi BMI Tour and Travel Koperasi Jasa dan Perumahan Benteng Mandiri Indonesia (Kopjarum BMI) dibuat makin seru dan kompak. Dalam agenda ini, Asep Ridrid Karana, seorang motivator level nasional didatangkan untuk membawakan motivasi dan semangat tim BMI menyongsong tahun yang baru.
Di gedung aulanya, 157 pasang mata pengurus dan pengelola Koperasi BMI dalam kondisi tertutup. Di hadapannya, Asep Ridrid Karana dengan senyumnya yang hangat tengah memberi aba-aba gerakan terapi kebahagiaan.
”Bapak ibu-ibu semua. Jadi ada dua hal yang harus kita ingat agar bahagia. Pertama, ingat jasa dan kebaikan orang lain kepada kita. Ingat,ingat dan seterusnya,” ujar pria yang karib disapa Ridri itu.
Aba aba dilakukannya dengan tangan yang menunjuk ke atas kemudian langsung berpindah dengan menunjuk ke dahinya. Dengan dua jari (telunjuk dan jari manis) menyentuh dahi dan berulang-ulang sembari mengucapkan kata “ingat”. Gerakan itu kemudian diikuti seluruh peserta Capacity Building.
Dengan menunjukan dua jari ke dahi kita, sambung Ridrid, kita mengingat kebaikan orang lain terhadap diri kita, maka akan membuat kita senantiasa bersyukur kepada Allah SWT. Dalam hati, berterimakasih kepada orang bersangkutan. Kita pun akan termotivasi untuk berbuat baik kepada orang tersebut meski ia tidak memintanya.
”Lalu yang kedua adalah, ingat keburukan kita terhadap orang lain. Karena sesungguhnya yang harus selalu kita ingat adalah bahwa Allah tidak akan mengampuni kesalahan kita jika kita tidak mau meminta maaf terhadap orang yang kita lukai dan sakiti, ingat-ingat dan terus ingat,” jelas Asep sembari mengulang gerakannya kembali.
Terapi kunci kebahagiaan kembali dilakukan dengan gerakan berbeda. Kali ini, menggunakan kata lupa. Gerakannya berbeda dengan gaya “ingat”. Dua jari yang sebelumnya tertempel di dahi dilepas dengan gaya membuang ke atas seraya mengucapkan kata “lupa” secara berulang-ulang. Dan tetap dengan mata tertutup.
”Dua hal apa yang akan kita lupakan bapak-ibu semua? Pertama, lupakan jasa dan kebaikan kita terhadap orang lain. Jangan sekali mengungkit-ungkit jasa dan kebaikan kita kepada orang lain. Sikap mengungkit amal kebaikan yang sudah kita lakukan akan membatalkan amal, coba rasakan seolah-olah kita tidak pernah berbuat baik kepadanya. Hati ini akan tenang. Ayo kita lakukan bersama-sama. Lupa-lupa,” aba aba dari Ridrid yang diikuti para peserta.
”Kemudian, lupa kedua adalah lupakan keburukan orang lain terhadap kita. Insya Allah, perasaan dan hati kita bisa terhindar dari segala perkara negatif yakni kebencian dan dendam,” jelas Ridrid. Gerakan lupa ini menjadi gerakan terakhir dari terapi kebahagiaan tersebut.
Rona kelegaan terbersit dari wajah para peserta saat membuka matanya kembali. Semuanya tersenyum. Terapi ingat dua hal dan lupakan dua hal baru separuh perjalanan dari capacity building. Ridrid kembali mengelaborasi fokus dan kekompakan para peserta dengan beberapa gim. Termasuk gim lelang uang Rp50 ribu kepada para peserta.
Dalam memotivasi peserta untuk terus beramal dalam kebaikan, Ridrid mengatakan bahwa saat ini banyak orang yang memandang uang sebagai alat ukur kebahagiaan. Padahal nyatanya tidak. Uang tidak bisa membeli segalanya. Ridrid pun memberi bukti bahwa uang hanyalah alat tukar.
” Uang bisa membeli kosmetik dan baju bagus untuk memikat, tetapi tidak bisa membeli cinta. Uang juga tidak bisa membeli waktu. Uang bisa membeli rumah, tapi uang tidak bisa membeli keluarga. Uang bisa membeli banyak obat, tapi uang tidak bisa membeli kesehatan,” tambahnya.
Oleh karena itu kebahagiaan bagi kita selaku orang yang beriman, tidaklah diukur dari seberapa banyaknya harta dan kekayaan yang bisa kita kumpulkan serta tidak pula ditentukan dari seberapa tingginya pangkat, jabatan, kekuasaan dan pendidikan yang bisa kita raih, akan tetapi sukses buat kita adalah diukur dari seberapa taat dan tunduk patuhnya kita kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta seberapa banyak manfaat yang bisa kita berikan buat sesame, salah satunya dengan bersedekah.
Di akhir sesi Spiritual Mind Motivation, Ridrid pun meminta sedekah dari para peserta. Dua-tiga peserta memberikan uang sebesar Rp450 ribu. Setelah uang terkumpul, ia tiba tiba mengacungkan tangan ke atas. ”Siapa yang mau uang ini? Siapa ayo..siapa?” tanyanya. Tapi semua terdiam, tak ada yang mau beranjak dari kursinya. Hingga tiga kali diucapkan, Manajer Cabang Kibin Iip Azipah langsung merebut dari tangan Ridrid.
Usai uang diambil, Ridrid langsung menggebrak meja didepannya. Semua peserta terkaget. Wajah yang sebelumnya murah senyum, terlihat marah. ”Kenapa diam saja, kenapa malu? Semua membutuhkan uang, tapi kenapa diam? Kebahagiaan, kesuksesan itu harus diperjuangkan, bukan dengan cara mengemis minta belas kasihan, rendah diri, dan pasrah duduk saja di bangku dan diam saja, ayo rebut?
Pernyataan Ridrid menyentak hati para peserta. Menyadarkan bahwa bahwa kebahagiaan tidak tercipta dan datang dengan sendirinya. Karena kebahagiaan dan kesuksesan adalah milik setiap orang yang patut untuk diperjuangkan.
”Sama seperti halnya hidup. Hidup merupakan hal yang berharga yang juga patut diperjuangkan. Kebahagiaan tidak tercipta secara instan begitu saja. Tapi harus kita bawa dalam hidup kita sebagai hasil atas proses kehidupan. Seperti kita membangun Koperasi BMI semakin besar dan jaya,” tutupnya yang disambut tepuk tangan para peserta.
Presiden Direktur Koperasi BMI Kamaruddin Batubara mengatakan, capacity building menjadi momentum yang tepat untuk kembali menyolidkan dan membangkitkan gairah dan semangat pengelola BMI usai Rapat Kerja RK-RAPB Tahun Buku 2022. Dengan begitu, Capacity Building juga mengajak semua elemen untuk bersatu dalam mengejar target dan prestasi menyongsong tahun baru ini.
”Dengan Capacity Building, tercipta motivasi team kerja yang solid, mengingatkan kembali bahwa BMI berakar dari kebijakan yang solutif, semangat kekeluargaan dan kegotong-royongan dan penerapan nilai syariah. Inilah norma dasar yang selalu dipegang oleh Kopsyah BMI,” jelasnya.
Norma syariah Kopsyah BMI menjaga norma syariah dengan menerapkan 7 ajaran ekonomi syariah sebagai panduan, 7 ajaran ini antara lain : Fokus Keuntungan Dunia dan Akhirat, Tidak Zalim, Jujur, Amanah, Peduli Pada yang Tidak Mampu, Senantiasa Bersyukur dan qonaah ( Selalu Merasa Cukup ).
”Pekerjaan rumah yang penting bagi BMI saat ini adalah membentuk sistem bisnis yang kuat dari akar nilai sosial yang kuat. Pengelola Koperasi yang mampu menjaga norma dan nilai, maka tidak ada keraguan bagi koperasi ini selain dicintai anggotanya yang menjadikan partisipasi tinggi bagi anggotanya dan ujungnya menjadi koperasi modern dan maju yang mampu memberikan kesejahteraan paripura bagi anggota dan masyarakat,” tandasnya.
Bagi instansi swasta, pemerintah maupun lembaga pendidikan yang berencana membuat agenda capacity building yang penuh gim seru dan kental dengan kekompakan, silahkan menghubungi Manajer BMI Tour and Travel Kopjarum BMI Zaenal Muttaqien di nomor 085882497747 ( Whatsapp/telepon).
(Togar Harahap/Klikbmi)
Mantap surantap..