Kisah Saeni, Penjual Gado-gado Keliling yang Mampu Umrah Lewat Simpanan Umrah BMI

BMI Corner

قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ عَلَى النِّسَاءِ جِهَادٌ قَالَ « نَعَمْ عَلَيْهِنَّ جِهَادٌ لاَ قِتَالَ فِيهِ الْحَجُّ وَالْعُمْرَةُ ». 

Aisyah berkata Wahai Rasulullah, apakah wanita juga wajib berjihad?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Iya. Dia wajib berjihad tanpa ada peperangan di dalamnya, yaitu dengan haji dan ‘umroh.” (HR. Ibnu Majah no. 2901, hadits ini shahih sebagaimana kata Syaikh Al Albani). 

JAMBE- Menunaikan ibadah umrah ke Tanah Suci merupakan panggilan hati. Tak hanya bagi si kaya, jika Allah SWT sudah berkehendak, siapa pun bisa menunaikannya.

Lewat simpanan umrah Kopsyah BMI, Saeni (58) bisa menjalaninya tiga tahun lalu. Dengan berjualan gado-gado dan lontong sayur, Anggota Kopsyah BMI asal Desa Kutruk, Jambe, Kabupaten Tangerang menjadi satu dari rombongan Umrah Perdana Anggota Kopsyah BMI, Januari 2018.

“Alhamdulillah, Allah SWT telah memberi kesempatan kepada saya untuk berangkat ke Tanah Suci bareng anggota BMI. Ini berkat doa dari keluarga, tetangga, dan Kopsyah BMI yang memberikan jalan saya ke sana,” ujarnya mengawali pembicaraan saat ditemui Klik BMI, Senin (26/7).

Sudah 15 tahun lamanya, Saeni berjualan gado-gado keliling. Dari gado-gado itulah, ia menghidupi enam orang anaknya sendiri. Dengan tampah di kepala sembari menjinjing keranjang, Saeni menjajakan gado-gado sendirian mulai dari Jambe hingga Tigaraksa. Pagi hingga sore hari. Ia sudah membuang rasa gundahnya sebagai single mother demi menghidupi anak-anak.

“Jualan gado-gado pak sendirian. Ayahnya anak-anak sudah pisah, mau nggak mau saya yang ngasih makan sendiri,” terangnya.

Saeni bersama foto dirinya yang tengah menjalani ibadah umrah bersama Koperasi BMI, Januari 2018 silam.

Gado-gado merupakan usaha terakhir yang ia jalani. Sejak berpisah dengan sang suami 24 tahun silam, semua pekerjaan kasar telah ia jalani. Mulai dari buruh cuci di Pesing, Jakarta, menjadi buruh petasan hingga berjualan nasi uduk.

Hingga pada tahun 2010, ia berkenalan dengan Kopsyah BMI yang saat itu masih bernama LPP UMKM yang baru membuka cabangnya di sana. Setelah menjadi anggota, Saeni pun mengajukan pembiayaan modal sebesar Rp 500 ribu.

“Dari modal itu, saya bisa nambah jualan. Kalau dulu cuma gado-gado, sekarang nambah nasi uduk, lontong sayur dan gorengan,” terangnya.

Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Dari keuntungan gado-gado tersebut, Saeni bisa mengakses produk simpanan BMI lainnya. Selain simpanan umrah di tahun 2018, Saeni mampu mengakses pembiayaan mikro tata air (MTA) di tahun 2019 dan simpanan kurban di tahun 2020.

Hal itulah yang membuat BMI terpatri di hati Saeni. Kepada Klik BMI, Saeni mengaku tak pernah mengakses ke lembaga keuangan lain. Pembiayaan terakhir yang diperoleh Saeni sebesar Rp 10 juta yang masih dicicilnya hingga sekarang.

“Alhamdulillah pak, apa yang sudah diberikan BMI kepada keluarga kami sangat besar. Saya mah cuma di BMI aja, udah bisa nabung, bisa ibadah kurban sampai ke Tanah Suci,” jelasnya.

Saeni pun bercerita bagaimana ia terpanggil ke Tanah Suci. Saat itu, ia mendengar bahwa Kopsyah BMI baru membuka simpanan umrah. Dalam benaknya, Tanah Suci sudah menjadi impiannya. Tepat di bulan April 2016, Saeni langsung membuka simpanan umrah. Uang hasil penjualan emasnya ia masukkan langsung ke simpanan, sementara sisanya diangsurnya selama 1 tahun 6 bulan.

Tepat di tanggal 28 Januari 2018, Saeni bersama 39 peserta umrah berangkat ke Arab Saudi. Saeni mengaku mendapat pengalaman spiritual dari ziarah tersebut. Begitu antusiasnya, hingga suatu hari, ia pernah berkeliling Masjidil Haram sendiri tanpa rombongan. Kendati demikian, Saeni bisa sampai ke Hotel Arrayan, tempat menginap rombongan umrah BMI dengan selamat.

Saeni berfoto di dekat mesin air yang diaksesnya lewat pembiayaan Mikro Tata Air (Kopsyah BMI) dua tahun silam.

“Alhamdulillah, senang banget bisa ke Tanah Suci bareng BMI. Sampai-sampai saya pulang di bandara, sudah ada Pak RW, Pak RT desa saya datang menjemput,” paparnya.

“Sekali lagi saya ucapkan terima kasih kepada BMI. Kalau nggak ada BMI, mungkin hati saya nggak terpanggil ke sana (Tanah Suci). Sekali lagi saya ucapkan terima kasih,” tandasnya.

Terpisah, Presiden Direktur Koperasi BMI Kamaruddin Batubara mengatakan, setiap muslim yang taat pasti rindu ke tanah suci untuk  melaksanakan ibadah umroh. Ibadah umroh bukanlah suatu ibadah yang sulit dijangkau jika kita memiliki niat yang kuat dan perencanaan yang baik.

“Dengan simpanan umroh di Kopsyah BMI, anggota bisa dengan mudah mewujudkan ibadah umroh bersama orang-orang tercinta. Saya sungguh salut dengan Ibu Saeni. Meski hanya berjualan gado-gado, ia mampu berumrah bersama BMI,” jelasnya

Dengan setoran simpanan yang terjangkau dan periode simpanan yang fleksibel, Kamaruddin berpesan agar anggota bisa mewujudkan ibadah umrahnya dengan mudah dan berkah. Kendati, umrah dan haji masih terganjal korona, simpanan umrah anggota aman karena dikelola oleh manajemen Kopsyah BMI yang profesional.

“Begitu kita berniat umroh kita harus yakin bahwa rezeki kita akan dimudahkan. Mari wujudkan ibadah umroh dengan mudah melalui simpanan umroh Kopsyah BMI,” tandasnya.

(gar/KLIKBMI)

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *