Kisah Sukses Suami Peggy Melati Sukma, Reza Abdul Jabbar Jadi Sudagar Sapi Di Selandia Baru: Beternak Sesuai Syariah Islam.

Edu Syariah

Jakarta, Klikbmi.com- Dalam episode ini, Pengawas syariah Kopsyah BMI Gunawan Yasni mewawancarai Reza Abdul Jabbar, seorang pria asal Pontianak, berhasil meraih kesuksesan besar di industri peternakan sapi di Selandia Baru. Kendati profesi beternak sering dianggap sebagai profesi “ketinggalan zaman”,  di Indonesia. Reza mengelola sekitar 1.000 hektar  lebih lahan peternakan di Invercargill, Selandia Baru. Invercargill kota yang terletak di sebelah selatan Pulau selatan, Selandia Baru dan satu dari bagian paling selatan di dunia.

Reza Abdul Jabbar di tengah sapi miliknya di Invercargill, Selandia Baru

Dengan ribuan sapi perah yang menghasilkan susu untuk dijual, nilai asetnya mencapai puluhan hingga ratusan miliar rupiah, menjadikannya salah satu tokoh penting dalam industri ini. Dan yang terpenting  proses pengelolaan bisnis ini dikerjakan secara syariah. Gunawan Yasni mewawancarai Reza Abdul Jabbar sebagai seorang pionir industry halal di negara persemakmuran Inggris tersebut. Reza Abdul Jabbar juga merupakan Ketua Asosiasi Muslim Southland , keahlian bisnisnya berasal dari sang ayah. Ia yakin bisnis seharusnya datang dari hal-hal yang baik berdasar pada prinsip-prinsip syariah.

Reza mengaku cita-citanya ingin menjadi petani saat bermigrasi ke Selandia Baru. “Berternak itu adalah usaha keluarga kami. Kami memulainya dengan cara-cara yang legal” ujar Reza.

Kesuksesan Reza tidak diraih dalam sekejap. Ia memulai usahanya pada tahun 1994 dengan hanya 20 ekor sapi sebagai modal awal, yang kemudian berkembang menjadi 300 ekor seiring waktu. Dari sana, usahanya terus tumbuh hingga mencapai skala besar seperti sekarang. Faktor penting dalam kesuksesannya adalah tekad dan kegigihannya dalam mengembangkan bisnis peternakan.

Meskipun berada di negara lain. Sejak kecil, Reza memang bercita-cita menjadi petani atau peternak, dan mendapat dukungan penuh dari sang ayah, seorang pengusaha tekstil. Ayahnya memberikan fasilitas dan dorongan bagi Reza untuk meraih cita-citanya. Kini, Reza adalah inspirasi bagi banyak orang dengan membuktikan bahwa profesi peternak, yang mungkin dipandang sebelah mata, bisa menjadi sumber kesuksesan besar.

“Kami memulai dengan membangun banyak asset dan berinvestasi mengumpulkan uang hingga bisa membeli tanah,” terangnya

Reza kini memiliki 2.500 acre atau sekitar 1.102 hektar dengan 45 ribu hewan ternak didalamnya. Saat ini Reza  berjuang agar Peternakannya dikelola secara mandiri dengan sistem berkelanjutan. “ dengan pengelolaan yang mandiri, kita bisa mengendalikan produksi dari hulu ke hilir,” terangnya.

Reza Abdul Jabbar, WNI yang menjadi pionir industri Halal di Selandia Baru

Reza mengatakan peternakan merupakan motor penggerak ekonomi di Selandia baru. Untuk itu sebagai seorang muslim. Reza memproduksi susu terbaik dengan Tingkat residu rendah (jejak karbon) terendah dunia.

Reza menerangkan peternakan miliknya dikembangkan secara Triple bottom line. Triple bottom line adalah konsep bisnis berkelanjutan yang mengukur nilai kesuksesan sebuah perusahaan menggunakan tiga kriteria, yaitu People (Sosial), Planet (Lingkungan), dan Profit. Keseimbangan antara keuntungan, kesejahteraan manusia, dan keberlanjutan lingkungan adalah fondasi utama ekonomi syariah. Hal ini selaras dengan nilai-nilai Islam yang mendorong harmoni dalam seluruh aspek kehidupan (ekonomi). “Di Selandia Baru Ada pepatah yang bilang bahwa produksi adalah manfaat, modal, uang dan profit adalah raja, untuk itu berekonomi haruslah sejalan dengan keberlanjutan kehidupan alam,” paparnya.

Wawancara Gunawan Yasni bersama Reza Abdul Jabbar Dalam Sharia Economic Talk METRO TV.

Reza Abdul Jabbar adalah anggota Koperasi Fonterra. Fonterra merupakan koperasi peternak Selandia baru yang terbesar di dunia. Koperasi ini membangun industri pengolahan susu menjadi produk lain, seperti keju, yoghurt, mentega, dan sebagainya. Sebagai anggota Koperasi Fonterra kita dituntut untuk memproduksi susu dengan kualitas terbaik di dunia.” terangnya. 

Fonterra memiliki sekitar 15 juta ekor sapi. Peternak di sana hanya fokus mengurus sapi dan menjaga produksi susu. Sedangkan tugas koperasi yang mengurus pengolahan produk dan pemasarannya. “ Menjadi anggota Fonterra kami harus menyayangi sapi yang kami ternak,” terang Reza.

Suami Peggy Melati Sukma ini menerangkan ekonomi syariah erat hubungannya dengan etika dalam menjaga alam sekitar. Reza menjelaskan sebagai seorang Muslim. Ia berbisnis ternak merujuk pada Hadis Riwayat muslim dalam hal penyembelihan hingga memproduksi daging halal dan susu semua diproses secara syariat Islam

Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus r.a. dari Rasulullah Saw. beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah Swt. telah menetapkan perbuatan ihsan (baik) pada tiap-tiap sesuatu. Jika kalian membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang baik. Jika kalian menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik pula. Hendaklah salah seorang di antara kalian menajamkan pisaunya dan menenangkan sembelihnya.” (HR. Muslim).

Sebagai seorang Muslim, apapun pekerjaannya kita wajib mengerjakannya sebaik mungkin sesuai syariat Islam,” jelas Reza.

Klik link ini untuk menonton wawancara Gunawan Yasni dan Reza Abdul Jabbar

Reza menerangkan ekonomi Islam sejak dari zaman nabi dan rasul dibangun lewat bisnis yang berhubungan erat dengan alam sekitar. beternak merupakan pekerjaan otentik yang juga dikerjakan oleh Rasulullah. Termasuk nabi-nabi kita adalah peternak dan petani yang sukses di masanya. Mengapa demikian, karena semua dijalankan secara sempurna sesuai syariat Islam. “jika kita melakukannya dengan sempurna, sapi akan menghasilkan susu yang terbaik dan susu merupakan protein terbaik dalam Islam,” jelas Reza.    

Pelestarian alam dalam pandangan Islam menjadi bagian tak terpisahkan dari konsep ibadah. Pelestarian alam dibangun atas konsep keseimbangan, yaitu manusia selain memanfaatkan lingkungan, juga harus menjaga kelestariannya.

Bahkan Islam menyebut bahwa kerusakan lingkungan yang disebabkan tangantangan jahat akan mendapat siksaan sebagai balasannya.  (Togar/ Humas)

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *