Kunjungan Kerja Komisi II DPRD Propinsi Banten
Klikbmi.com, Tangerang – Presiden Direktur Koperasi BMI, Kamaruddin Batubara, Rabu (12/8) dalam suasana akrab menerima kunjungan kerja (kunker) Komisi II DPRD Propinsi Banten yang membidangi perekonomian. Kunker ini merupakan yang kedua, dimana kunker pertama dilaksanakan 14 April 2020 di Gerai Tangerang Gemilang (GTG). Kali ini utusan wakil rakyat Propinsi Banten diterima di Kantor Pusat Koperasi BMI di Ruko The Times Square No.83318, Jl Boulevard Andalucia Paramount Land, Tangerang, 15334. Acara yang berlangsung dari pukul 10.00 WIB dimulai dengan tetap menjalankan protokol kesehatan pencegahan covid 19. Sebelum masuk ruangan, cek suhu dilakukan oleh petugas keamanan kantor pusat Koperasi BMI. Di meja Customer Service tersedia hand sanitizer dan semua peserta yang masuk ruangan menggunakan masker dan tempat duduk diatur dengan menjaga social distancing.

(Foto : Dede/klikbmi.com)
Kunjungan kerja Komisi II DPRD Provinsi Banten kali ini didampingi oleh Sekretaris Dinas Koperasi dan UKM Propinsi Banten, Iman Santoso yang tampak sumringah mulai awal acara sampai dengan sesi foto di depan kantor pusat Koperasi BMI. Hadir kembali dalam kunjungan kerja Komisi II DPRD Provinsi Banten antara lain Ade Awaluddin (Gerindra), Maretta Dian Arthanti (PSI), Jamin (PDIP) melengkapi 11 orang wakil rakyat dari 15 anggota komisi II yang direncanakan tergabung dalam rombongan.
Kamaruddin Batubara kembali menjelaskan kiprahnya dalam membangun Koperasi BMI dan mendapat pengakuan di dunia perkoperasian, hingga dia mendapatkan anugerah Lencana Bakti Koperasi 2017 dari Kemenkop RI serta Tanda Kehormatan Satyalancana Wira Karya dari Presiden RI 2018 dan anugerah dari Bapenas serta anugerah pengakuan sebagai pegiat koperasi yang telah memberikan manfaat bagi pembangunan. Semua yang diperoleh bukan merupakan tujuan tetapi sebagai penyemangat untuk semakin membangun koperasi yang benar. Koperasi yang memberdayakan ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial dan spiritual.
Kamaruddin membawa tema besar, semangat pemberdayaan yang mensejahterakan untuk pemerataan ekonomi berkeadilan. Koperasi BMI terdiri dari Koperasi Konsumen Benteng Muamalah Indonesia (Kopmen BMI) dan Koperasi Syariah Benteng Muamalah Indonesia (Kopsyah BMI). Kamaruddin menyampaikan terkait dengan kemampuan Kopsyah BMI mengumpulkan wakaf senilai Rp 11 M dan menjadi nadzir terbaik pada tahun 2019 hanya dengan Rp 2000,- perminggu dengan wakaf terkumpul Rp 8,4 M. Kamaruddin menyampaikan tentang azas koperasi yaitu Kekeluargaan dan gotong royong yang dalam ajaran Muslim ada pada QS Al Maidah ayat 2.
Menurut Kamaruddin, sukses koperasi berawal dari pemahaman bahwa anggota adalah pemilik, pengguna dan pengendali koperasi. Jika mereka paham tugas dan tanggung jawab ini maka sukses koperasi tinggal menunggu waktu. “Kita ini koperasi tentu harus membangun komitmen bersama, terkait modal harus dicari dari gotong royong, pasar harus kita garap dengan captive market yang tersedia dan inovasi atau pengembangan mutlak terus kita lakukan. Di BMI, kita memiliki 5 pilar penting, kami memiliki pilar ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial dan spiritual untuk sejahtera bersama sehingga mandiri, berkarakter dan bermartabat. Koperasi harus kita bangun untuk pemerataan bukan saja untuk pertumbuhan” papar Kamaruddin di depan para tamu Komisi II.
“Kekuatan koperasi itu berasal dari kekeluargaan, gotong- royong, penciptaan captive market, pemberdayaan dan solutif, tanpa gotong – royong maka itu bukan koperasi tanpa gotong royong maka koperasi hanya symbol saja, kalau saat pandemi saat ini anggota ramai-ramai mengambil uangnya maka jelas itu bukan koperasi yang anggotanya sudah paham. Koperasi tidak mengenal gagal bayar jika anggota memperoleh pemahaman yang baik. Itu namanya koperasi gagal paham. Kita harus ingat koperasi itu gotong-royong kalau semua anggota paham tentu tidak akan ada gagal bayar. Jangan sampai koperasi kita menjadi tempat pemburu rente atau penumpang yang ingin hanya mau untung besar saja. Gotong royong ini adalah akar dari koperasi, di kampung saya dulu kalo ada orang mau resepsi atau ada perlu hajatan, semua tetangga sekampung membantu itulah koperasi” jelas Kamaruddin berikutnya di depan hadirin yang tampak diamini oleh segenap yang hadir.
Kamaruddin menjelaskan kembali bahwa koperasi
yang suskes adalah koperasi yang menciptakan captive market, oleh karena itu anggota harusnya semakin banyak.
Koperasi harus mengajak dan semua orang untuk mudah menjadi anggota koperasi. “Kalau
orang mau masuk ke BMI sangat mudah caranya, hanya membayar Simpanan Pokok, Simpanan
Wajib dan Adminsitrasi Rp 20.000,- sudah jadi anggota. Dan kita tidak
mewajibkan untuk membayar simpanan wajib secara rutin untuk anggota yang tidak
mengakses pinjaman. Makanya saya liat Bapak Ibu yang di sini ingin menjadi
anggota” kata Kamaruddin sambil berseloroh mencairkan suasana.
“Dengan banyak anggota bergabung barulah koperasi akan mendapatkan skala ekonomi yang cukup untuk menciptakan captive market. Koperasi juga harus mampu menjadi alat pemberdayaan, jadi koperasi yang baik juga melakukan pendampingan atas semua anggota yang mendapatkan pembiayaan. Kamaruddin menyampaikan bahwa koperasi harus menjadi solusi bagi siapa saja yang ingin meningkatkan kesejahteraannya” ujar Kamaruddin selanjutnya.
Kamaruddin juga menjelaskan bahwa beberapa bupati dan pejabat pemda dan dinas koperasi di Propinsi Banten telah menjadi anggota Koperasi BMI. Semua itu tidak lepas dari kepercayaan karena Koperasi BMI dikelola dengan nilai-nilai professional. Acara yang dimoderatori Ade Awaludin ini berlangsung menarik, dan beberapa tamu langsung mengisi formulir pendaftaran Koperasi BMI yang dibagikan saat acara. Pada sesi tanggapan, beberapa anggota Komisi II memberikan pertanyaan kepada Kamaruddin. Desy Yusandi, Sri Hartati dan Mohammad Bonnie Mufidjar memberikan beberapa pertanyaan. Pertanyaan seputar pembinaan dan pemberdayaan anggota, dampak covid -19 terhadap anggota dan UKM serta pertanyaan tentang kapan Koperasi BMI melayani Kota Tangerang ditanyakan oleh Desy Yusandi. Sri Hartati memberikan tanggapan bahwa BMI terlihat menjadi soko guru ekonomi dan berharap mampu terus melanjutkan kinerja baiknya. Pertanyaan Sri Hartati antara lain apakah tidak ada campu tangan pemerintah dalam pembinaan Koperasi BMI, mekanisme Rapat Anggota bagaimana dengan anggota yang ribuan dan peranyaan berikutnya adalah soal gender di mana terlihat pengurus tidak ada yang perempuan. Pertanyaan selanjutnya dari Mohammad Bonnie Mufidjar terkait dengan pengawasan jika gagal bayar, lalu siapa yang bertanggung jawab jika koperasi gagal bayar dan bagaimana jika anggota koperasi menarik simpanan dan ternyata ada koperasi yang tidak bisa memberikan simpanan yang ditariknya.
“Alhamdulilah koperasi BMI hari ini bisa dikatakan paling beruntung karena kita mampu memberikan kesadaran berkoperasi bagi anggota kita. Tingkat angsuran yang masuk boleh dikatakan lebih baik dibandingkan koperasi lain. Tapi kita semua pasti merasakan dampak nyata ini. Terkait dengan pendampingan dan pemberdayaan, karena kita keanggoataan rembug dan untuk menjadi anggota kita melalui proses yang dibuku Model BMI Syariah dengan tujuh proses, sehingga kita bukan hanya meminjamkan uang tetapi mendampingi dan memberdayakan. Alhamdulillah saya termasuk dari 20 koperasi yang diundang ke istana untuk terlibat dalam program ini, mudah-mudahan program ini berjalan dengan baik” jelas Kamaruddin menjawab pertanyaan Komisi II.
“Terkait pengawasan koperasi bermasalah, sebetulnya saya sendiri telah memberikan usulan pada Kementrian untuk menolak ijin koperasi yang didirikan oleh pengusaha yang disinyalir akan menjadi tempat mengumpulkan uang untuk grupnya sendiri. Ini jadi penting, banyak koperasi gagal berasal dari kelompok ini. Ada Indo Surya, Hanson, Cipaganti dan yang deket dengan kita dulu ada Koperasi Langit Biru. Saya dulu mengatakan tidak mungkin koperasi bisa memberikan keuntungan 17% per bulan. Ternyata dugaan saya ini benar. Jadi untuk pengawasan, saya ulangi lagi terkait gagal bayar, kuncinya adalah pemahaman anggota terhadap koperasi seperti yang saya jelaskan tadi” ujar Kamaruddin selanjutnya. Menanggapi pertanyaan tentang belum adanya pengurus perempuan Kamaruddin menjawab bahwa saat ini secara keseluruhan SDM perempuan telah banyak menempati posisi strategis di manajemen. Bahkan banyak cabang yang SDM perempuan lebih dari 40%. Kunjungan kerja ini berlangsung menarik dan menjadi pintu pembuka bagi terciptanya pola komunikasi antara pelaku koperasi, pemerintah dan wakil rakyat yang sama-sama punya peran dalam membangun ekonomi masyarakat.

(Foto : Dede/Klikbmi.com)
“Untuk Kota Tangerang mudah-mudahan kita segera masuk kesana, saat ini memang bmi BARU Kota Cilegon mudah-mudahan setelah covid-19 usai kita masuk Kota Tangerang. Lalu untuk pertanyaan tentang Rapat Anggota, jadi di BMI untuk menjadi utusan RAT dimulai dari seleksi di RT diwakili dari utusan RT lanjut sampai desa, sehingga sifatnya perwakilan. Rapat terakhir kita di bulan Januari menghadirkan 750 anggota, coba kalo kita bawa semua anggota ke RAT ga akan bisa cukup ruangan dan tentu akan banyak sumber daya untuk RAT ini. Menjawab pertanyaan Pak Bonie tentang siapa yang bertanggung jawab jika gagal bayar, yang bertanggung jawab adalah pengurus. Tetapi di koperasi yang ditekankan adalah pola dan sistem yang menciptakan transparansi dan ini bisa kita lihat di tampilan laporan keuangan koperasi. Terkait dengan simpanan yang ditarik saat jatuh tempo tidak bisa ditarik, ini adalah kesalahan dan tentu koperasi harus terus memperbaiki manajemen” jelas Kamaruddin menjawab semua pertanyaan anggota Komisi II.
Iman Santoso, Sekretaris Dinas Koperasi dan UKM Propinsi Banten ditemui usai cara menyatakan sangat mengapresiasi kinerja BMI dalam hal mengingkatkan perekonomian dan kesejahteraan anggota dan juga masyarakat serta berhadap Koperasi BMI bisa membantu koperasi lain di Propinsi Banten untuk memberikan edukasi perkoperasian dalam upaya meningkatkan kesejahteraan anggota dan menjaga prinsip dan nilai koperasi. Mohammad Bonie Mufidjar, dari Fraksi PKS dalam kunjungan ini ingin memetakan koperasi yang berperan dalam pengentasan kemiskinan di Propinsi Banten. Koperasi memang harus lebih bisa berperan aktif. “Alhamdulilah BMI sangat berperan dalam meningkatkan kesahteraan anggota dan masyarakat. Harapan saya untuk BMI lebih berperan lagi dan lagi, dari pemaparan Pak Kamaruddin tadi, saya melihat Koperasi BMI sangat punya peran dalam memberikan kesejahteraan pada masyarakat kami di Propinsi Banten. BMI berperan menjaga kesejahteraan masyarakat Banten” ujar Bonie menutup pernyataannya. (Sularto/Klikbmi).