Lewat BMI, Neneng Punya Semangat Untuk Sembuh Dari Penyakit Kanker

Edu Syariah

Nasehat Dhuha Jumat, 26 Agustus 2022 | 28 Muharram 1444 H | Oleh : Ustadz Sarwo Edy, ME

Tangerang, Klikbmi.com – “Alhamdulillah, sudah sembuh,” sapa wanita itu saat bertemu dengan teman lamanya. Ia yang saat itu sedang berjualan di depan Sekolah Dasar (SD) Laduni, Tangerang. Meski bulir keringat jelas terlihat, ia tetap memasang wajah gembira sembari tersenyum menjawab pertanyaan dengan jelas.

Wanita itu bernama Neneng. Ia adalah anggota Koperasi Syariah Benteng Mikro Indonesia Cabang Jambe. Usianya sudah 47 tahun, namun ia punya riwayat hidup yang pahit. Warga Desa Tapos RT RW 011/004, Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Banten itu memiliki riwayat penyakit yang tergolong berat. Yaitu Kanker Payudara.

“Saya memiliki riwayat penyakit kanker payudara. Tahun 2002 saya pernah dioperasi benjolannya. Pada saat itu benjolannya sudah hilang. Tapi ternyata benjolan itu belum sepenuhnya hilang” Ujarnya menceritakan penyakit yang ia derita.

Ujian demi ujian berdatangan. Belum sepenuhnya sembuh dari penyakit yang ia derita itu, sepertinya Allah ingin ia lebih bersabar lagi. Tahun 2012 ia harus lebih menguatkan hatinya karena penopang kehidupan keluarganya, yaitu suaminya menderita penyakit diabetes yang membuatnya tidak bisa bekerja. Hal itu yang membuat ia harus menggantikan suaminya menjadi tulang punggung keluarga.

”Penyakit yang saya derita belum sepenuhnya sembuh, Tapi sepertinya Allah ingin saya lebih kuat. Tahun 2012 suami saya sudah tidak bisa lagi bekerja. Karena menderita penyakit diabetes. Mulai saat itulah saya mau nggak mau harus kerja,” ujarnya.

Ibu Neneng, Anggota Kopsyah BMI Cabang Jambe yang tetap produktif usai operasi kanker payudara.

Saat menceritakan kisah itu, tangan Neneng terus menerus menyeka air matanya. Pada saat itu ia belum punya modal untuk mulai usaha. Karena uang yang ia punya sudah habis dipakai untuk berobat suaminya yang sakit. Akhirnya ia memberanikan diri untuk meminjam uang ke sang adik.

“Uang saya habis untuk berobat suami. Karena tidak punya modal untuk mulai usaha, saya pikir harus meminjam. Pada saat itu saya meminjam ke adik. Walaupun tidak banyak insya Allah cukup untuk mulai usaha,” lanjut menceritakan awal ia berdikari mencari nafkah.

Akhirnya dengan modal yang ia terima dari adiknya, ia pun mulai usahanya yaitu jualan gorengan di depan sekolah dasar yang berada di dekat rumahnya. “Dengan uang pinjaman yang saya terima dari adek, saya pakai itu untuk jualan gorengan. Kebetulan saya jualannya di sekolah deket rumah.” Lanjutnya.

Karena kebutuhan yang semakin banyak, serta untuk biaya lulusan sekolah anaknya, akhirnya ia diperkenalkan dengan BMI oleh tetangganya yang kebetulan juga anggota BMI. 

“Pada tahun 2018 anak saya mau lulus MTS. Biaya kelulusan besar dan uang belum cukup untuk bayar. Mulai saat itulah saya kenal BMI. Saya dikenalkan oleh tetangga saya yang kebetulan adalah anggota BMI juga. Pada awal menjadi anggota BMI, saya dapat pembiayaan senilai dua juta rupiah. Jujur, pada saat itu uangnya saya pakai untuk bayar sekolah. Sisanya baru saya pakai untuk modal usaha.

Tanpa alasan ia memperjuangkan agar anaknya tetap sekolah. Hal itu lantaran ia tidak ingin anaknya seperti dirinya yang hanya lulusan SD.

“Dulu setelah lulus SD saya ditanya guru, mau lanjut kemana lagi. Saya belum bisa jawab karena belum bertanya ke orang tua. Ternyata orang tua menyuruh saya untuk tidak melanjutkan sekolah dan langsung disuruh untuk kerja. Makanya, pada umur 13 tahun saya langsung kerja pabrik. Gaji pada saat itu 35 ribu per minggu,” Terangnya menceritakan alasan ia ingin anaknya tidak putus sekolah.

“Makanya saya pengen, mau jungkir balik, mau susah, anak saya harus tetep sekolah. Itu cita-cita saya dari dulu. Saya nggak kebagian sekolah, biar anak saya yang nerusin. Nggak mikirin yang lainnya yang penting sekolah aja dulu. Makanya saya mengajukan pembiayaan ke BMI itu biar anak saya nggak putus sekolah. Biar nggak MTS aja.” Lanjutnya.

Awalnya ia sangat takut saat mengajukan pembiayaan BMI. Alasannya, Neneng takut tak bisa mengembalikan pembiayaan. Tapi dengan niat yang benar hingga saat ini ia masih bisa untuk membayar.“Dulu saya takut sekali kalau udah mau minjem ini, takut nggak kebayar. Alhamdulillah, sampai saat ini saya masih bisa bayar.” Jelasnya.

Tahun 2021 menjadi masa yang paling sulit yang harus ia hadapi. Kondisi ekonomi nasional yang dihantam oleh pandemi yang membuatnya sepi pembeli. Ditambah ia yang harus operasi penyakitnya secara total yang membuat ia tidak bisa berjualan secara maksimal.

“Tahun 2021 ekonomi lagi sulit. Jualan sepi karena anak-anak masih diliburkan sekolahnya (karena virus corona). Ditambah pada saat itu saya harus operasi kanker payudara secara total. Beberapa minggu saya nggak bisa apa-apa,”terangnya.

Dengan masa-masa sulit seperti itu tidak membuat ia mencari alasan. Malah sebaliknya, ia terus mencari solusi agar tetap bisa menghidupi keluarganya dan menunaikan tanggung jawabnya kepada koperasi.

“Sebenarnya selama setahun (setelah operasi) saya nggak boleh ngapa-ngapain oleh dokter. Tapi kalau nggak usaha, bagaimana saya bisa buat makan keluarga dan juga bayar hutang. Karena hutang harus dibayar, makan setiap hari dan jajan anak setiap hari, makanya setelah operasi dan badan terasa lebih baik, saya tetap jualan walaupun nggak sebanyak sebelumnya.” Tegasnya alasan ia tetap berjualan pasca operasi.

Neneng tetap tersenyum berjualan gorengan.

Tidak tanpa alasan ia terus memikirkan bagaimana ia harus membayar. Hal itu lantaran ia merasa sudah memanfaatkan uang yang sudah ia terima (pembiayaan) dari BMI. Dari modal usaha, uang makan keluarga dan sekolah anak bisa didapatkan.

“Alhamdulillah, dari pembiayaan Kopsyah BMI anak saya udah lulus sekolah, tidak punya tunggakan sekolah, modal usaha bisa manjang (diputer kembali), bisa buat makan keluarga dan jajan anak. Maka nggak mungkin saya mau (nunda) bayar hutang,” jelasnya.

Ia melanjutkan, Selain karena ia merasa sudah memanfaatkan pembiayaan dari BMI, ia juga berkeyakinan bahwa sampai kapan pun hutang tetap akan menjadi hutang dan merasa dosa jika tidak membayar hutang.

“Hutang sampai kapan pun akan tetap jadi hutang. Saya juga kepikiran dosa (kalau nggak bayar hutang). Walaupun saya sakit, saya minta rezeki sama Allah , minta kesembuhan agar bisa bayar hutang dan bisa usaha lagi. Rezeki ada dari mana saja kalau ada niat baik.” Pungkasnya.

Hutang adalah urusan duniawi yang akan dibawa sampai akhirat. Banyak dalil dari Al-Qur’an dan Hadist yang berisi tentang urgensi membayar hutang. Bahkan tidak sedikit yang berisi tentang ancaman bagi yang sengaja menunda membayar hutang. Salah satunya dari Sabda Rasulullah. Rasulullah SAW bersabda,

“Demi yang jiwaku ada di tangan-Nya, seandainya seorang laki-laki terbunuh di jalan Allah, kemudian dihidupkan lagi, lalu dia terbunuh dua kali, dan dia masih punya hutang, maka dia tidak akan masuk syurga sampai hutangnya itu dilunasi (HR. Ahmad)

Wallahu a’lam bish-showaab.  

Mari terus ber-ZISWAF (Zakat,Infaq,Sedekah dan Wakaf) melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BSI eks BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela : 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI : 0000000888. (Togar Harahap/Klikbmi)

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *