وَٱلْبَلَدُ ٱلطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُۥ بِإِذْنِ رَبِّهِۦ ۖ وَٱلَّذِى خَبُثَ لَا يَخْرُجُ إِلَّا نَكِدًا ۚ كَذَٰلِكَ نُصَرِّفُ ٱلْءَايَٰتِ لِقَوْمٍ يَشْكُرُونَ
Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur (QS Al-A’raf : 58).
Klikbmi, Tangerang – Peningkatan ekonomi desa melalui pemberdayaan petani anggota Kopsyah BMI terus membuahkan hasil. Petani anggota BMI telah memanen 10,4 ton tanaman hortikultura di atas lahan seluas 1,3 hektar di Desa Blukbuk, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang. Hingga berita ini diturunkan, pemanenan masih terus berlangsung.
Manajer Pemberdayaan Anggota Kopsyah BMI Muhammad Suproni menjelaskan tanaman yang dipanen meliputi pare (4 ton), mentimun (4 ton) dan oyong atau gambas (2,4 ton). Semua hasil sesuai harapan.
“Alhamdulillah, panen hortikultura masih berlangsung di lahan oleh lima petani anggota BMI. Target panen mencapai 12 ton,” jelas pria yang akrab disapa Roni tersebut.
Roni menerangkan, hasil panen kemudian didistribusikan langsung pasar-pasar tradisional. Harganya pun cukup kompetitif. Untuk timun Rp 4.000 per Kg, sementara oyong dan pare dibanderol Rp 3.000 per Kg. Kini omzet penjualan tanaman hortikultura mencapai Rp32,8 juta.
”Lalu dari hasil keuntungan panen ini dilakukan bagi hasil secara musyarakah dengan komposisi 65 persen untuk petani dan 35 persen untuk Kopsyah BMI,” jelasnya.
Roni menjelaskan, budidaya tiga tanaman hortikultura yang saat dipanen dimulai sejak Juli 2021 lalu. Melalui permodalan melalui zakat produktif, hasil keuntungan panen ini dilakukan bagi hasil secara musyarakah dengan komposisi 65 persen untuk petani dan 35 persen untuk Kopsyah BMI.
”Sejak awal budidaya, Kopsyah BMI melakukan pendampingan pengelolaan dan pemeliharaan budidaya. Kemudian BMI juga melakukan monitoring lahan, pemanenan hingga pasar,” jelasnya.
Selain yang diungkapkan di atas, Roni menyimpulkan bahwa, Koperasi BMI memberikan banyak peran: Pertama, mencarikan alternatif pemecahan masalah petani anggota seperti penyediaan sarana pertanian dan modal; Kedua, memberikan kemudahan berupa pelatihan dan pendampingan dalam usaha-usaha yang dilakukannya dari awal budidaya hingga pemanenan.
”ketiga, melalui koperasi petani anggota bisa diorganisir untuk memperkuat posisi tawar-menawarnya dalam menghadapi pasar,” jelasnya.
Sementara, Presiden Direktur Koperasi BMI Kamaruddin Batubara mengatakan, sektor pertanian telah menjadi sasaran utama Koperasi BMI dalam memberdayakan ekonomi masyarakat pedesaan.
“Sektor pertanian harus dijadikan pijakan yang kokoh sehingga di desa tercapai swasembada berbagai produk pertanian, terutama pangan. Seperti yang kami lakukan di Blukbuk ini,” paparnya.
Dikatakannya, bagi Kopsyah BMI, koperasi adalah pemberdayaan anggota melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki anggota. Anggota Kopsyah BMI yang memiliki lahan harus diberdayakan, lahan tidak boleh menganggur dan petani anggota Kopsyah BMI harus sejahtera dari hasil pertanian ini.
Seperti pesan Bung Hatta, sambung Kamaruddin, bahwa Koperasi merupakan wadah untuk mengembangkan demokrasi yang menghimpun potensi pembangunan dan melaksanakan kegiatan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan anggota-anggotanya.
”Koperasi berfungsi sebagai alat perjuangan ekonomi yang mampu mengelola perekonomian rakyat untuk memperkokoh kehidupan ekonomi nasional berdasarkan azas kekeluargaan sesuai Pasal 33 UUD 1945,” jelasnya.
Dengan begitu, Panen hortikultura menunjukkan bahwa upaya BMI dalam pemberdayaan anggota berhasil. Karena keberhasilannya dapat dirasakan secara nyata oleh para anggotanya.
(Togar Harahap/KLIKBMI)