Memperbanyak Istighfar

Info ZISWAF

#Nasehat dhuha# Rabu, 10 Februari 2021 | 61 Hari Menuju Ramadhan 1442 H | Oleh : Ust Sularto

Klikbmi, Tangerang – Kita dalam bekerja maupun dalam kegiatan kita sehari-hari sudah pasti banyak kesalahan. Insan koperasi apalagi kita yang bekerja pada koperasi syariah hendaknya mampu setiap saat melakukan refleksi diri. Setiap kesalahan kita memohon ampun kepada Allah SWT. Kita terus melanggengkan istighfar (Astaghfirullah, Astaghfirullah al adzim). Istighfar adalah permohonan ampun seorang hamba kepada Allah dengan lisan atas segala kejahatan dan kezaliman yang  ia perbuat. Makna istighfar adalah menggambarkan bahwa manusia makhluk lemah yang tidak terlepas dari dosa. Istighfar wajib dilantunkan seseorang sebelum memanjatkan zikir maupun doa agar dapat diterima Allah.

Sepintar apa pun seseorang tidak akan mampu mengetahui dan menghitung jumlah dosa yang telah ia perbuat dalam sehari.  Maka, dengan istighfar dapat menghapus dosa-dosa yang menjadi penghalang terkabulnya doa karena hanya Allah Zat yang Mahapengampun lagi Mahapengasih. Berkaitan dengan hal tersebut, Allah berfirman, “Maka, bertasbihlah kamu (wahai Muhammad) dengan memuji Tuhanmu dan memohon ampunlah kepada-Nya. Sesungguhnya Dialah Zat yang Maha Pengampun.”  (QS An-Nashr: 3).

Allam memerintahkan kepada manusia untuk senantiasa beristigfar tidak mengenal waktu dan tempat. Selagi ia sempat dan ingat kepada Allah, maka dianjurkan untuk bisa beristighfar kepada-Nya. Istighfar dapat dilafalkan sebelum dan sesudah salat atau juga di akhir malam. Hal inilah yang dilakukan oleh orang-orang yang bertakwa, “Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan di akhir malam mereka beristighfar (memohon ampun) kepada Allah.”  (QS Adz Dzaariyat: 17-18)

كَانُوۡا قَلِيۡلًا مِّنَ الَّيۡلِ مَا يَهۡجَعُوۡنَ

kaanuu qaliilam minal laili maa yahja’uun (ayat 17)

Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam;

Mereka, orang-orang yang bertakwa itu, sedikit sekali tidur pada waktu malam,

Ayat ini menerangkan tentang sifat-sifat orang yang takwa, yaitu sedikit sekali tidur di waktu malam karena mengisi waktu dengan salat Tahajud. Mereka dalam melakukan ibadah tahajudnya merasa tenang dan penuh dengan kerinduan dan dalam munajatnya kepada Allah sengaja memilih waktu yang sunyi dari gangguan makhluk lain seperti dua orang pengantin baru dalam menumpahkan isi hati kepada kesayangannya, tentu memilih tempat dan waktu yang nyaman dan aman bebas dari gangguan siapa pun. Mereka ingat bahwa hidup berkumpul dengan keluarga dan yang lainnya tidak dapat berlangsung selama-lamanya. Bila telah tiba ajal, pasti berpisah, masuk ke dalam kubur, masing-masing sendirian saja. Oleh karena itu, sebelum tiba waktu perpisahan, mereka merasa sangat perlu mengadakan hubungan khidmat dan mahabbah dengan Tuhan Yang Mahakuasa, satu-satunya penguasa yang dapat memenuhi segala harapan. Di akhir-akhir malam (pada waktu sahur) mereka memohon ampun kepada Allah. Sengaja dipilihnya waktu sahur itu oleh karena kebanyakan orang sedang tidur nyenyak, keadaan sunyi dari segala kesibukan sehingga mudah menjalin hubungan dengan Tuhannya

QS Adz Dzaariyat Ayat 18

 وَبِٱلْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

Wa bil-as-ḥāri hum yastagfirụn (18)

Dan selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar. Tafsir Quran Surat QS Adz Dzaariyat Ayat 18 17-18. Orang-orang yang berbuat baik itu, dulu saat di dunia mereka hanya sedikit tidur di malam hari, mereka shalat beribadah kepada Tuhan mereka, dan di akhir malam menjelang shubuh, mereka meminta ampunan kepada Allah dari dosa-dosa mereka.


Lantas, berapakah selayaknya seseorang melafalkan istighfar dalam sehari? Rasulullah SAW mencontohkan untuk bisa beristighfar tujuh puluh kali dalam sehari. Beliau berucap, “Sesungguhnya aku beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya sebanyak tujuh puluh kali dalam sehari.” (HR Bukhari). 

Sementara  itu, dari Al Aghorr Al Muzanni (sahabat Nabi SAW), Rasulullah SAW bersabda (yang artinya), “Ketika hatiku malas, aku beristighfar kepada Allah dalam sehari sebanyak seratus kali.” (HR. Muslim no. 2702). Tidak hanya itu. Bahkan, beliau melafalkan istighfar dengan lengkap ( misalnya, Astaghfirullah laa Ilaaha Illaa Huwal Hayyal Qayyuma wa Atuubu Ilaihi)  sebagai wujud kesyukurannya kepada Allah meskipun secara pribadi beliau adalah orang yang maksum (terbebas dari salah dan dosa).

Dalam salah satu hadisnya, Rasulullah SAW menyebutkan, “Ya Allah, ampunilah bagiku dosa-dosaku yang telah lalu dan yang akan datang, yang tersembunyi dan yang tampak, dan apa yang Engkau lebih ketahui dariku. Engkaulah Zat yang Mahapendahulu dan Zat yang Mahapengakhir. Dan, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” (HR Bukhari).

Rabiah Adawiyag, wanita sufi dalam sejarah Islam, mempertegas dalam ucapannya, “Istighfar kita kepada Allah membutuhkan istighfar yang banyak.” Dengan memperbanyak istighfar, selain sebagai sarana mengingat kepada Allah sang Maha Pencipta, juga untuk memohon ampun kepada-Nya. Istighfar dapat mengingatkan hakikat manusia sebagai makhluk-Nya yang lemah, tiada terlepas dari salah dan dosa. Istighfar pun memberikan jalan keluar dari segala bentuk kesusahan dan kesempitan di samping dapat mendapatkan rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka.

Allah pun  berjanji tidak akan pernah mengazab suatu kaum yang senantiasa beristighfar kepada-Nya. Allah berfirman di dalam Alquran (yang artinya): “Tidak mungkin Allah mengazab mereka sementara mereka senantiasa istighfar kepada Rabbnya.”  (QS. Al-Anfal: 33).

Selain beristighfar kami ajak segenap insan koperasi dan pembaca untuk terus meningkatkan amalan kita, mari kita amalkan kebaikan dengan berinfaq pada Rekening ZISWAF KOPSYAH BMI : 7 2003 2017 1 (BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia.  (Sularto/Klikbmi).

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *