Menepati Janji Merupakan Sifat Orang Mukmin

Info ZISWAF

Nasehat Dhuha Rabu, 26 Mei 2021 | 14 Syawal 1442 H| Oleh :  Sarwo Edy,ME

Klikbmi, Tangerang –  BMI Kliker di manapun berada, semoga selalu sehat dan tetap dapat menjalankan amanah pekerjaan dengan baik. Tema kita kali ini adalah tentang menepati janji merupakan sifat orang mukmin. Sebagai makhluk sosial yang berhubungan dengan sesama manusia kita sering dihadapkan pada janji. Nasehat dhuha kita kali ini kita mabilkan dari satu ceramah Buya Yahya, Beliau sampaikan bahwa kita harus berusaha menepati janji yang sifatnya mubah. Kita tidak perlu menepati janji untuk berbuat haram. Janji yang kita lakukan dan sifatnya halal haruslah kita penuhi.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودِ ۚ أُحِلَّتْ لَكُمْ بَهِيمَةُ الْأَنْعَامِ إِلَّا مَا يُتْلَىٰ عَلَيْكُمْ غَيْرَ مُحِلِّي الصَّيْدِ وَأَنْتُمْ حُرُمٌ ۗ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ مَا يُرِيدُ

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya (Surat Al-Maidah : 1)

Di dalam ayat di atas tertera jelas membahas tentang perintah untuk memenuhi akad bagi orang yang beriman. Dalam Bahasa arab, Aqad/Akad bisa diartikan sebagai sebuah ikatan. Ikatan bagi yang berucap dengan orang yang menerima ucapan itu serta barang yang terkait dengan ucapan itu.  Di dalam kehidupan manusia secara keseluruhan, Akad bisa kita artikan sebagai sebuah perjanjian, kontrak dan ataupun persetujuan.  Sebuah akad itu penting di dalam sebuah muamalah. Karena عقد (Akad/Ikatan) akan menumbuhkan اعتقاد (Kepercayaan).

Biasanya sebuah akad dilaksanakan di awal sebuah transaksi. Hal itu dimaksudkan untuk mengikat kedua belah pihak agar tidak terjadi penyelewengan ataupun ketidak sesuaian dengan apa yang sudah disetujui di awal. Dan juga untuk menumbuhkan rasa ridho bi-r-ridho antara kedua belah pihak. Contoh hal kecil yang sering kita temukan di kehidupan sehari-hari dari sebuah akad adalah janji. Janji adalah sebuah perkataan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk melakukan sesuatu.

Di masa sekarang, sering kali kita temukan mengucap janji adalah hal yang sangat lumrah dan ringan sekali pengucapannya. Dan kadang lebih banyak yang seakan menyepelekan sebuah janji. Karena beranggapan bahwa janji tidak harus ditepati. Padahal Allah sangat mewanti-wanti agar setiap insan untuk memenuhi janjinya karena setiap janji akan dipertanggung jawabkan.

Hal tersebut termaktub di dalam surat al-isra’ ayat 34 yang berbunyi :

وَلَا تَقْرَبُوا مَالَ الْيَتِيمِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ حَتَّىٰ يَبْلُغَ أَشُدَّهُ ۚ وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ ۖ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْئُولًا

Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.

Bahkan di dalam sebuah riwayat hadist, Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu’anhu berkata, Rasulullah sallallahu’alahi wa sallam bersabda,

مَنْ أَخْفَرَ مُسْلِمًا ، فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ ، لاَ يُقْبَلُ مِنْهُ صَرْفٌ وَلا عَدْلٌ

Barangsiapa yang tidak menepati janji seorang muslim, maka dia mendapat laknat Allah, malaikat, dan seluruh manusia. Tidak diterima darinya taubat dan tebusan.” (HR. Bukhari, 1870 dan Muslim, 1370)

Dari 2 dalil di atas, bisa dikatakan bahwa setiap janji yang kita ucapkan akan dipertanggung jawabkan kelak. Minimal ketika kita sudah berada di akhirat nanti. Dari sini kita bisa melihat “ancaman” dari Allah yang begitu luar biasa bagi orang-orang yang mengingkari janji. Apakah mungkin Allah menganggap sebuah janji “hanya biasa saja” padahal ancaman bagi yang mengingkarinya begitu menakutkan? Maka, seyogyanya kita sebagai orang yang beriman tidak terlalu menyepelekan sebuah janji. Tidak mudah membuat janji dan tidak mudah untuk mengingkari janji. Bahkan Rasulullah SAW memasukkan orang-orang yang mengingkari janji termasuk dari orang munafik.

Ciri-ciri orang munafik ada 3 menurut hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah :

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

Rasulullah SAW bersabda: Tanda orang munafik ada tiga; apabila berkata ia berbohong, apabila berjanji mengingkari, dan bila dipercaya mengkhianati (HR. Bukhari dan Muslim)

Janji memanglah ringan. Karena janji hanyalah rangkaian kata-kata yang diucapkan dari lidah yang tanpa tulang. Tapi banyak dari manusia yang berat untuk menepatinya. Apa yang menjadi permasalahannya? KOMITMEN dan IMAN. Komitmen untuk menepati janji dan Iman terhadap apa yang diperintahkan oleh Allah itulah yang menjadi perbedaannya. Dalam kasus ini, menepati janji juga bisa kita qiyaskan seperti sholat. Tidaklah berat sholatnya seorang hamba kecuali dengan iman yang lemah.

Jika kita punya komitmen dan iman yang kuat, Insya Allah kita akan diberi kemudahan dan keringanan dalam menepatinya. Sebaliknya, Jika kita hanya sekedar berucap janji tanpa ada keduanya di dalamnya. Maka tidak mustahil, janji akan hanya sekedar janji.

Rasulullah SAW telah menjadi teladan terbaik kita sebagai umatnya dalam menepati sebuah janji. Salah satunya dikisahkan, suatu ketika Rasulullah SAW menjanjikan seorang pembantu kepada Abdul Haitam bin Tayyiban. Lalu beliau mendatangkan tiga orang tawanan perang. Dua tawanan diberikan kepada orang yang pernah dijanjikannya, sedang yang seorang lagi diberikan kepada Abdul Haitam. Walaupun putrinya, Fatimah meminta pembantu, Beliau tidak memberinya dikarenakan beliau sudah berjanji untuk memberikan kepada Abdul Haitam. Teladan!

Allah juga sangat benci dengan sifat tercela ini (Tidak menepati janji). Hal ini termaktub di dalam surat Shaff ayat 2-3 yang berbunyi :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ

Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.

Mari kita berusaha disertai dengan komitmen dan iman yang kuat dan dengan mengucap insya Allah agar selalu bisa menepati janji-janji yang keluar dari mulut kita. Agar kita tidak termasuk dari orang-orang yang akan dilaknat oleh Allah SWT. Aamiin.

Mari bersedekah melalui rekening ZISWAF Kopsyah BMI 7 2003 2017 1 (BNI Syariah) a/n Benteng Mikro Indonesia atau menggunakan Simpanan Sukarela : 000020112016 atau bisa juga melalui DO IT BMI : 0000000888. (Sularto/Klikbmi)

Share on:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *