Nasehat Dhuha Jumat, 23 April 2021 | Hari Ke-11 Ramadhan 1442 H| Oleh : Sularto
Klikbmi, Tangerang – BMI Kliker di manapun berada, dalam satu penggalan ceramah Ustadz kondang Ustadz Abdul Shomad, Beliau menyinggung soal sikap tawadhu yang digambarkan dengan kesamaan kita semua berasal dari perut yang sama. Yakni dari perut hawa. UAS memberikan gambaran ada satu jenderal bintang yang tidak ingin dipanggil sebagai jenderal. Jenderal ini inginnya dipanggil abang. Jenderal ini juga tidak ingin ditemui di kantor tetapi ingin ditemui di rumah. Beliau memang seorang jenderal tetapi merasa berasal dari perut yang sama. Dan siapa pun akan kembali kepada tanah, karena berasal dari tanah. Inilah sikap tawadhu.
Dalam satu hadist riwayat Muslim, Rasulullah Muhammad SAW bersabda :
“Tiada satu pun karunia yang diperoleh seseorang yang bersikap tawadhu kepada Allah, kecuali Allah meninggikan derajatnya.” (HR Muslim).
Hadist ini menjamin ganjaran yang bakal kita diterima jika kita tawadhu. Menghilangkan kesombongan, tinggi hati, merasa hebat, dan segudang penyakit hati lainnya. Di lain hadist Rasulullah SAW bersabda, “Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun seberat biji sawi.” (HR Abu Dawud).
Ajaran ini sangatlah kuat dan memberikan pondasi dasar bahwa kita sebagai manusia bahkan harusnya tidak punya rasa lebih tiinggi dibandingkan dengan orang lain. Masih menurut UAS, ketika kita melihat orang tua kita bisa berkata,”Engkau yang tua, engkau pernah muda dan sekarang tua, kita yang muda belum tentu tua. Bahkan kita yang muda pasti kalah dengan amalanmu karena engkau lebih panjang usianya”. Inilah ajaran tawadhu yang harus kita junjung tinggi.
Manusia diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Pemahaman yang benar terhadap hal tersebut seharusnya tidak melahirkan orang kaya yang merasa lebih hebat dibanding lainnya. Pejabat merasa lebih terhormat ketimbang rakyat biasa, kiai merasa lebih benar daripada santrinya, atau generasi tua merasa lebih tahu ketimbang yang muda. Hadis di atas seharusnya cukup membuat kita sadar dan takut.
Dalam ajaran Islam shalat, puasa, zakat, haji, dan segudang amal saleh lainnya tidak menjamin kita masuk surga jika di dalam hati kita masih ada setitik kesombongan. Bahkan, pejabat setingkat presiden pun tidak berhak sombong. Sekali lagi Allah bahkan tidak pernah melihat jabatan seseorang. Yang Allah lihat adalah takwa kita. Kehidupan mewah bukan berarti Allah saying, kehidupan menderita penuh cobaan bukan berarti Allah benci.
Ada satu kisah dalam hadis riwayat Ibnu Majah. Diceritakan seseorang yang gemetar ketakutan ketika menemui Rasulullah yang dipersepsikan sebagai raja diraja. Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh hina engkau. Sesungguhnya, aku bukanlah seorang raja. Aku hanyalah anak seorang wanita yang memakan dendeng di Makkah.”
Subhanallah, betapa agungnya ketawadhuan Nabi SAW. Muhammad bin Abdullah yang seorang Nabi, kepala negara, kepala pemerintahan, raja, panglima militer, pengusaha sukses, pendidik, dan manusia yang dijamin masuk surga tidak membuatnya sombong sedikit pun.
Ketawadhuan beliaulah yang patut diteladani, diikuti, dan ditiru. Seperti telah disebut dalam Alquran surat Al Ahzab ayat 21, “Sesungguhnya, telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang berharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Kita harus membuang jauh-jauh kesombongan dalam hidup yang singkat ini, seberapa pun hebatnya kita. Karena, sesungguhnya kekayaan, jabatan, ilmu, tubuh yang sempurna, wajah cantik, kecerdasan, dan bahkan anak istri kita adalah milik Allah yang dititipkan pada kita.
Lalu apakah pengertian tawadhu itu? Tawadhu adalah sikap rendah hati atau tidak sombong, baik terhadap sesama manusia, seluruh ciptaan Allah, bahkan terhadap Allah SWT sendiri. Contoh perilaku tawadhu telah kita bahas tadi dan untuk menekankan perlu kita ulangi. Tidak menyombongkan jabatan, pangkat, ilmu, bahkan kekayaannya terhadap orang lain. Berteman terhadap siapa saja tanpa memandang derajatnya itulah yang disebut menjaga sikap tawadhu.
Kita yang alhamdulillah diberikan karunia rejeki Allah SWT harus tawadhu dengan harta titipan Allah ini. Mari tawadhu dengan berpandangan rejeki ini adalah titipan Allah. Titipan Allah yang di dalamnya harus kita keluarkan untuk bersedekah. Salurkan sedekah terbaik kita melalui rekening Ziswaf Kopsyah BMI : BNI Syariah : 7 2003 2017 1 a/n Benteng Mikro Indonesia. Simpanan Sukarela : 000020112016. DO IT BMI : 0000000888 dengan memilih paket takjil ataupun paket wakaf mushaf Al-Qur’an dan ataupun dua-duanya. (Sularto/Klikbmi)